Liputan6.com, Jakarta - Bola Ganjil beberapa waktu lalu menceritakan kisah Mohamed Kallon. Selain mencatat sejarah bersama Sierra Leone dan mengadu nasib di Inter Milan, ada catatan unik dalam kariernya.Â
Dia membeli klub untuk dikelola saat masih aktif merumput. Kallon lalu memperkuat klub miliknya tersebut ketika tidak ada yang menginginkannya.Â
Sosok yang membela Sierra Leone sejak usia 15 tahun tersebut lalu kembali ke klub miliknya agar lebih dekat dengan keluarga tahun 2012. Kallon bermain di sana selama dua musim, bahkan mencetak gol penentu kemenangan yang membawa tim melaju ke babak kedua Piala Konfederasi Afrika.
Advertisement
Â
Namun, Kallon ternyata bukan satu-satunya sosok yang menggunakan kekuasaannya demi memuaskan kepentingan pribadi. Ronnie Brunswijk juga melakukannya.
Yang membedakan barangkali Brunswijk lebih tidak tahu diri. Jika Kallon punya modal untuk membela klub yang dimilikinya, karena sudah menjadi pesepak bola sejak remaja, tidak demikian dengan Brunswijk.
Dia sama sekali tidak punya dasar kuat. Brunswijk bahkan sudah berusia 60 tahun saat bermain.
Â
60 tahun 198 hari
Brunswijk adalah Wakil Presiden Suriname. Dia memiliki klub sepak bola Inter Moengotapoe sebelum berkuasa. Investasi besar ditanamkannya klub, salah satunya dengan membangun stadion berkapasitas 3.000 pada 2002.
Pada 21 September 2021, Brunswijk memutuskan ikut bermain. Dia menjadi kapten tim melawan klub Honduras Olimpia pada laga Liga Concacaf. Brunswijk memakai seragam bernomor punggung 61, merujuk tahun kelahirannya, dan tercatat sebagai pesepak bola tertua yang melakoni debut pada kompetisi internasional. Saat itu dia berumur 60 tahun 198 hari.
Brunswijk bermain 54 menit pada laga itu sebelum digantikan sang putra Damian. Inter Moengotapoe takluk 0-6 di partai tersebut. Namun, Brunswijk tidak bisa bermain pada laga kedua di markas Olimpia.
Dia tidak bisa meninggalkan Suriname karena dia diincar Interpol. Selain itu, Brunswijk juga dituduh terlibat pengaturan skor.
Â
Advertisement
Penuh Skandal
Brunswijk pada dasarnya sosok kontroversial. Dia dikabarkan memiliki 50 anak, baik legal atau tidak sah secara hukum. Aparat keamanan internasional menginginkannya atas tuduhan penyelundupan narkotika.
Di usia muda, Brunswijk dijuluki Robin Hood dari Suriname. Dia mendapatkannya setelah membobol bank dan membagikan uang kepada masyarakat. Brunswijk merampok sebagai tanda pemberontakan terhadap pemerintah yang memicu perang saudara.
Ketika mulai menggeluti sepak bola, Brunswijk menunjukkan perilaku tak terkontrol. Dia sempat mengancam pemain lawan menggunakan senjata api pada 2005. Atas perilaku tersebut, Brunswijk dilarang terlibat di sepak bola selama lima tahun.
Tahun 2012, Brunswijk melakukan aksi kekerasan kepada wasit dan pemain lawan. Kembali dia dihukum, kali ini selama setahun.
Skandal juga merebak usai duel kontra Olimpia. Video beredar di dunia maya menunjukkan Brunswijk membayar pemain Olimpia sejumlah uang.
Muncul dugaan pengaturan skor. Concacaf pun melancarkan penyelidikan dan menemukan adanya pelanggaran integritas. Federasi Sepak Bola Amerika Utara itu pun mendiskualifikasi kedua klub.
Brunswijk juga mendapat sanksi. Dia dilarang berpartisipasi dalam kapasitas apapun di kompetisi Concacaf selama tiga tahun.