Liputan6.com, Jakarta Perang Rusia dan Ukraina mulai berdampak kepada kenaikan bahan pangan dunia. Maklum, dua negara tersebut merupakan penyuplai kebutuhan gandum dunia dan beberapa bahan pangan lainnya.
Mengutip DW Indonesia, Selasa (19/4/2022), Rusia dan Ukraina saat ini menyuplai 29 persen kebutuhan gandum dunia, 19 persen jagung dan 78 persen minyak bunga matahari.
Baca Juga
Perang tersebut menghambat distribusi dan produksi yang memicu kenaikan bahan pangan di seluruh dunia. Bahkan, Rusia sudah melarang ekspor gandum sedangkan Ukraina belum bisam emulihkan kapasitas produksinya.
Advertisement
Salah satu contoh kenaikan terjadi di makanan, minuman beralkohol, atau rokok yang meningkat 4,1 persen sejak Februari lalu, setelah naik 3,5 persen pada Januari 2022.
"Penting untuk mengingat bahwa ancaman ketahanan pangan sesungguhnya dialami negara miskin, terutama negara yang bergantung pada impor dari Ukraina seperti di Timur Tengah dan Afrika Utara,” kata Ariel Brunner, peneliti pertanian di lembaga konservasi BirdLife.
Brunner mengatakan, dampak perang Rusia dan Ukraina akan sangat terasa bagi negara-negara di Tiur Tengah dan Afrika Utara. Di Eropa, Brunner mengatakan belum ada kelangkaan yang akan terjadi.
"Di Eropa, masalahnya cuma inflasi,” imbuhnya lagi. "Sereal, minyak makan dan komoditas lain kemungkinan akan mengalami gangguan pasokan.” katanya.
Rancang Strategi Baru
Lebih lanjut, Uni Eropa bersama PBB pun sedang menggodok strategi baru agar ketahanan tetap terjamin terutama di Afrika dan Timur Tengah.
"Lonjakan harga bahan pangan menempatkan mereka yang paling rentan dalam stuasi yang semakin parah,” kata Komisioner Manajemen Krisis UE, Janez Lenarcic.
"Invasi Rusia terhadap Ukraina meningkatkan tekanan terhadap sistem makanan dan mengancam jutaan orang dengan bencana kelaparan." ujarnya menambahkan.
Advertisement
Cetak Rekor Tertinggi
Di sisi lain, harga pangan dunia melonjak ke rekor tertinggi baru pada Maret. Badan pangan PBB mencatat kenaikan dipicu perang di Ukraina mengguncang pasar gandum dan minyak sayur.
Dilansir dari Antara, Jumat (8/4), indeks harga pangan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), yang melacak komoditas pangan yang paling banyak diperdagangkan secara global, mencapai rata-rata 159,3 poin bulan lalu versus revisi naik 141,4 untuk Februari.