Liputan6.com, Jakarta Lima bulan lagi dunia akan menyaksikan ajang sepak bola paling prestisius di muka bumi. Tepatnya pada tanggal 21 November hingga 18 desember 2022 Piala Dunia Qatar 2022 akan bergulir.
Membahas soal sejarah Piala Dunia, turnamen yang dapat menyatukan berbagi latar belakang, ras, dan budaya tersebut pertama kali diadakan pada tahun 1930 di Uruguay. Selanjutnya kompetisi ini berjalan 4 tahun sekali kecuali pada masa perang dunia kedua.
Tahun lalu muncul pendapat untuk melaksanakan Piala Dunia setiap 2 tahun sekali. Ide tersebut diutarakan oleh mantan pelatih Arsenal yaitu Arsene Wenger.
Advertisement
Wenger berasumsi, melaksanakan Piala Dunia setiap 2 tahun sekali dapat memberikan kesempatan bagi pemain untuk memenangkan trofi tersebut, selain itu the Professor (julukan wenger) menganggap jika perhelatan ajang akbar tersebut dilakukan setiap 2 tahun sekali dapat meenghadirkan pertandingan yang lebih berkualitas.
Selaras dengan Wenger, FIFA mendukung ide itu dan telah melakukan pertemuan dengan enam konfederasi untuk membicarakan ide tersebut.
Namun ide Wenger dan FIFA tersebut mendapat tentangan dari banyak pihak, termasuk pecinta sepak bola yang menganggap bahwa Piala Dunia adalah ajang eksklusif yang tak boleh diubah begitu saja.
klub-klub Eropa dan liga-liga top juga dikabarkan kontra akan ide tersebut. Mereka menyatakan Piala Dunia setiap 2 tahun sekali akan berdampak buruk bagi fisik para pemain dan mengacaukan jadwal kompetisi yang sudah ada.
Berbicara tentang eksklusivitas Piala Dunia, tentu timbul pertanyaan apa yang menjadi alasan ajang tersebut hanya digelar 4 tahun sekali?
Proses Kualifikasi yang Panjang
Melihat tim nasionalnya berlaga di ajang prestius Piala Dunia adalah mimpi setiap negara. Sedangkan Piala Dunia hanya mempunyai 32 slot negara.
saat ini FIFA memiliki anggota 211 negara di dunia. Untuk mendapatkan 32 tim terbaik FIFA harus melakukan kualifikasi.
Dalam mencara 32 tim nasional terbaik, FIFA mengadakan kualifikasi berdasarkan zona konfederasi. Total ada 5 zona konfederasi yaitu zona UEFA (Eropa), zona CONMEBOL (Amerika Selatan), zona CONCACAF (Amerika Utara), CAF (Afrika),dan zona AFC (Asia), dan zona OFC (Oseania).
Umumnya setiap zona memiliki jumlah slot yang berbeda tergantung dengan kualitas sepak bola zona tersebut. Adakalanya dari kelima zona tersebut tidak berkesempatan menyumbang perwakilan. Seperti pada Piala Dunia Qatar 2022 dari 32 tim nasional yang akan berlaga tidak akan ada negara yang berasal dari zona OFC atau Osenia.
Oleh karena itu, proses mencari 32 tim terbaik dari 211 tim nasional memakan banyak waktu dan energi, sehingga tidak heran kenapa Piala Dunia dilaksanakan setiap 4 tahun sekali.
Advertisement
Persiapan Tuan Rumah
Selain menjadi peserta Piala Dunia, 211 negara FIFA juga berebut kesempatan untuk menjadi tuan rumah.
Keuntungan seperti menarik turis asing, mempercepat pembangunan, dan meningkatkan kualitas sepak bola nasional akan didapatkan ketiga negara tersebut menjadi host Piala Dunia.
Umumnya pemilihan tuan rumah Piala Dunia dilakukan dari jauh jauh hari agar memberi kesempatan bagi negara terpilih untuk menyiapkan sematang mungkin semua infrastruktur. Infrastruktur seperti stadion, penginapan, dan sistem transportasi sangat diperhatikan untuk lancarnya perhelatan turnamen sepak bola kabar tersebut.
Pembangunan infrastruktur seperti juga harus memenuhi standar FIFA. Oleh karena itu, dibutuhkan perancangan, perencanaan, serta strategi sendiri bagi setiap tuan rumah, hal tersebut tentu memakan biaya dan waktu yang tidak singkat.
contohnya saja ketika Brasil yang kita kenal sebagai negara dengan budaya sepak bola, Pada Piala Dunia 2014 harus merevitalisasi banyak stadionya dan menghabiskan biaya 56 triliun rupiah.
Tradisi dan Eksklusifitas
Ketika Piala Dunia pertama kali digelar pada tahun 1930 Uruguay, hanya 13 tim nasional yang ikut berprestasi pada ajang tersebut. Hal itu disebabkan oleh sulit dan terbatasnya transportasi pada saat itu.
Namun pada edisi edisi selanjutnya hampir seluruh slot tim mulai terisi, hingga saat ini melihat tim nasional nya berlaga di ajang Piala Dunia adalah impian bagi seluruh penggemar sepak bola. Turnamen ini dapat dikatakan sebagai ajang bersatunya semua negara di dunia, ketika semua orang datang dari berbagi latar belakang, ras, dan budaya melihat tim nasionalnya bertanding. Semua emosi pun tercurah dari sedih, tegang hingga bahagia.
Apabila kebiasaan 4 tahun sekali tersebut diubah menjadi lebih singkat, tentu akan mengurangi animo penggemar sepak bola karena sangat sering dihelat.
Maka dari itu perhelatan Piala Dunia setiap empat tahun sekali dapat dikatakan sebagai tradisi yang akan sulit untuk diganti.
Advertisement