Liputan6.com, Motegi - Pembalap Ducati Lenovo Francesco Bagnaia menolak bantuan pabrikan dalam usaha menjadi juara dunia MotoGP 2022. Dia menegaskan bisa berjuang sendiri.
Ducati sebelumnya menyatakan bakal menerapkan team order agar Bagnaia bertakhta. Pabrikan asal Italia itu ingin merebut gelar pembalap, setelah baru sekali merasakannya bersama Casey Stoner pada 2007.
Baca Juga
Namun, Bagnaia merasa strategi tersebut tidak perlu diterapkan. "Saya tidak butuh pertolongan untuk jadi yang terdepan. Saya memilih meraih kemenangan karena pantas, bukan karena ada yang membiarkan saya menyalip," ungkapnya pada konferensi pers jelang MotoGP Jepang, Kamis (22/9/2022).
Advertisement
"Keputusan di tangan orang lain. Tapi saya sudah tekankan keinginan saya kepada mereka. Saya ingin balapan dan selalu berusaha di posisi pertama," sambung sosok berusia 25 tahun itu.
Sempat tertinggal 91 angka, Bagnaia kini cuma defisit 10 poin di belakang Fabio Quartararo (Monster Energy Yamaha) dengan MotoGPÂ 2022 menyisakan lima seri. Ini jarak terdekat di antara keduanya sejak seri pembuka di Qatar.
Selisih semakin menipis setelah Bagnaia merebut empat kemenangan beruntun serta menduduki urutan dua seri teranyar di Aragon. Di sisi lain, Quartararo hanya naik podium sekali dalam kurun waktu tersebut.
Sang juara bertahan juga gagal finis dua kali.
Taktik Ducati
Direktur Olahraga Ducati Paolo Ciabatti sempat memastikan pihaknya bakal menerapkan team order agar merebut gelar juara dunia.
"Kami harus memaksimalkan setiap skenario untuk mengejar Quartararo. Kita lihat nanti apa yang terjadi. Saat ini kami mau merayakan gelar konstruktor dulu," ungkap Ciabatti, dikutip situs resmi MotoGP.Â
Strategi team order Ducati belum terlihat di MotoGP Aragon akhir pekan lalu. Bagnaia yang memimpin tetap disalip Enea Bastianini yang membela tim satelit Gresini Racing di putaran terakhir. Padahal Bagnaia bakal cuma defisit lima poin di belakang Quartararo jika memenangkan lomba.Â
"Bagnaia merasa risiko terlalu besar jika memaksa, maka dia puas dengan posisi dua. Tentu akan lebih baik jika dia yang berjaya. Tapi Enea sangat cepat," kata Ciabatti.
Advertisement
Pengalaman Buruk
Ducati sebelumnya dilaporkan sudah meminta para pembalapnya agar tidak terlalu agresif satu sama lain. Mereka tidak mau Bagnaia dan kolega terlalu berambisi memenangkan lomba, sehingga melakukan kesalahan yang kemudian merugikan seluruh pihak.
“Kami tidak suka team order. Tapi kami juga mesti memikirkan skenario juara pembalap," ungkap Ciabatti. "Jika ada pembalap Ducati yang menempati posisi 1-2, mereka diminta tidak saling serang di putaran terakhir. Sebab, ada risiko mereka terjatuh dan merugikan diri sendiri. Jangan mencoba menggunakan tikungan pamungkas untuk menyalip. Inilah yang kami tegaskan kepada mereka."
Ducati masih ingat kerugian yang muncul jika para pembalap memaksa. Insiden terjadi di MotoGP Argentina 2016. Dua rider pabrikan Andrea Iannone dan Andrea Dovizioso berusaha mengejar pimpinan balapan Marc Marquez (Repsol Honda). Namun Iannone terlalu bersemangat menyalip Dovizioso sehingga menyapu rekannya.
"Kami masih ingat peristiwa itu dan tidak mau terulang. Beruntung hal sama tidak terjadi di San Marino. Lap terakhir terlalu menegangkan dan hampir menciptakan bencana," ungkapnya.