Sukses

BRI Liga 1, Jari-Jari Roda Ekonomi Negeri

Bergulirnya BRI Liga 1 2021/2022 memberi harapan bagi pelaku UMKM sepak bola di Tanah Air. Namun, kesulitan masih mengadang.

Liputan6.com, Jakarta - Dunia seakan berhenti berputar ketika pandemi COVID-19 menyerang, Maret 2020. Manusia dipaksa melawan insting sebagai makhluk sosial dengan memutus koneksi. Namun, kehidupan terus berjalan.

Novi Ratna Maharani tengah menyuapi putrinya di kediaman siang itu, Senin (28/2/2022). Aktivitas sehari-hari ini dilakukan sembari menjalankan usaha Distro Arema Timoer Raya Batavia di kawasan Cakung, Jakarta Timur.

Bersama sang suami Ahmad Erwan Christianto, Novi mendirikan toko merchandise khusus Arema FC ini sejak 2016. Bisnis berjalan menjanjikan sampai pandemi terjadi.

Kompetisi tidak bergulir kurang lebih selama satu setengah tahun. Setelah berusaha keras bertahan di tengah kesulitan, Novi dan Erwan akhirnya beradaptasi dengan berpaling ke dunia digital.

"Usaha khusus distro berjalan 4-5 tahun. Mencari merchandise Arema FC di Jakarta agak susah, kebanyakan beli dari Malang langsung. Maka kami ingin memfasilitasi. Selain itu toko ini juga berkumpulnya Aremania," ungkap Novi kepada Liputan6.com.

Distro Arema Timoer Raya Batavia menjual berbagai macam produk, mulai jersey, emblem, kaus, syal, pin, hingga boneka. Mereka mengambil barang dari sesama penjual merchandise berbasis Malang.

"Alhamdulilah sempat berjalan, tapi lama kelamaan kalah dari online. Untuk kontrak toko tidak bisa nutup, cari aman. Akhir November tahun lalu kami kami putuskan untuk sepenuhnya juga terjun ke online," jelasnya.

Bergulirnya BRI Liga 1 2021/2022 pun menjadi angin segar Novi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sepak bola lainnya. Kehadiran kompetisi menumbuhkan kembali permintaan terhadap atribut klub.

2 dari 4 halaman

Adaptasi di Tengah Pandemi

Ahmad Fahri atau yang akrab disapa Boyay merasakan hal serupa bersama toko miliknya, Great Orange Outlet. Terletak di Cipinang, Jakarta Timur, distro khusus Persija ini mencoba bertahan di tengah jeratan pandemi.

Berbagai penyesuaian pun diambilnya. Mulai dari pengurangan karyawan hingga beralih ke dunia online. "Usaha benar-benar mati ketika kompetisi terhenti. Barang yang laku mungkin hanya 1-2. Maka toko-toko merchandise Persija banyak yang tutup walau usaha tetap jalan. Semua ke online," ujarnya.

Seperti distro sepak bola lainnya, Great Orange Outlet menjual jersey, kaus, dan merchandise berbau Persija seperti botol minum, tote bag, syal, jaket, hingga topi. Permintaan naik saat Macan Kemayoran hendak bertanding. Namun, masih ada kesulitan yang dirasakan.

3 dari 4 halaman

Rintangan Selanjutnya

Meski kehadiran BRI Liga 1 membantu, UMKM sepak bola tidak akan benar-benar pulih sampai penonton diizinkan masuk stadion. Sebab, suporterlah yang menggerakan dunia ini.

Hadirnya pendukung di stadion hampir jadi kenyataan seiring melandainya kasus COVID-19 di Tanah Air akhir tahun lalu. PSSI dan operator kompetisi PT Liga Indonesia Baru sejak awal memang berjanji akan membuka pintu stadion jika kondisi membaik. Sayang kehadiran varian Omnicron membuat angan tersebut buyar.

Besarnya pengaruh suporter terhadap industri sepak bola bisa dilihat dari survei LPEM FEB Universitas Indonesia (UI) pada pertengahan 2020. Penelitian menunjukkan kerugian ekonomi akibat terhentinya kegiatan sepak bola mencapai Rp2,7-Rp3 triliun.

Setidaknya ada 24 ribu orang yang terlibat langsung di bidang bisnis ini. Novi dan Boyay masuk dalam kategori itu dan masih mencoba bertahan menunggu semua kembali normal.

"Tidak ada kompetisi selama pandemi berpengaruh sekali terhadap penjualan. Kembali bergulirnya BRI Liga 1 membuat roda kembali bergerak, tapi tetap tidak seperti sebelumnya," kata Novi.

"Dulu begitu jersey baru keluar, selalu ada permintaan. Sekarang berkurang, turun drastis. Mungkin ini terjadi karena pandemi berpengaruh kepada kehidupan suporter. Banyak yang kehilangan pekerjaan sehingga, teman-teman antusiasnya menurun," sambung ibu asli Malang ini.

4 dari 4 halaman

Dukungan BRI

BRI selaku sponsor utama Liga 1 menyadari itu dan terus berupaya mendukung UMKM. Restrukturisasi UMKM pun dilakukan bank pelat merah ini, dari nilai Rp245,22 triliun pada awal pandemi menjadi Rp156,93 triliun hingga akhir Desember 2021.

Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sepanjang 2021 juga telah mencapai Rp194,9 triliun untuk 6,5 juta nasabah.

"Dari awal pandemi, saya katakan kalau mau selamatkan ekonomi, selamatkan UMKM. Karena itu menjadi fokus dari BRI," kata Direktur Utama BRI Sunarso dalam BRI Microfinance Outlook beberapa waktu lalu.