Sukses

Jadi Korban Penembakan, Simak Kontribusi Penting Shinzo Abe bagi Kancah Olahraga Jepang

Mantan Perdana Menteri Jepang yang menjadi korban penembakan, Shinzo Abe, merupakan sosok yang berjasa bagi bidang olahraga di Negeri Sakura. Simak sejumlah kontribusi yang pernah diberikan Shinzo Abe dalam kancah olahraga Jepang melalui artikel berikut ini!

Liputan6.com, Jakarta -- Kabar pilu datang dari Jepang. Mantan perdana menterinya, Shinzo Abe, menjadi korban penembakan kala berpidato di Kota Nara, Jumat (8/7/2022).

Seperti dilansir AP News, Abe berada di Nara dalam rangka kampanye jelang pemilihan pada Minggu mendatang untuk majelis tinggi parlemen.

Laporan berbagai sumber mengklaim Abe sempat mengalami gagal jantung. Dia sempat dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi parah. Politikus berusia 67 tahun tersebut akhirnya dinyatakan meninggal dunia di tempat dirinya menjalani perawatan medis.

Wartawan BBC Jepang Yuko Kato menyebut insiden penembakan Shinzo Abe menjadi berita yang ditakuti oleh rakyat Negeri Sakura. Publik Jepang tengah mengalami kesedihan, kemarahan, dan rasa terkejut akibat peristiwa yang menimpa mantan perdana menteri Jepang itu.

"Ini adalah berita yang ditakuti orang-orang di Jepang selama enam jam. Apa pun yang dipikirkan orang tentang Abe, Jepang kini bersatu dalam kesedihan, kemarahan, dan keterkejutan," ujar Kato dalam tulisannya.

Berbagai pejabat dunia sontak mengeluarkan pernyataan terkait peristiwa pilu yang dialami Shinzo Abe. Duta Besar Amerika Serikat Rahm Emanuel pun buka bicara. Ia menyebut Shinzo Abe pemimpin yang luar biasa sekaligus sekutu tak tegoyahkan bagi negaranya.

"Abe-san telah menjadi pemimpin Jepang yang luar biasa dan sekutu Amerika Serikat yang tidak tergoyahkan. Pemerintah AS dan rakyat Amerika berdoa untuk kesejahteraan Abe-san, keluarganya, dan rakyat Jepang," ucap Emanuel.

2 dari 4 halaman

Salah Satu Pelopor Olimpiade Tokyo

Meski berkiprah sebagai politikus, nama Shinzo Abe tak terlalu asing didengar di dunia olahraga. Sosok yang dua kali menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang ini diketahui pernah berupaya membantu Tokyo terpilih menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas sekaligus Paralimpiade 2020.

Abe memberikan pidato berbahasa Inggris dalam sesi IOC di Buenos Aires pada September 2013. Kala itu, ia memuji peran olahraga di Jepang sekaligus meyakinkan anggota komite bahwa permasalahan terkait pabrik Fukushima berada di bawah kendali. Hal ini menjadi faktor krusial di balik terpilihnya Jepang sebagai penyelenggara Olimpiade Tokyo.

Setelahnya, sang mantan perdana menteri juga berupaya menggunakan Olimpiade Tokyo sebagai simbol program revitaliasi ekonominya–yang dikenal sebagai Abenomics–dengan menyatakan ajang tersebut dapat menjadi penggerak untuk menghilangkan deflasi.

“Saya ingin menjadikan Olimpiade sebagai pemicu untuk menghapus delfasi dan penurunan ekonomi selama 15 tahun,” ujar Shinzo Abe, seperti dilansir dari Financial Times.

3 dari 4 halaman

Pembuat Kebijakan di Bidang Sepak Bola

Tak hanya berkontribusi pada terpilihnya Jepang sebagai tuan rumah Olimpiade Tokyo 2020, Shinzo Abe juga pernah memberi sumbangsih penting bagi bidang sepak bola di Negeri Sakura pada masa pandemi COVID-19.

Seperti diketahui, Liga Jepang sempat terhenti selama berbulan-bulan akibat dilanda Corona. Kebijakan berani yang dikeluarkan Shinzo Abe menjadi titik balik diselenggarakannya kembali kompetisi sepak bola di Negeri Sakura.

Adapun Liga Jepang semula diizinkan bergulir tanpa kehadiran penonton. Akan tetapi, setelah kasus COVID-19 di negara tersebut mulai menurun, Shinzo Abe melonggarkan kebijakan dan memperbolehkan penonton untuk hadir di stadion. 

4 dari 4 halaman

Undang-Undang Senjata

Tragedi penembakan Shinzo Abe tak pelak menjadi hal yang mencengangkan bagi dunia. Pasalnya, Jepang hingga kini dikenal sebagai salah satu negara dengan undang-undang senjata yang ketat. Kematian tahunan di Jepang bahkan sangat jarang, berjumlah kurang lebih 10.

Lebih lanjut, Jepang juga menganut gagasan yang menyatakan lebih sedikit senjata yang beredar, maka akan menyebabkan lebih sedikit kematian. Alhasil, warga dan polisi di Negeri Sakura jarang menggunakan senjata api. Aparat yang tidak bertugas pun tidak diperbolehkan membawa benda tersebut.