Liputan6.com, Jakarta - Piala Dunia Qatar yang akan dimulai pada bulan November tahun 2022 ini merupakan ajang Piala Dunia pertama yang digelar di kawasan Timur Tengah. Seperti edisi Piala Dunia sebelumnya, tahun ini pesta sepak bola dunia empat tahunan itu pun masih akan diikuti oleh 32 negara peserta dan menggelar total 64 pertandingan, mulai dari laga penyisihan grup hingga laga final.
Pencinta sepak bola di seluruh dunia pun tak sabar lagi menyambut kick off Piala Dunia Qatar. Miliaran pasang mata akan tertuju ke Qatar dan jutaan suporter dari berbagai belahan dunia diprediksi akan membanjiri negara kaya raya di semenanjung Jazirah Arab itu selama putaran final Piala Dunia edisi ke-22 berlangsung kurang lebih satu bulan.
Baca Juga
Tentunya para supporter tim negara masing-masing datang ke Qatar untuk mendukung dan menyemangati tim kesayangan masing-masing.
Advertisement
Mereka tidak sekadar datang untuk meramaikan stadion dan menyemangati tim kesayangan. Ada banyak sekali cara yang dilakukan para penggemar sepak bola untuk menunjukkan dukungan mereka kepada tim kesayangannya, mulai dari aksi kreatif yang menghibur dan menuai pujian hingga aksi tak terpuji yang justru melahirkan cibiran banyak pihak.
Beberapa suporter bahkan membawa kecintaan mereka kepada olahraga ini ke level yang baru dan mengundang decak kagum dunia, seperti yang dilakukan suporter Timnas Jepang di ajang Piala Dunia Rusia empat tahun silam.
Keunikan Suporter Tim Samurai Biru
Salah satu supporter tim sepak bola yang memiliki cara unik untuk mendukung tim negaranya adalah suporter Jepang. Di pelbagai ajang olahraga besar, supporter Jepang acap kali menyajikan pemandangan penuh warna dengan wajah yang dicat, kostum unik, serta aksi tabuh drum.
Seakan tak ada kekhawatiran apa pun dalam diri mereka untuk membuat keberadaannya terlihat dan terasa setiap kali mereka tampil di arena untuk memberikan dukungan kepada atlet negaranya. Namun, pada gelaran Piala Dunia Rusia 2018 silam suporter Tim Samurai Biru membedakan diri mereka dengan aksi lain yang tak hanya layak dipuji tetapi juga patut dicontoh banyak orang, yaitu bersih-bersih stadion seusai pertandingan.
Di ketiga pertandingan yang dimainkan Timnas Jepang pada laga penyisihan grup Piala Dunia Rusia 2018 para suporternya tetap berada di stadion setelah permainan selesai untuk membantu tim petugas kebersihan memunguti sampah di tribun penonton. Aksi luar biasa itu terus berlanjut bahkan setelah kekalahan 0-1 Jepang dari Belgia di babak 16 besar.
Advertisement
Fans Jepang Punguti Sampah Usai Laga
Seusai laga Piala Dunia yang sengit, tribun penonton biasanya ditinggalkan fans dengan sampah berserakan. Mulai dari sisa makanan, kaleng dan botol minuman, gelas plastik atau gelas kertas bekas minuman, dan lainnya memenuhi tribun. Tak terkecuali setelah pertandingan pertama fase grup antara Jepang melawan Kolombia.
Kala itu, Timnas Jepang menjadi berita utama di seluruh dunia setelah menjadi tim Asia pertama yang mengalahkan timnas dari Amerika Selatan melalui kemenangan 2-1 atas Kolombia. Penggemar Jepang tentu saja punya alasan untuk berpesta malam itu. Namun, malam itu mereka berselebrasi dengan cara lain.
Usai tim kebanggaannya menyapu Los Cafeteros (Penghasil Kopi, julukan Timnas Kolombia) keluar lapangan dengan kemenangan tipis, fans Jepang juga ikut menyapu dengan aksi dengan cara membersihkan sampah di tribun penonton stadion Mordovia Arena tempat laga pertandingan dilangsungkan.
Sambil menenteng kantong sampah besar, para fans berjalan menyisir kursi penonton untuk memunguti sampah dan meninggalkan tempat itu dalam keadaan rapi dan bersih persis seperti yang mereka dapati saat tiba sebelum pertandingan. Aksi penggemar Jepang yang tak biasa itu pun segera saja mendapat perhatian publik yang sama besarnya dengan kemenangan yang diraih tim kesayangan mereka.
Aksi Pungut Sampah Berlanjut Meski Kalah
Timnas Jepang yang tampil sebagai runner-up Grup H pada Piala Dunia 2018 harus berhadapan dengan Belgia di babak 16 besar. Sempat unggul 2-0, Samurai Biru akhirnya harus menelan pil pahit tersingkir dari Piala Dunia 2018 setelah kalah dramatis dari Timnas Belgia yang tanpa diduga mampu bangkit dan membalikkan keadaan di menit-menit terakhir laga.
Tim Matahari Terbit yang tak pernah absen di putaran final Piala Dunia sejak kemunculannya pertama kali pada Piala Dunia Prancis 1998 itu pun kalah dengan skor tipis 2-3. Tak ayal lagi fans Jepang pun diselimuti duka mendalam atas kegagalan tim kesayangannya.
Kesedihan dan patah hati itu nyata, tetapi sikap sportifitas dan kebesaran hati yang ditunjukkan oleh fans Samurai Biru yang datang ke stadion Rostov Arena itu adalah sesuatu yang luar biasa dan sangat layak diacungi jempol.
Bagaimana tidak, seusai pertandingan duel sengit yang berakhir dengan kekalahan dramatis Jepang, penggemar fanatiknya tetap melanjutkan aksi bersih-bersihnya. Mereka sekali lagi mengeluarkan kantong sampah dan membersihkan stadion sambil melawan kekecewaan atas kekalahan yang memilukan.
Advertisement
Kebiasaan yang Tertanam Sejak Kecil
Aksi bersih-bersih stadion yang dilakukan fans Jepang di ajang Piala Dunia 2018 itu mengejutkan banyak pihak, khususnya fans asing lain di luar Jepang. Sementara bagi orang Jepang sendiri dan penggemar asing yang pernah menyaksikan laga olahraga di Jepang, aksi itu adalah hal biasa yang tak mengherankan lagi, bahkan sudah menjadi kebiasaan masyarakat Jepang pada umumnya. Ya, penggemar olahraga sekali lagi menunjukkan bahwa mereka tak pernah gagal untuk tetap berpegang teguh pada etika sopan santun.
Lantas apa alasan dibalik aksi penuh teladan itu? Jawabannya sederhana, hal itu terletak pada tatanan masyarakat Jepang yang sangat menghargai kebersihan. Mengutip pernyataan Scott McIntyre kepada bbc.com, itu bukan hanya bagian dari kultur sepak bola melainkan sudah menjadi bagian dari kultur masyarakat Jepang.
Gagasan untuk menghargai kebersihan lingkungan itu adalah kebiasaan yang sudah ditanamkan dalam diri orang Jepang sejak usia dini. Di sekolah, anak-anak didorong untuk membersihkan dan merapikan sekolah sendiri. Hal itu dilakukan untuk mengajari dan membekali mereka keterampilan hidup, kesadaran akan kebersihan lingkungan, rasa hormat terhadap orang lain.
Masyarakat Jepang adalah masyarakat kolektif di mana orang-orang merasa sadar betul bahwa mereka adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar dan lebih penting dari individu. Mengutip theculturetrip.com, ada pepatah Jepang berbunyi “Tatsu tori ato wo nogasu” atau “Seekor burung tidak akan mengotori sarang yang akan ditinggalkannya.” yang berarti ketika hendak meninggalkan suatu tempat, manusia sebaiknya membersihkan dan tidak meninggalkan kekacauan yang akan membuat orang yang datang selanjutnya merasa jijik.
Perilaku untuk menjaga kebersihan yang telah tertanam sedari kecil itu pun telah terpatri dalam diri orang Jepang dan menjadi kebiasaan bagi sebagian besar masyarakatnya yang mereka terapkan di berbagai lingkungan, termasuk olahraga.
Aksi Bersih-Bersih Diikuti Fans Senegal
Aksi pungut sampah fans Samurai Biru itu rupanya menginspirasi penggemar fanatik Senegal yang kala itu mendukung timnas kebanggaan mereka berlaga pada pertandingan fase grup melawan Polandia di stadion Okritie Arena Moskow yang dilangsungkan setelah laga Jepang-Kolombia.
Setelah pertandingan berakhir dengan kemenangan 2-1 untuk kesebelasan Senegal, fans mereka terlihat bolak-balik memunguti sampah di sekitar tempat duduk mereka dan mengumpulkannya di suatu tempat untuk memudahkan petugas kebersihan. Aksi tersebut menuai banyak pujian.
Advertisement