Liputan6.com, Jakarta Penunjukan Amerika Serikat sebagai tuan rumah Piala Dunia 1994 mengundang tanda tanya besar. Bagaimana bisa negara tanpa kultur sepakbola menjadi tuan rumah turnamen terbesar di dunia?.
Tak tanggung-tanggung, negera Paman Sam itu menyisihkan Brasil dan Meksiko sebagai tuang rumah Piala Dunia 1994. Brasil sendiri akhirnya menjuarai Piala Dunia 1994 setelah memenangkan pertandingan final atas Italia setelah melalui adu penalti dengan skor 3–2.
Wajar saja kekhawatiran akan kemampuan Amerika Serikat menjadi tuan rumah itu muncul. Sepakbola di Amerika saat itu masih jadi olahraga yang dipandang aneh oleh warganya sendiri.
Advertisement
Bagi orang Amerika, mereka sulit memahami kenapa sepakbola menarik di mata dunia. Mereka terbiasa dengan perolehan skor besar di suatu pertandingan. Pertandingan basket dengan skor kurang dari 100 biasa dianggap membosankan.
Lalu sepakbola yang sering berakhir dengan skor kacamata 0-0 jelas merupakan sesuatu yang sangat membosankan.
Amerika Serikat memang bukan wajah baru di Piala Dunia. Di edisi perdana 1930 Uruguay, mereka sudah ikut dan menembus semifinal. Namun, sejak 1950 mereka absen dan baru terlihat lagi di edisi 1990.
Tak heran banyak yang mencibir, lama absen dan sepakbola bukan olahraga popular di negara tapi Amerika berani, berhasil pula jadi tuan rumah.
Meski begitu sebagai negara adidaya mereka tak peduli dengan semua itu. Seperti biasanya, Amerika selalu tampil dengan percaya diri.
Bahkan jauh-jauh hari ambisi menjadi tuan rumah sudah disuarakan.
Incaran
"Kami melakukannya untuk menunjukkan minat menjadi tuan rumah pada suatu waktu," kata Gene Edwards, Presiden Federasi Sepakbola Amerika Serikat (USSF), pada 30 Juli 1982.
"Saya akan mengatakan peluang kami pada tahun 1994 akan sangat bagus," imbuhnya.
Incaran mereka sebenarnya Piala Dunia 1986. Namun karena beberapa hal, FIFA kemudian malah menunjuk Meksiko sebagai penyelenggara. Saat itu Amerika sempat geram dengan penunjukan Meksiko dan menuding FIFA telah menggelar pertemuan rahasia.
Maka setahun setelah Piala Dunia 1986 yang heboh dengan Gol Tangan Tuhan Maradona, Amerika kembali mengejar ambisinya bersama Presiden baru Bill Clinton. Dan mereka berhasil.
FIFA pun menyadari akan cibiran negara-negara lainnya. Maka Amerika mendapat satu syarat khusus jika memang serius menjadi tuan rumah. Syarat itu adalah Amerika harus mempunya liga sepakbola professional. Maka dibentuklah Major League Soccer (MLS) pada 1993, yang kompetisi perdananya dimulai pada 1996.
Di tengah pesimisme akan kemampuan menjadi tuan rumah Piala Dunia, Amerika bersiap diri.
Advertisement
Sering Lupa
Orang sering lupa, sepakbola memang belum digemari, tapi perkara kemampuan mengemas dan memasarkan sesuatu Amerika adalah jagonya.
Dunia pun lalu menyaksikan bagaimana Piala Dunia 1994 mencatat rekor sebagai turnamen dengan penonton terbanyak dalam sejarah. Rata-rata penontonnya 68.991 per laga, dengan total 3.587.538 penonton sepanjang turnamen.
Piala Dunia 1994 sendiri hanya diikuti 24 tim, dengan total 52 laga yang dimainkan. Sekarang ini ada 32 tim peserta dengan total 64 pertandingan.
Sebagai perbandingan, Piala Dunia 1998 Prancis punya total penonton 2.785.100 penonton, Jepang-Korea Selatan 2002 dengan 2.705.197 penonton, Jerman 2006 dengan 3.359.439 penonton, dan Afrika Selatan 2010 dengan 3.178.852 penonton.
Bagaimana perubahan yang terjadi di Amerika setelah usai digelarnya Piala Dunia 1994 itu?
Terjadi peningkatan pertumbuhan di kalangan anak muda bermain sepakbola. Pada 1974 hanya 103.432 yang tercatat memainkan sepkbola. Jumlah tersbeut semakin berlipat pada 2010 yang mencapai 3 juta orang.
Langkah MLS
Makin meningkatnya minat anak muda bermain sepakbola tak lepas dari langkah strategis MLS untuk membuat kompetisi lebih semarak.
Kedatangan bintang Manchester United, David Beckham pada 2007, dikontrak oleh LA Galaxy pada Januari 2007 bisa dikatakan merupakan salah satu factor penting dalam perkembangan MLS.
Gaji Beckham jelas tidak kecil. Ia dikontrak selama lima tahun, dengan bayaran 6,5 juta dolar per tahunnya. Di luar gaji pokok tersebut, masih terdapat beberapa kesepakatan lain yang harus dibayarkan LA Galaxy kepada Beckham.
Meski harus membayar mahal, LA Galaxy dinilai tak mengalami kerugian. Kepopuleran tim jauh meningkat pasca kedatangan David Beckham.
Tercatat setelah Beckham tiba, penjualan kostum seluruh kesebelasan MLS meningkat hingga 700%. Tidak hanya itu, pada bulan pertama kedatangan Beckham, jumlah orang yang mengunjungi situs MLS pun meningkat hingga 117%.
Efek Beckham itu membuat para pemain ternama Thierry Henry, Kaka, David Villa hingga  Zlatan Ibramovic tergiur untuk berkarier di MLS.
Advertisement
Saat Ini
Data pada 2020 menunjukkan MLS mencatatkan kenaikan jumlah penonton pada Juli 2020. Hal itu menunjukkan adanya kenaikan jumlah penonton yang mencapai 7% ketimbang Juli 2019.
Menurut media massa Philadelphia Inquirer, rata-rata jumlah penonton pada laga utama mencapai 289.000 atau mengalami kenaikan empat persen dibandingkan setahun silam secata keseluruhan.
Bagaimana perkembangan sepakbola di Amerika Serikat saat ini?
Sepakbola sudah menjadi olahraga terpopuler keempat di Amerika Serikat, menggeser hoki es. Hal ini mungkin cukup mengejutkan bagi berbagai pihak.
Terlebih MLS yang jadi liga sepak bola profesional di Amerika Serikat "baru" memainkan kompetisi pada 1996.
Memang di awal dari pembentukan MLS, ada beberapa klub yang mengalami gulung tikar. Mereka kerap terganjal masalah finansial. Wajar saja karena memang pada saat itu penonton masih tergolong sangat minim.
Namun perlahan, sepakbola mulai tumbuh dan berkembang di Amerika. Sudah dua dekade berlalu, MLS sudah sangat menguntungkan, karena masing-masing kesebelasan dimiliki dan dikendalikan oleh investor liga. Tidak ada lagi masalah keuangan maupun operasional.
Namun berbagai gebrakan yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir mulai berbuah hasil. Sepak bola kini digemari oleh tujuh persen penduduk Amerika Serikat.
Jumlah itu diprediksi bakal terus bertumbuh dan mencapai puncaknya saat Amerika Serikat jadi salah satu tuan rumah Piala Dunia 2026 (dua negara lainnya adalah Kanada dan Meksiko).