Liputan6.com, Jakarta Piala Dunia 2022 akan dibuka dengan pertandingan penyisihan Grup A Qatar vs Ekuador di Stadion Al Bayt pada 20 November mendatang. Turnamen Piala Dunia edisi ke-22 itu akan berlangsung 29 hari hingga partai final pada 18 Desember di stadion Lusail Iconic.
Komite Wasit FIFA pun telah secara resmi merilis daftar ofisial terpilih untuk turnamen tersebut. 36 wasit, 69 asisten wasit, dan 24 ofisial video pertandingan dipilih dari enam konfederasi sepak bola dunia. Mereka dipilih berdasarkan kualitas dan penampilannya saat memimpin pertandingan baik di kompetisi internasional maupun domestik beberapa tahun terakhir.
Tahun ini, untuk pertama kalinya dalam sejarah Piala Dunia, Komite Wasit FIFA menunjuk tiga wasit perempuan dan tiga asisten wasit perempuan dalam tim ofisial. Tiga wasit perempuan terpilih adalah Stephanie Frappart dari Prancis, Salima Mukansanga dari Rwanda, dan Yoshimi Yamashita dari Jepang. Sedangkan untuk asisten wasit terpilih mereka adalah Neuza Back asal Brasil, Karen Diaz Medina asal Meksiko, dan Kathryn Nesbitt dari AS.
Advertisement
Meski baru pertama kali tampil di Piala Dunia bukan berarti pertama kali itu pula mereka memimpin pertandingan sepak bola. Nama wasit perempuan asal Prancis Stephanie Frappart (39) telah lebih dulu dikenal luas di kalangan sepak bola. Frappart tercatat sebagai wasit perempuan yang memimpin pertandingan profesional sepak bola pria.
Siapa Stephanie Frappart?
Stephanie Frappart lahir pada 14 Desember 1983 di, kota kecil di departemen Val d’Oise di Prancis Utara. Dalam keluarga Frappart, sepak bola adalah tradisi. Ayahnya yang mantan buruh adalah juga seorang pesepak bola amatir dan dua dari tiga saudara laki-lakinya sempat menjadi wasit sebelum akhirnya fokus menjadi pesepak bola. Sedangkan ibunya adalah mantan asisten guru Taman Kanak-Kanak.
Seperti ketiga saudara laki-lakinya, sejak kecil Frappart sudah sangat tertarik pada dunia sepak bola. Ketertarikan anak kedua dari empat bersaudara itu pada sepak bola dimulai sejak usia 10 tahun. Ia bergabung dengan klub sepak bola lokal bernama AS Herblay.
Kala itu Frappart yang bernomor punggung 10 bermain sebagai gelandang. Dunia perwasitan mulai menyita perhatiannya saat ia beranjak remaja, tepatnya saat berusia 13 tahun. Kecintaannya pada dunia sepak bola senantiasa didukung oleh seluruh keluarganya Termasuk saat akhirnya Frappart memutuskan untuk mengubah haluan kariernya menjadi wasit pada usia 19 tahun.
Advertisement
Awal Karier Sebagai Wasit
Frappart mengawali karier dengan menjadi wasit untuk liga Division d’Honneur (kompetisi tertinggi untuk klub-klub sepak bola amatir di Prancis). Kemudian, pada 19 Oktober 2003 ia menjadi wasit pertandingan D1 Feminine (divisi tertinggi dalam liga sepak bola wanita Prancis) untuk pertama kalinya. Sejak itu, Frappart mulai tampil memimpin banyak pertandingan di berbagai turnamen sepak bola wanita. Ia pun mulai dikenal luas di dunia perwasitan sepak bola.
Selanjutnya pada Mei 2011, wasit bertinggi badan 164 cm itu memimpin laga final pertamanya, yaitu pada turnamen Women’s Challenge de France (kompetisi terbuka untuk seluruh klub sepak bola di Prancis yang memiliki tim perempuan) yang kala itu mempertemukan Montpellier HSC dengan AS Saint-Etienne. Pertandingan itu menandai awal mulai karier keprofesionalannya.
Kian Bersinar
Kariernya sebagai seorang wasit semakin bersinar ketika pada tahun 2014 ia terpilih sebagai wasit perempuan terbaik versi UNFP Football Trophies, ajang penghargaan tertinggi bagi insan sepak bola Prancis. Di tahun yang sama, Frappart juga mencetak sejarah dengan menjadi perempuan pertama yang menjadi wasit pertandingan profesional sepak bola pria di Liga 2 Prancis. Ia juga menjadi salah satu wasit yang memimpin pertandingan pada Piala Dunia Wanita 2015 di Kanada dan Piala Dunia Wanita 2019 di Prancis, Olimpiade Brasil 2016, Kejuaraan Piala Eropa Wanita 2017, Piala Dunia Wanita U20 tahun 2018, Liga Eropa dan Liga Champion 2020, dan Piala Eropa 2020.
Pada tahun 2019, Frappart juga kembali mengukir sejarah dengan menjadi wasit perempuan pertama yang memimpin pertandingan di kasta tertinggi liga sepak bola Prancis, Ligue 1. Laga pertamanya di Ligue 1 kala itu adalah pertandingan antara Amiens SC dan RC Strasbourg. Frappart dua kali dinobatkan sebagai wasit sepak bola perempuan terbaik oleh IFFHS (Federasi Internasional Sejarah dan Statistik Sepak Bola), yaitu pada tahun 2019 dan 2020.
Advertisement
Tak Henti Mengukir Sejarah
Sebagai seorang perempuan yang menggeluti profesi yang lebih didominasi kaum pria, Frappart sangat akrab dengan status sebagai “yang pertama.” Seperti tak terbendung, rangkaian pencapaian dalam karier profesionalnya tak hanya memenuhi porto folionya tetapi juga dalam catatan sejarah dan statistik sepak bola.
Tahun ini, tepatnya pada 7 Mei lalu ia sukses menandai pencapaiannya di dunia sepak bola pria dengan menjadi perempuan pertama yang didapuk sebagai wasit pada partai final Coupe de France (Piala Prancis) antara OGC Nice dan FC Nantes. Pertandingan itu berakhir dengan kemenangan Nantes dengan skor 1-0 dan Frappart menyatakan bangga atas performanya sebagai wasit dalam laga itu. Penampilannya pada final Piala Prancis tahun ini juga mendapatkan pengakuan dan pujian secara langsung dari Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Tak berhenti sampai di situ, Juli tahun ini terpilih sebagai sebagai salah satu dari tiga wasit perempuan yang akan memimpin pertandingan pada Piala Dunia Qatar yang akan dimulai November mendatang. Ini adalah kali pertama dalam sejarah, Komite Wasit FIFA yang saat ini diketuai oleh mantan wasit hebat Pierluigi Collina itu memilih wasit perempuan di ajang Piala Dunia.
Tidak Peduli Dengan Embel-embel “Pionir”
Seperti dikutip dari berbagai sumber, dalam wawancaranya dengan majalah Marie Claire edisi Prancis pada Mei tahun ini, Frappart mengungkapkan bahwa label sebagai pionir atau “yang pertama” yang kerap kali disematkan kepadanya adalah bagian dari perjalanan kariernya sebagai wasit. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa setiap kali ia ditunjuk untuk memimpin pertandingan baru, baginya itu selalu menjadi “yang pertama.”
Menanggapi pertanyaan mengenai seksisme yang masih kerap dijumpai dalam berbagai bidang, Frappart menegaskan bahwa dirinya tidak mau terlalu ambil pusing. Ia banyak menjumpai hal itu saat memimpin sebuah pertandingan. Selama pertandingan biasanya ia akan mendengar banyak komentar atau celotehan seksisme dari arah tribun tetapi ia tak peduli dan hanya fokus menjalankan tugas sebagai wasit. Ia juga menambahkan bahwa dirinya tidak mempunyai akun media sosial, jadi ia tidak terlalu mendapati hal itu.
Advertisement