Sukses

Gol Bunuh Diri Berujung Eksekusi 6 Peluru ke Leher: Tragedi Kelam Piala Dunia 1994

Andres Escobar diberondong peluru karena gol bunuh diri pada Piala Dunia 1994.

Liputan6.com, Jakarta Sebelum gelaran Piala Dunia 2022 ada baiknya kita melihat sejumlah momen-momen tak terlupakan selama gelaran turnamen sepakbola paling bergengsi di jagat Bumi itu.

Piala Dunia selalu menciptakan berbagai cerita menarik, historis dan juga menginspirasi. Hal tersebut juga diharapkan akan muncul pada Piala Dunia Qatar akhir tahun nanti.

Tapi, cerita yang tersisa pada Piala Dunia 1994 malah jauh dari membahagiakan. Melainkan berita pembunuhan pemain yang tentu saja mengejutkan seantero dunia.

Ketika itu, Amerika Serikat yang mendapat kepercayaan sebagai tuan rumah Piala Dunia. Format terakhir yang diikuti 24 tim sebelum menjadi 32 negara empat tahun kemudian.

Satu dari 24 negara peserta adalah Kolombia yang menjadi wakil Amerika Selatan.

Skuad Kolombia bisa dibilang cukup menjanjikan. Foustino Asprilla di lini depan, Carlos Valderrama dan Freddy Rincon jadi kreator lini tengah, ditambah Andres Escobar dengan tenang menjaga pertahanan.

Ekspektasi terhadap Kolombia sangat tinggi karena penampilannya memasuki Piala Dunia.

Tim berjuluk Los Cafeteros hanya kalah satu kali dalam 26 pertandingan terakhir. Mereka bahkan kebobolan dua saja selama kualifikasi.

Tim favorit seperti Argentina, Paraguay hingga Peru sukses mereka paksa bertekuk lutut di babak kualifikasi. Bahkan, Argentina dibantai 5-0.

Tetapi bukannya mencatatkan prestasi gemilang, malah mimpi buruk yang dirasakan oleh Andres Escobar dan kawan-kawan saat tampil di tanah "Paman Sam". Kegagalan yang berujung insiden mematikan.

2 dari 5 halaman

Satu Kesalahan Berujung Maut

Piala Dunia 1994 dimulai pada 17 Juni dan Kolombia bermain satu hari setelahnya melawan Rumania di Rose Bowl Stadion, Pasadena.

Tak seperti biasa, pemain-pemain Kolombia tampak tegang sehingga tidak bisa mengeluarkan penampilan terbaiknya. Anak-anak Rumania bermain lebih dominan sehingga bisa mencatatkan kemenangan 3-1.

Dengan kekalahan ini, artinya Kolombia harus mencatatkan kemenangan dalam laga hidup-mati melawan tuan rumah, Amerika Serikat, yang bermain imbang 1-1 lawan Swiss di laga pertamanya.

Format kala itu adalah dua tim pemuncak klasemen akan lolos ke fase knockout, ditambah empat peringkat tiga terbaik. Tak ada pilihan lain selain menang kalau Kolombia ingin melangkah lebih jauh.

Tetapi partai ini ternyata jadi laga yang bisa disebut mengakhiri hidup seorang Andres Escobar.

Escobar adalah seorang bek elegan yang dikenal amat tenang dan bersih sehingga dijuluki "Pria Sejati di Lapangan". Tetapi tidak dalam laga kontra AS ketika dia malah membobol gawangnya sendiri.

Saat laga baru berjalan 34 menit dan skor masih 0-0, gelandang AS, John Harkes, melepaskan umpan ke dalam kotak penalti dari sisi kiri. Escobar coba memotong tetapi bola berbelok ke gawang sendiri, membuat AS unggul 1-0.

Kolombia coba terus menyerang tetapi apa daya mereka akhirnya tumbang 1-2.

Di laga ketika kontra Swiss, Kolombia mencatatkan kemenangan 2-0. Sayang, kemenangan Rumania atas AS membuat Escobar cs harus menerima kenyataan pulang lebih cepat.

3 dari 5 halaman

Eksekusi Mati Sambil Teriak

Usai kegagalan Kolombia di Piala Dunia 1994, Escobar dan seluruh tim kembali ke negaranya. Sadar dengan kekecewaan besar yang dirasakan suporter, ia meminta keluarganya untuk bersembunyi sejenak.

Escobar pun angkat suara dengan menulis pernyataan yang dipublikasikan surat kabar El Tiempo bertuliskan:

"Hidup tidak berhenti di sini. Kita harus terus berjalan. Hidup tidak boleh terhenti di sini. Sesulit apapun situasi, kita harus bangkit. Kita hanya punya dua pilihan: membiarkan kemarahan melumpuhkan kita dan kekerasan berlanjut, atau melaluinya dan mencoba yang terbaik untuk membantu lainnya. Itu pilihan kita. Kita harus menjaga kehormatan. Salam terhangatku untuk semuanya. Ini adalah pengalaman langkah dan paling luar biasa. Kita akan segera bertemu lagi karena hidup tidak berhenti di sini."

Pada 1 Juli 1994, Escobar pergi keluar rumah bersama teman-temannya di kampung halamannya, Medellin. Setelah minum-minum di beberapa bar, ia memutuskan untuk pulang sendiri.

Tepatnya pukul 03.00 dini hari tanggal 2 Juli 1994, Escobar didatangi sekelompok pria di lapangan parkir. Mereka cekcok soal gol bunuh diri yang dicetaknya ke gawang Amerika Serikat.

Terjadi keributan dan Escobar ditembak enam kali. Eksekutor disebut menembaknya di bagian leher sambil teriak "GOOOOLLL!!" menirukan gaya komentator sepakbola.

Escobar akhirnya meninggal di tempat, di dalam mobilnya saat ingin pulang ke keluarganya. Pembunuhan ini hanya 48 jam setelah dirinya kembali ke Kolombia.

Tak lama setelah kejadian, Humberto Castro Munoz mengaku sebagai pelaku penembakkan. Dia adalah seorang penjahat dengan catatan kejahatan panjang yang merupakan anak buah penjahat kakap, Gallon Bersaudara, Juan Santiago Gallon Henao dan Pedro David Gallon Henao.

Munoz dijatuhi hukuman 45 tahun penjara dan membayar kompensasi pada keluarga Andres Escobar sebesar US$49.000. Ia hanya menjalani hukuman 11 tahun penjara karena kelakuan baik. Sedangkan Gallon Bersaudara hanya dihukum 15 bulan dan denda US$1850.

Lebih dari 120.000 orang menghadiri pemakaman Escobar. Medellin pun mendirikan patung dirinya pada 2002.

4 dari 5 halaman

Kartel Narkoba Kuasai Timnas Kolombia

Hubungan antara kartel narkotika dengan Timnas Kolombia pada era 1990-an seakan tidak bisa dipisahkan. Para kartel memang diketahui sangat turut campur dalam urusan sepakbola.

Pemimpin Kartel Medellin, Pablo Escobar, turut mengalirkan uang untuk kebutuhan tim nasional Kolombia melalui koneksinya di klub Atletico Nacional, klub Andres Escobar bermain (Andres sendiri tidak terkait dengan Pablo meski nama belakangnya sama). Meski akhirnya, "raja kokain" itu gagal nonton Piala Dunia karena tewas lebih dulu di tahun 1993 usai baku tembak dengan pasukan khusus Kolombia.

Tak hanya kartel di Medellin saja. Rivalnya, Kartel Cali, yang bangkit setelahnya juga memiliki kecintaan yang sama pada Timnas Kolombia.

Sebelum tampil di Piala Dunia 1994, rumor keterlibatan kartel mengatur susunan pemain hingga menebar ancaman pembunuhan kalau para pemain bermain buruk.

Pelatih Timnas Kolombia kala itu, Francisco Maturana, mengaku telah mendapat sejumlah ancaman pembunuhan terkait pemain yang dipanggil ke timnas.

Salah satu pemain andalan Kolombia, Gabriel Jaime Gomez Jaramillo (yang dijuluki Barnabas), bahkan sampai mundur dari tim karena tak tahan menerima ancaman.

"Sepakbola hanya sebuah permainan, dan tidak bisa dibenarkan kalau Andres (Escobar) dibunuh hanya karena kesalahan di lapangan," ujar Matrurana.

5 dari 5 halaman

Khawatir Terulang di Piala Dunia 2018

Ketakutan akan insiden serupa sempat muncul saat Kolombia gagal melaju lebih jauh di Piala Dunia 2018 lalu. Saat itu, David Ospina dan kawan-kawan kalah dari Inggris lewat babak adu penalti.

Bedanya, Kolombia kali ini tampil heroik. Bobol lebih dulu oleh penalti Harry Kane, Los Cafeteros menyamakan kedudukan pada menit ke-93 lewat sundulan Yerry Mina.

Ospina berhasil gagalkan tendangan Jordan Henderson di babak tos-tosan. Tapi dua ekskutor Colombia, Mateus Uribe dan Carlos Bacca, gagal menjalankan tugasnya dengan sempurna.

Walaupun kalah, Ospina yakin kalau insiden kelam tahun 1994 tidak akan terulang.

"Kami akan pulang dengan perasaan sedih, tapi kami juga harus mengangkat kepala," ujarnya.

"Kami telah memeras semua keringat yang kita punya. Langkah kami di Piala Dunia memang terhenti, tapi kami sudah berikan segalanya di lapangan," tambah eks kiper Real Madrid dan Napoli itu.

Sayang, Kolombia tidak bisa tampil pada Piala Dunia 2022 mendatang karena gagal lolos dari babak kualifikasi zona CONMEBOL, setelah menduduki peringkat 6 klasemen dari jatah 5 tiket ke Qatar.