Sukses

Piala Dunia 1998: Sihir Zinedine Zidane Bersama Timnas Prancis yang Berujung Juara

Permainan Zinedine Zidane sempat diragukan di awal keikutsertaannya Piala Dunia 1998. Tapi magi sang gelandang muncul di saat yang tepat untuk membawa Timnas Prancis terbang tinggi.

Liputan6.com, Jakarta- Piala Dunia 1998 kerap membicarakan bagaimana Brasil keok dari Timnas Prancis di partai final. Cerita kemudian dibarengi dengan kisah misterius Ronaldo yang sempat mengalami kejang lengkap dengan teori konspirasi yang membalutnya.

Tapi mari sejenak menepi dari cerita yang tak punya ujung tersebut. Mari membicarakan Zinedine Zidane bermain.

Untuk kisah pria kelahiran Marseille ini agaknya memang tak bisa dipisahkan pula dengan perjalanan Timnas Prancis di Piala Dunia 1998. Zidane sempat berstatus zero kemudian [berproses] menjadi hero.

Zidane memula Piala Dunia 1998 dengan catatan buruk. Di babak grup, eks bintang Real Madrid ini hanya bermain dua kali. Itu juga tidak penuh. Di laga kedua, Zidane mendapat kartu merah saat menghadapi Arab Saudi sehingga ia hanya bermain selama 71 menit saja.

Zidane absen dua laga dan baru kembali diturunkan saat babak perempat final. Artinya, tak bersama tim saat laga pemungkas Grup C menghadapi Denmark dan berada di bangku cadangan saat meliat Les Bleus menang tipis 1-0 atas Paraguay di babak 16 besar.

Di laga babak perempat final, masa hukuman Zidane rampung. Manajer Aime Jacquet kemudian pede untuk menurunkan pemain yang identik dengan nomor 10 ini di Timnas Prancis.

Sial buat Timnas Prancis dan Zidane tentunya, lawan mereka adalah Italia. Sepanjang perhelatan Piala Dunia 1998, Gli Azzurri tampil cukup memukau dengan berstatus sebagai juara Grup B.

Italia juga masih diperkuat alumnus Piala Dunia 1994. Roberto Baggio, pemain yang gagal membawa Italia naik podium empat tahun sebelumnya itu, adalah salah satu pilar yang turut diboyong Cesare Maldini untuk berlaga di Stade de France.

Italia juga menyertakan pemain muda macam Francesco Totti, Alessandro Del Piero, Filippi Inzaghi dan Christian Vieri. Mereka yang disebutkan barusan memang tengah bersinar di klub masing-masing ketika itu.

2 dari 5 halaman

Laga Sulit Zidane di Babak Gugur

Perjalanan Zidane dan Timnas Prancis di laga ini tak mudah. Sebab, sepanjang 90 menit, tak ada gol tercipta sehingga memaksa perpanjangan waktu hingga babak tos-tosan.

Mujur bagi Timnas Prancis dan Zidane, tentunya, perjalanan mereka untuk melaju ke babak berikutnya sesuai gagasan. Skor 4-3 menutup laga di babak penalti dengan Zidane mencetak satu di antara gol-gol kemenangan Timnas Prancis.

Meski terus melaju kencang, publik tuan rumah kian ragu saja dengan kecakapan Zidane. Berstatus sebagai pemain kunci, pria yang ketika itu memperkuat Juventus bermain di bawah ekspektasi.

Pun saat menilik Zidane ikut andil di babak semifinal kontra Kroasia. Ketika itu, justru seorang Lilian Thuram yang mencetak dua gol untuk memastikan Timnas Prancis menyegel partai puncak.

 

3 dari 5 halaman

Publik Prancis Was-was

Seantero Perancis cukup dibuat was-was jelang partai puncak. Ini bukan lagi karena Zidane yang bermain angin-anginan dan minim kontribusi gol melainkan lawan yang akan dihadapi tuan rumah yakni Brasil.

Brasil ketika itu dihuni skuat makmur berbalut bintang. Terlebih, satu pemain muda berusia 21 tahun dari Negeri Samba tengah moncer-moncernya: Ronaldo.

Hingga partai puncak, Ronaldo sudah mencetak 4 gol. Pemain yang pernah berseragam Ajax hingga AC Milan ini bersanding dengan nama-nama macam Gabriel Batistuta, Davor Suker, dan Marcelo Salas dalam urusan mencetak gol.

Jika dibandingkan dengan Zidane, ia baru mencetak 2 gol. Publik memang patut harap-harap cemas di laga ini.

4 dari 5 halaman

Sinar Zidane di Stade de France

Tapi pandangan miring publik terhadap etos kerja Zidane terbantahkan di partai final. Karena, di usia laga berjalan tiga menit, Zidane sudah memberikan terapi kejut terhadap barisan pertahanan Brasil.

Cerita bermula saat Zidane melepaskan umpan satu-dua sentuhan dengan bomber Stephane Guivarc’h. Hanya, kans dari pemain yang berusan disebut mentah oleh kesigapan bek-bek Brasil.

Sinar lampu Stade de France seakan hanya menyorot Zidane malam itu. Di hadapan 80 ribu penonton, Zidane seolah menjadi pemain paling bersinar di antara kilauan lampu stadion.

Dan benar saja. Tak lama dari umpan terukur terhadap Stephane Guivarc’h, Zidane kembali menciptakan peluang. Kali ini, sodoran umpan lambungnya mengarah pada Youri Djorkaeff yang berdiri tanpa pengawalan di kotak penalti lawan. Sialnya, cerita kembali sama. Sundulan Youri Djorkaeff malah melambung seakan menjauhi gawang.

Nyaris setengah jam laga berjalan, gemuruh penonton mendadak riuh meneriaki nama Zidane. Pada menit ke-27, ia sukses menyudahi umpan lambung Emmanuel Petit dari situasi sepak pojok menjadi gol.

 

 

5 dari 5 halaman

Bintang Lapangan Itu Bernama Zidane

Gol pembuka kian membikin pemilik nama panggung Zizou ini nyaman. Dan saat pertandingan babak pertama rampung, Zidane kembali mencatatkan namanya di papan skor.

Situasinya mirip dengan gol yang pertama. Namun, saat melesakkan gol kedua, Zidane menerima umpan dari sisi kanan pertahanan Brasil.

Usai rehat, Brasil terus mengurung pertahanan Prancis. Dalam beberapa kesempatan, Tim Samba nyaris mempersempit defisit gol.

Namun, dalam situasi terdesak, Zidane bermain luar biasa. Sebelum gol ketiga Prancis tercipta, ia sempat melepaskan dua umpan kunci.

Pertama pada menit ke-82. Lowongnya pertahanan Brasil membuat Zidane leluasa melancarkan umpan matang terhadap Christophe Dugarry. Kedua pada menit-menit akhir pertandingan kepada Petit. Hanya, dari dua kans tersebut, Petit yang sukses mengonversi umpan Zidane menjadi gol.

Cahaya redup Zidane di panggung Piala Dunia 1998 mendadak jadi kilau. Publik Prancis agaknya sepakat bila menyematkan pria keturunan Aljazair ini adalah salah satu kunci sukses tim nasional sepak bola mereka.