Sukses

Legenda Iran, Ali Daei Dicekal Gara-Gara Dukung Protes Meninggalnya Mahsa Amini

Dukungan dan simpati atas protes rakyat Iran setelah Mahsa Amini meninggal akibat ditangkap Polisi Syariah membuat Ali Daei dicekal pemerintahnya.

Liputan6.com, Jakarta Dukungan terhadap gerakan jalanan yang memprotes kematian Mahsa Amini membuat legenda sepakbola Iran, Ali Daei dicekal. Paspor pemain yang berlaga di Piala Dunia 1998 itu disita oleh pemerintah.

Menurut Iran International, pasukan keamanan Republik Islam kini telah menyita paspor mantan bintang Bayern Munich itu sekembalinya ke Teheran dari Istanbul.

Mantan bintang Hertha Berlin itu juga diberitahu bahwa dia sekarang dilarang meninggalkan Iran.

Ali Daei bukan sekedar pemain terkenal, bari rakyat Iran ia layaknya Diego Maradona di Argentina atau Pele di Brasil. Ia dipuja karena kontribusinya di lapangan sebagai pemain maupun pelatih. Dia membawa Iran ke Piala Dunia dan menjadi pahlawan di banyak pertandingan internasional.

Lelaki kelahiran 21 Maret 1969  adalah pencetak gol internasional terbanyak sepanjang masa dengan 109 gol sampai Cristiano Ronaldo datang dan memecahkannya tahun lalu.

Ronaldo melakukan hal itu saat mengantar Portugal menang 2-1 atas Irlandia dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2021, 2 September 2021. Dua gol itu diboyong Ronaldo, sekaligus menjadi pemecahan rekor 109 gol internasional Ali Daei.

Daei makin dikenal saat klub raksasa, Bayern Munich merekrutnya pada 1998. Langkah ini kelak juga membuka pintu untuk Vahid Hashemian dan Ali Karimi menjadi pemain Iran kedua dan ketiga yang pernah bergabung dengan Hollywood FC

Saat di Munich inilah Daei mencetak sejarah sebagai pemain Asia pertama yang tampil di Liga Champions. Di musim berikutnya ia dilego ke Hertha Berlin.

2 dari 4 halaman

Bersimpati

Ali Daei mendukung gerakan itu karena bersimpati kepada Mahsa Amini, yang ditahan Polisi Syariah Iran gara-gara dianggap tidak mengenakan jilbab dengan benar. Penangkapan itu terjadi usai Amini pulang mengunjungi keluarganya di Teheran.

Tiga hari setelah penangkapan itu, dia meninggal di tahanan. Pemerintah Iran berpendapat, wanita berusia 22 tahun itu memiliki kondisi kesehatan yang mendasari kematiannya. Tapi, keluarganya dan jutaan pengunjuk rasa bersikeras, Mahsa Amini dibunuh.

Peristiwa itu lalu memicu demostrasi besar yang mengarah pada tuntutan pergantian rezim. Demo yang tak hanya terjadi di Iran tapi juga di beberapa kota di dunia.

Ali Daei berpendapat, apa yang dilakukan Pemerintah Iran terhadap Mahsa Amini dan wanita lainnya dengan memaksa menggunakan jilbab adalah hal yang salah. ia kemudian mengungkapkan pendapatnya dengan mendukung para demonstran.

Protes Ali Daei terhadap pelanggaran hak-hak perempuan di Iran dibuatnya dengan sebuah postingan di akun Instagram-nya, yang menunjukkan seorang gadis menari setelah melepas jilbabnya.

3 dari 4 halaman

Tanah Air

Akibat postingan itu, paspornya langsung disita. otoritas berwenang di Iran langsung menyita paspornya. Itu dilakukan setelah Ali Daei kembali ke Teheran dari sebuah acara sepakbola di Istanbul, Turki. Ia juga dilarang meninggalkan Iran dengan alasan apapun.

"Tanah Air saya Iran. Berarti, keluarga saya, ayah dan ibu saya, anak perempuan saya dan rekan senegaranya adalah saudara dan saudari saya. Saya pasti akan tinggal bersama mereka selamanya," tulis Ali Daei seperti dilansir dari thesun.

 "Mereka yang berbicara tentang revolusi dan mimpi para syuhada, tahukah mereka bahwa mimpi-mimpi ini adalah kemiskinan, korupsi, prostitusi, penggelapan, dan... Itu belum terjadi, dan kita tidak bisa mengoreksi diri kita sendiri," tulis Ali Daei dengan berani.

4 dari 4 halaman

Khawatir

"Alih-alih penindasan, kekerasan dan penangkapan rakyat Iran, selesaikan masalah mereka,” tegas Daei yang memperkuat Iran saat mengalahkan Amerika Serikat 2-1 di Piala Dunia 1998.  

Apa yang diperbuat pemain terbaik Asia 1999 itu membuat khawatir pemerintah Iran karena dapat mendatangkan pengaruh buruk. Ia bukan sekedar pemain, tapi juga pernah menangani timnas Iran setelah ditunjuk pada 2 Maret 2008.

Apalagi berkat aksi itu, sejumlah pemain tim nasional mendukungnya. Seperti yang dilakukan oleh penyerang Bayer Leverkusen, Sardar Azmoun.

Bahkan para pemain timnas Iran, saat beruji coba dengan Senegal di Wina, Austria, 27 September lalu membuat gempar ketika mereka kompak mengenakan jaket hitam. Logo Iran tertutup dengan jaket itu. Sebuah dukungan dan bentuk duka terhadap Mahsa Amini.

"Paling buruk, mereka akan melarang saya bermain di Piala Dunia 2022. Tidak masalah," kata Sardar Azmoun saat itu.

Daei gantung sepatu pada 2007. Ia lalu menjadi pelatih Saipa dan membawa klub kota Teheran itu meraih titel iga Iran sebagai pemain merangkap pelatih.

Iran sendiri akan menghadapi Inggris dalam pertandingan pembukaan turnamen pada 21 November 2022.

Mereka kemudian akan menghadapi Wales pada 25 November 2022 sebelum memainkan pertandingan grup terakhir mereka melawan Amerika Serikat pada 29 November 2022.

Video Terkini