Liputan6.com, Jakarta Madura United terus bertumbuh. Tim yang berlaga di kasta tertinggi sepak bola Tanah Air itu berusaha agar semakin profesional. Peran Annisa Zhafarina Qosasi sebagai Chief Operating Officer (COO) membuat kondisi di 'balik layar' tim yang dijuluki Laskar Sape Kerrab itu kini lebih modern.
Sepak bola memang sudah tidak asing lagi bagi Annisa. Perkenalannya dengan si kulit bundar dilakukan saat masih di bangku Sekolah Dasar atau SD. Annisa saat itu kerap diajak ayahnya, Aqsandul Qosasih yang menjabat sebagai pengurus PSSI untuk menyaksikan pertandingan sepak bola.
Berbekal pengalaman ini, Annisa pun semakin jatuh hati dengan sepak bola. Penggemar klub Barcelona dan Manchester United tersebut lalu memberanikan diri untuk terjun lebih dalam lagi. Sejak 2018 lalu, Annisa dipercaya menjadi COO klub kebanggaan warga Pulau Garam, yakni Madura United.
Advertisement
Annisa sadar, passion saja tidak cukup. Dibutuhkan kemampuan manajerial yang mumpuni untuk mengelola klub profesional. Wanita tamatan Universitas Indonesia (UI) tersebut juga enggan dianggap masuk jajaran manajemen karena ayahnya, Aqsanul yang tidak lain adalah presiden Madura United.
"Waktu awal-awal masuk dan benar-benar berkecimpung (di dunia sepak bola) aku juga ada takutnya. (Takut orang-orang berpikir) kaya ‘Halah, ini cuma anaknya pak Achsanul. Enak banget langsung masuk kerja dan segala macam.’ Aku takut diskriminasi di bagian itu, akhirnya aku mulai belajar,” katanya saat mengawali perbincangan dengan Liputan6.com di Senayan Park, Jakarta, Sabtu (25/6/2022).
Annisa kemudian mengikuti Certificate of Advanced Studies in Football Management UEFA pada tahun 2019. Program ini dijalaninya di sela-sela mengikuti perkuliahan S2 di Universitas Indonesia (UI). Annisa mengaku mengetahui program UEFA tersebut dari seorang temannya.
"(Sertifikasinya berjalan selama) sembilan bulan, online, bolak balik London-Swiss-London. Karena aku mengambil itu bersamaan dengan S2–waktu itu belum COVID– jadi aku sempat tidak masuk S2 dua minggu, karena sedang di London untuk mengambil (sertifikasi) UEFA,” kisahnya.
'Bermain' di Belakang Layar
Berbekal pelatihan ini, Annisa semakin percaya diri melakukan berbagai gebrakan di Madura United. Mulai dari urusan marketing, public relation, hingga human resources yang spesifik untuk klub sepak bola.
"Karena sertifikasi UEFA itu lebih mendetail kepada manajemen, orang-orang di balik layar, aku banyak (melakukan) perubahan di balik layar. Misalnya, mereka memberi tahu pentingnya marketing, PR, human resources dan segala macam. Nah, dari situ aku banyak belajar mengaplikasikannya di Madura United.”
Annisa mengaku, dulu Madura United tidak punya orang yang khusus jadi public relation (PR). Akibatnya, pesan yang hendak disampaikan klub kepada masyarakat tidak sampai dengan sempurna.
"Nah gara-gara UEFA aku jadi menerapkan itu di dalam (Madura United)," katanya.
Selain itu, Annisa juga mulai memperhatikan pengelolaan sosial media Madura United. Menurutnya, hal ini sudah sangat tidak terpisahkan dari industri sepak bola modern belakangan ini.
Annisa pun mencontohkan klub Serie A, AS Roma dan klub Bundesliga, Bayern Munchen. Menurutnya, kedua raksasa sepak bola Eropa itu sangat memperhatikan pengelolaan media sosial mereka.
"Mereka itu engaging, mereka itu sangat engaging dengan user-user media sosialnya. Ini sudah mulai aku terapkan di Madura United. Ini membuat kami jauh lebih dekat dengan suporter," beber Anisa.
Advertisement
Pemain adalah Aset
Tidak hanya materi dari UEFA, Annisa juga banyak menimba ilmu dari interaksinya dengan manajemen klub-klub Eropa saat mengikuti pelatihan. Salah satunya, terkait player management. Menurutnya, aspek ini sudah seharusnya mulai diperhatikan karena pemain merupakan aset penting bagi klub profesional.
"Kami sekarang sudah jauh lebih individualis (memperhatikan individu pemain satu per satu). Player itu adalah aset terbesar dari klub sepak bola, itu adalah hal yang memang harus kita jaga," katanya.
Di luar urusan mengelola klub secara profesional, Annisa juga menaruh perhatian besar pada regenerasi pemain. Hal ini terbukti dari didirikannya Madura United Football Academy sebagai wadah bagi anak-anak Madura untuk mengasah kemampuannya dalam bermain dan mengejar prestasi lewat sepak bola.
"Kami ada Madura United Football Academy. Football academy itu sudah selesai, sekarang (sedang) bikin training ground, terdiri dari tiga lapangan untuk mereka latihan. (Ada juga) mes buat pemain, sudah kami siapkan–belum jadi, tetapi hampir selesai,” kata wanita kelahiran Surabaya, 13 April 1995 itu.
"Di situ nantinya anak-anak muda Madura yang ingin bermain bola bisa belajar bersama kami, dengan harapan (mereka) akan kami rekrut ke Madura United dan bisa membela Timnas. Kami ingin banyak pemain muda dari Madura yang bisa menjadi pesepak bola terkenal,” ujar Annisa menambahkan.
Sentuhan Wanita
Kehadiran Annisa sebagai COO Madura United sekaligus menambah warna sentuhan perempuan di industri sepak bola Tanah Air. Meski harus berurusan dengan klub yang dihuni para pemain pria, bagi Annisa, kodrat sebagai wanita justru banyak membantunya dalam menjalankan tugas sehari-hari. Ketelitian yang lekat dengan perempuan jadi kekuatan Annisa menjaga kualitas dan kenyamanan pemain Madura United.
"Contoh kecil saja, kita bicara soal hotel (saat pertandingan tandang). Kalau yang mengurus itu bukan aku (sebagai perempuan), hotelnya jadi aneh-aneh. Para pemain pun tidak nyaman, sehingga bermainnya kurang bagus. Hal-hal seperti itu yang memikirkan biasanya perempuan, masalah kedetailan dan semacamnya itu (menjadi urusan) wanita. Kalau atlet sakit juga yang lebih cerewet perempuan," katanya.
"Kita jauh lebih detail. Aku tidak bilang laki-laki tidak bisa melakukan itu, tetapi lebih banyak perempuan yang seperti itu ketimbang laki-laki,” ujarnya menambahkan.
Sebagai COO Madura United, Annisa juga berpesan agar kaum wanita tak lagi berpikir soal diskriminasi gender. Menurutnya, hal itu tidak akan terjadi selama pihak-pihak yang berkecimpung memiliki pengetahuan dan pengalaman yang sesuai soal bidangnya masing-masing.
"Soal diskriminasi gender, menurut aku kalau kita punya pengalaman, pengetahuan, dan outlook ke dalam sepak bola yang benar, kita tidak akan didiskriminasi. Pada akhirnya, yang berkata adalah pekerjaan yang kita hasilkan,” ujar penggemar Barcelona dan Manchester United itu mengakhiri perbincangan.
Advertisement