Sukses

Komentar Perwakilan Google tentang Prediksi Final Piala Dunia 2022 yang Viral

Bukan Paul si Gurita atau Babi dari Inggris, tapi lebih kepada teknologi pencarian di Google.

Liputan6.com, Jakarta Di setiap perhelatan Piala Dunia, terdapat beberapa momen ikonik dalam hal memprediksi hasil pertandingan. Bagaimana dengan panggung termegah di Qatar tahun ini?

Di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, publik dunia memiliki Paul si gurita psikis yang memprediksi hasil pertandingan.

Sementara saat berlangsungnya Piala Dunia 2018 di Rusia, dunia peramal hewan makin berkembang. Ada Rabio, sejenis cephalopoda, yang terkenal. Sedangkan di Jepang, ada Achilles yang merupakan seekor kucing putih yang tuli. Ada juga Spartak, seekor lemur, di mana mereka adalah pakar berbulu dari Rusia. Belum lagi Mystic Marcus, babi psikis yang berbasis di Inggris. Mereka memang bisa menebak itu, walau terkadang sedikit berbau keberuntungan.

Kini, banyak orang ingin mendahului takdir untuk melihat tim mana yang bakal bermain di final Piala Dunia 2022 Qatar. Final itu rencananya akan dimainkan di Doha pada 18 Desember 2022.

Ternyata, Google tak mau ketinggalan dalam mengakomodir keinginan banyak orang untuk memenuhi rasa lapar atas penasaran tersebut. Aplikasi raksasa itu memerintahkan setiap orang yang ingin mengetahui siapa yang akan bermain di final Piala Dunia tahun ini, hanya dengan cara mengetik ‘acara stadion Lusail’ ke mesin pencarian Google.

Uniknya, Brasil dan Prancis akan berjibaku di partai penentuan di Qatar nanti. Mereka akan mengulang momen final Piala Dunia 1998, di mana Prancis berhasil menjadi pemenang sebagai tuan rumah.

2 dari 2 halaman

Berikut Penjelasan dari Google

Akun Twitter, AtaqueFutbolero, memposting hasilnya untuk dilihat dunia.

 

Penggemar sepak bola berasumsi bahwa ada konspirasi raksasa yang sedang terjadi, mungkin melibatkan sindikat taruhan, walau lebih baik berasumsi bahwa itu adalah kesalahan dari pihak raksasa teknologi, atau "data kosong".

Google memiliki rencana untuk mengatasi kesalahan informasi tersebut, dan bulan lalu mengumumkan pembaruan baru untuk mengatasi masalah ini, dengan rencana menerbitkan "penasehat konten" jika pengguna Googling mendapatkan hasil pencarian berkualitas buruk untuk subjek tertentu.

Pandu Nayak, wakil presiden untuk mesin pencarian Google, percaya bahwa tindakan inovatif ini akan memperkuat literasi media dan memerangi informasi yang salah di seluruh dunia.

“Terkadang minat pada topik berita terkini berjalan lebih cepat daripada fakta, atau tidak ada cukup informasi yang dapat diandalkan secara online tentang subjek tertentu,” kata Nayak. “Pakar literasi informasi sering menyebut situasi ini sebagai kekosongan data.”

“Untuk mengatasi ini, kami menunjukkan saran konten dalam situasi ketika suatu topik berkembang pesat, menunjukkan bahwa mungkin lebih baik untuk memeriksa kembali nanti ketika lebih banyak sumber tersedia.”