Liputan6.com, Jakarta Putaran final Piala Dunia yang digelar empat tahun sekali adalah momen yang selalu dinantikan para penikmat sepak bola di seluruh dunia. Tahun ini, Piala Dunia Qatar yang akan dimulai pada 21 November 2022 menjadi ajang Piala Dunia pertama yang digelar di kawasan Timur Tengah.
Benua Asia sendiri telah dua kali didaulat sebagai tuan rumah Piala Dunia. Dua puluh tahun lalu, Piala Dunia 2002 yang digelar di Jepang dan Korea Selatan tidak hanya menjadi momen epik bagi penikmat sepak bola Asia, tetapi juga menjadi momen bersejarah bagi bangsa Asia.
Baca Juga
Sebaliknya, Piala Dunia 2002 merupakan mimpi buruk bagi sepak bola Italia dan hingga kini masih membekas tak hanya di benak para pemain, tetapi juga di hati para penggemar. Semua itu bermula dari satu pertandingan babak 16 besar antara Italia melawan tuan rumah Korea Selatan yang dipimpin wasit asal Ekuador, Byron Moreno. Pertandingan itu berakhir penuh kejutan dengan kemenangan yang nyaris mustahil bagi Korea Selatan.
Advertisement
Nama Moreno menjadi mimpi buruk bagi sepak bola Italia dan penikmatnya. Fans Gli Azzurri tidak pernah melupakan nama itu dan bersikeras bahwa Moreno bertanggung jawab atas tersingkirnya Italia pada Piala Dunia 2002.
Menilik kembali perjalanan karier perwasitan dan kehidupan personalnya, Byron Moreno sendiri menyisakan kisah yang rumit.
Siapa Byron Moreno?
Moreno lahir di Quito, Ekuador, pada 23 November 1969 dengan nama lengkap Byron Aldemar Moreno Ruales. Ia memulai kariernya di lapangan hijau sebagai pemain junior untuk klub Deportivo Quito dan sempat memenangkan gelar juara pada kompetisi junior. Namun, alih-alih melanjutkan karier menjadi pesepak bola profesional, Moreno lebih tertarik untuk mempelajari teknik perwasitan. Hal itu terinspirasi dari ayahnya, seorang inspektur wasit. Moreno secara resmi terdaftar di FIFA sebagai wasit internasional dari tahun 1996 hingga 2003.
Pada 2002, Moreno sempat diskors dari 20 laga setelah memberikan 13 menit perpanjangan waktu dan penalti kontroversial untuk memenangkan Liga Quito dalam kompetisi Liga Primera A Ekuador. Liga Quito adalah tim sepak bola profesional yang bermarkas di ibu kota Ekuador Quito, tempat Moreno mencalonkan diri sebagai wali kota kala itu.
Moreno kembali berulah saat menjalankan pertandingan ketiganya setelah masa skors berakhir. Ia kembali diskors satu pertandingan setelah mengeluarkan 3 kartu merah untuk tim tamu Deportivo Quito dalam laga imbang 1-1 melawan Deportivo Cuenca yang digelar bulan Mei 2003. Beberapa bulan kemudian, Moreno mengakhiri serangkaian kontroversi yang kerap disajikannya di lapangan hijau dan skors yang bertubi-tubi diterimanya dengan menyatakan pensiun dari sepak bola.
Advertisement
Moreno vs Gli Azzurri
Byron Moreno didaulat untuk memimpin laga 16 besar Piala Dunia 2002 antara timnas Italia dan tuan rumah Korea Selatan. Dalam pertandingan yang digelar di Daejeon World Cup Stadium pada tanggal 18 Juni 2002, wasit asal Ekuador dan para asistennya yang bertugas kala itu membuat serangkaian keputusan kontroversial yang dinilai sangat menguntungkan tuan rumah.
Dalam pertandingan yang berakhir kekalahan 1-2 untuk Gli Azzuri itu, Moreno menghadiahkan penalti kontroversial bagi timnas Korea Selatan di babak pertama yang berakhir dengan skor 1-1. Aksi nyeleneh Moreno berlanjut saat ia menganulir potensi gol emas Damiano Tommasi dengan keputusan offside yang dalam tayangan ulang di televisi terbukti lain. Keputusan aneh lainnya adalah saat ia mengusir Francesco Totti keluar lapangan karena dianggap melakukan diving. Gli Azzurri memprotes keras kartu merah Totti karena posisi Moreno sangat jauh dari posisi Totti saat keputusan itu diambil.
Publik sepak bola Italia masih mengingat kejadian itu hingga kini.
Kokain Membawanya ke Jeruji Besi
Setelah pensiun sebagai wasit, Moreno tampil di televisi Ekuador sebagai pengamat sepak bola. Ia juga sempat tampil dalam acara komedi televisi Italia di mana dirinya menjadi lelucon.
Namun, Moreno kembali menjadi berita pada tahun 2010. Tepatnya 21 September 2010, ia diamankan Satuan Polisi Anti Narkoba Amerika Serikat di Bandara Internasional John F. Kennedy New York karena kedapatan membawa enam kilogram kokain yang disembunyikan di pakaian dalamnya.
Pada Januari 2011, ia dinyatakan bersalah oleh Hakim Federal dan dituntut 10 tahun penjara. Namun, pengacaranya mengajukan pembelaan dengan dalih Moreno terpaksa menyelundupkan barang haram itu karena terlilit utang dan nyawa istrinya terancam setelah mengalami keguguran. Akhirnya ia dijatuhi hukuman penjara dua setengah tahun.
Moreno menghabiskan masa tahanannya di Rumah Tahanan Metropolitan Brooklyn di mana ia menjadi sosok tahanan teladan. Ia bekerja sebagai tukang setrika pakaian para tahanan lain dan juga mengorganisir turnamen sepak bola antar narapidana di dalam penjara. Moreno mendapatkan pengakuan dan sertifikat berkelakuan baik dari Kepala Rutan yang membuatnya bebas lebih awal. Setelah menjalani masa tahanan selama 26 bulan, Moreno dinyatakan bebas dan dipulangkan ke Ekuador.
Advertisement
Akui Kesalahan pada Piala Dunia 2002
Berdasarkan kutipan dari news.cgtn.com, dalam preview program Futbol Sin Cassette produksi Sky Sports, Moreno mengatakan ada banyak keputusan yang salah dalam pertandingan itu salah satunya adalah kartu kuning untuk Hwang Sun-Hong akibat tekel kerasnya terhadap Gianluca Zambrotta. Moreno setuju bahwa saat itu seharusnya kartu merah. Namun, dalam hal gol Tommasi yang dianulir, ia menyalahkan hakim garisnya kala itu, Jorge Ratallino.
Mengutip m.footballap.com, meski mengakui kesalahannya, Moreno masih menganggap bahwa laga Italia vs Korea Selatan pada Piala Dunia 2002 sebagai salah satu dari tiga penampilan terbaiknya sebagai wasit. Ia bahkan memberikan nilai 8,5 dari 10 atas penampilannya itu. Lebih lanjut, Moreno mengatakan bahwa hari itu Italia membuat kesalahan, seharusnya Trapattoni tidak memasukkan Gennaro Gattuso melainkan seorang striker.
Kabar Terkini Moreno
Sejak diekstradisi ke negaranya selepas 26 bulan masa tahanannya di Amerika Serikat, Moreno tinggal di Santiago de Guayaquil yang merupakan kota pelabuhan terbesar di Ekuador. Saat ini ia masih aktif tampil di televisi Ekuador sebagai komentator dan pengamat sepak bola di radio dan televisi setempat.
Advertisement