Liputan6.com, Manchester - Manchester United resmi menunjuk Erik ten Hag sebagai manajer baru, Kamis (21/4/2022). Juru strategi asal Belanda itu menjadi suksesor Ole Gunnar Solskjaer mulai musim panas ini.
Erik ten Hag menandatangani kontrak tiga tahun dengan Setan Merah hingga Juni 2025. Dalam kesepakatan itu juga tercantum opsi perpanjangan satu tahun.
Baca Juga
Pria berusia 52 tahun itu mengalahkan sejumlah kandidat lainnya. Mereka antara lain pelatih PSG Pochettino, Manajer Chelsea Thomas Tuchel, Julen Lopetegui asal Sevilla, dan ahli strategi timnas Spanyol Luis Enrique.
Advertisement
Direktur sepak bola MU John Murtough mengatakan visi dan motivasi jangka panjang Ten Hag selama proses wawancara telah membuat dewan klub terkesan. Inilah yang membuat pelatih Ajax tersebut terpilih menduduki kursi panas di Old Trafford.
"Selama empat tahun terakhir di Ajax, Erik telah membuktikan dirinya sebagai salah satu pelatih paling menarik dan sukses di Eropa," kata Murtough seperti dikutip dari Ace Football. "Terkenal karena timnya yang atraktif, sepak bola menyerang, dan komitmen terhadap pemain muda."
"Dalam percakapan kami dengan Erik menjelang penunjukan ini, kami sangat terkesan dengan visi jangka panjangnya untuk mengembalikan Manchester United ke level yang kami inginkan untuk bersaing, dan dorongan serta tekadnya mencapai itu," ucap Murtough melanjutkan.
"Kami mendoakan yang terbaik untuk Erik karena dia fokus untuk mencapai akhir musim yang sukses di Ajax dan berharap dapat menyambutnya di Manchester United musim panas ini.
Â
Simak klasemen Liga Inggris di halaman berikutnya.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Karier Erik ten Hag
Erik ten Hag memulai kariernya di dunia sepak bola saat bergabung dengan FC Twente pada 1989. Dia sempat memperkuat klub Belanda tersebut dalam tiga kesempatan, yakni 1989-1990, 1992-1994, dan 1996-2002.
Semasa bermain, Ten Hag adalah bek tengah yang tangguh. Dengan FC Twente, dia memenangkan Piala KNVB pada 2001.
Setelah gantung sepatu, Ten Hag melanjutkan kariernya ke jenjang kepelatihan. Dia pernah masuk dalam staf pelatih di Twente.
Ketika Steve McClaren, mantan asisten manajer legendaris MU Sir Alex Ferguson, diangkat menjadi pelatih FC Twente pada 2008, Ten Hag naik menjadi asistennya. Dia langsung membuat kesan.
"Saya pikir saya bekerja keras sampai saya bertemu Erik," tutur McClaren kepada The Daily Telegraph, belum lama ini, mengingat kembali suksesnya meraih gelar juara Liga Belanda pertama dalam sejarah Twente.
"Kekuatan besarnya tidak hanya terletak pada perhatiannya terhadap detail dan organisasi," tambah McClaren. "Dia memiliki filosofi jelas tentang bagaimana dia ingin bermain sepak bola; lingkungan yang ingin dia ciptakan. Program pengembangan pemain adalah bagian penting dari Twente."
Advertisement
Belajar dari Pep Guardiola
Setelah Twente, Ten Hag sempat menjadi asisten pelatih di PSV Eindhovien meski tidak berlangsung lama. Dia kemudian menjadi pelatih di Go Ahead Eagles yang bermain pada kasta kedua Liga Belanda pada 2012-2013.
Dalam debutnya sebagai pelatih Ten Hag membawa Go Ahead Eagles promosi ke Eredivisie. Kesuksesannya itu membuatnya dipercaya menangani Bayern Munchen II, tim cadangan raksasa Bundesliga Jerman.
Di sana, Ten Hag sering bertemu dengan pelatih Bayern Munchen saat itu Pep Guardiola. Dia pun mempelajari keahlian juru taktik asal Spanyol itu selama dua tahun sebelum kembali ke Eredivisie.
Bali ke Belanda, Ten Hag menduduki kursi pelatih FC Utrecht dan sukses membawa mereka ke kualifikasi Liga Europa. Ketika memecat Marcel Keizer pada Desember 2017, kinerjanya yang mengesankan sudah meyakinkan Ajax untuk menjadikan pria berusia 52 tahun itu sebagai pelatih.
"Tim Ajax-nya menyenangkan untuk ditonton," kata Guardiola, baru-baru ini, mengakui.
Sejumlah gelar
Kepercayaan Ajax dijawab Erik ten Hag dengan sejumlah gelar. Dia telah memberikan dua gelar juara Eredivisie pada musim 2018-2019 dan 2020-2021.
Pada musim yang sama, dia juga membawa Ajax memenangkan gelar Piala KNVB. Selain itu, Ajax juga merebut trofi Johan Cruyff Shield pada 2019.
Bersama Ten Ajax, Ajax juga membuat jejak di Liga Champions musim 2018-19. Di musim pertamanya sebagai pelatih Ajax, dia membawa skuad mudanya yang pemberani melaju hingga ke semifinal.
Ajax mengalahkan tim-tim kuat yang sudah mapan seperti Real Madrid dan Juventus. Sayang, langkah mereka harus terhenti di semifinal karena kalah gol tandang dari Tottenham Hotspur pada detik terakhir di Amsterdam Arena.
Di Liga Champions musim ini, Ajax tampil mengesankan di penyisihan grup dengan enam kemenangan dan 20 gol. Namun di babak 16 besar, Ajax secara mengejutkan disingkirkan Benfica setelah kalah agregat 2-3.
Sekarang, Ajax fokus pada kompetisi domestik. Ten Hag berpeluang untuk memberikan gelar juara Eredivisie ketiga karena Ajax masih memimpin puncak klasemen hingga pekan ke-29.
Akhir musim ini, Ten Hag akan datang ke Old Trafford dengan membawa sejumlah prestasinya bersama Ajax. Kesuksesan semacam itu merupakan aspek kunci dari daya tarik pria berkepala plontos ini, sama menariknya dengan prospek untuk mereplikasi visinya buat Ajax: sistem yang agresif, ekspresif, dan cair yang menangkap hati serta imajinasi.
Visi seperti itu membutuhkan fondasi kukuh yang membutuhkan kesabaran dan keyakinan. Namun, dengan menunjuk Erik ten Hag sebagai manajer, masa depan Manchester United terlihat lebih cerah di tahun-tahun mendatang.
Advertisement