Liputan6.com, Jakarta Piala Dunia 2022 di Qatar kian dekat. Piala Dunia selalu menghadirkan cerita menarik yang tak habis-habisnya untuk dibahas dan dikenang.
Dalam setiap penyelenggaraan Piala Dunia selalu ada cerita dramatis dan kontroversial yang menguras emosi. Berikut 10 momen paling ikonik dalam sejarah Piala Dunia:
Baca Juga
1. Goal of the Century (1986)
Advertisement
Ya, gol Tangan Tuhan yang diciptakan Maradona ke gawang Inggris di perempat final Piala Dunia 1986 Meksiko, memang lebih terkenal ketimbang gol keduanya yang dicetak lewat proses yang menunjukkan skill tingkat dewa dari sang Dewa Sepak Bola.
Dalam rentang waktu empat menit, dunia melihat dua momen ikonik, terbaik dan terburuk dari Argentina. Gol 'Tangan Tuhan' Maradona adalah definisi penipuan, sementara gol kedua Maradona, kemudian dijuluki 'Goal of the Century' atau gol abad ini adalah puisi murni, menjadi penegasan kejeniusannya sebagai pemain terhebat pada saat itu.
2. Gol Tangan Tuhan (1986)
Penjaga gawang Inggris Peter Shilton mengejar bola yang menggantung di udara, di saat bersamaan Maradona yang posturnya kecil melompat sekuat-kuatnya. Sepintas Maradona seperti menyundul dengan kepala hingga bola masuk ke gawang Inggris. Tetapi seketika, para pemain Inggris langsung memprotes wasit.
Benar saja, dari tayangan ulang televisi, Maradona sengaja meninjunya dengan tangan, dan dengan ahli menyamarkan tipuannya hingga membuat menipu hakim garis dan wasit percaya dia melakukan kontak dengan bola.
Dalam konferensi pers pasca-pertandingan, Maradona yang kurang ajar mengeklaim bahwa gol itu dicetak sedikit oleh Tangan Tuhan, sedikit lagi oleh kepalanya. Jaringan TV di seluruh dunia menayangkan kejadian itu, berulang kali, saat gol 'Tangan Tuhan' Maradona diabadikan dengan nama Gol Tangan Tuhan.
Gol Siluman Inggris dan Jogo Bonito di Meksiko 1970
3. Gol Geoff Hurst (1966)
Tidak ada gol dalam sejarah olahraga yang memicu perdebatan sengit dan kontroversi selain gol Geoff Hurst ke gawang Jerman Barat di final. Di perpanjangan waktu, Hurst melepaskan tembakan kaki kanan yang melesat melewati kiper Jerman, Hans Tilkowski, membentur bagian bawah mistar atas gawang dan memantul di garis gawang.
Apakah bola melewati garis? Tayangan ulang berikutnya selama bertahun-tahun menunjukkan itu tidak, tetapi ketika itu wasit Swiss, Gottfried Dienst dan hakim garis Tofik Bakhramov (Uni Soviet), tanpa ragu, mengarahkan benderanya ke lingkaran tengah di lapangan, tanda gol.
Jerman sangat marah, dan Inggris akhirnya memenangkan Piala Dunia untuk pertama kali yang belum terulang kembali sampai sekarang.
4. Gol kombinasi Pele dan Carlos Alberto mengubur Italia (1970)
Sebuah gol berkelas dan mengesankan mengakhiri kemenangan 4-1 yang diraih Brasil atas Italia di final Meksiko 1970, citra kuat sepak bola indah dari generasi emas Brasil ketika itu.
Pele mulai bergerak ke sisi kiri sebelum melayang ke tengah. Dia menemukan beberapa ruang terbuka dan mengetahui Carlos Alberto datang ke sisi kanan, dia memainkan umpan persegi yang sempurna dari jarak sekira 20 meter dari gawang yang disambar Carlos Alberto tanpa menghentikan langkah dan memukul bola melewati kiper statis Italia Enrico Albertosi.
Gol pamungkas kemenangan Brasil atas Italia di Stadion Azteca adalah simbol dari cara Brasil yang jenius ketika menyerang yang menggunakan semangat, tipu muslihat dan bakat untuk menaklukkan Italia yang defensif.
Advertisement
Tragedi Maracana
5. Uruguay Membungkam Maracana (1950)
Didukung oleh sekira 174.000 penonton di Stadion Maracana Rio, Brasil yang tak terkalahkan hampir dipastikan menang melawan Uruguay di pertandingan terakhir turnamen. Saat itu, 4 negara terbaik di babak sebelumnya yakni Brasil, Uruguay, Spanyol dan Swedia, bertarung pada putaran terakhir, dengan format round robin dan tim juara ditentukan lewat jumlah poin terbanyak.
Brasil hanya butuh hasil imbang untuk mengangkat trofi Jules Rimet berkat dua kali kemenangan atas Swedia dan Spanyol. Sementar Uruguay di pertandingan pertama cuma bermain imbang lawan Spanyol dan menang atas Swedia, hingga tertinggal 1 poin dari Samba di klasemen.
Dengan situasi dan kondisi seperti itu, yang harus dilakukan tuan rumah hanyalah mendapatkan hasil imbang melawan Uruguay untuk dinobatkan sebagai juara dunia. Tetapi Uruguay mengejutkan di hadapan hampir 200 ribu pasang mata di Stadion Maracana.
Brasil unggul lebih dulu melalui Albino Friaca. Uruguay kemudian bangkit dengan mencetak 2 gol melalui Juan Alberto Schiaffino dan Alcides Ghiggia.
Bagaimana Brasil bisa kalah? Berkat usaha yang berani, Uruguay mencetak gol kemenangan pada menit ke-79 ketika Alcides Ghiggia melakukan operan 1-2 dengan Julio Perez dan menaklukkan kiper Brasil di tiang dekat. Saat peluit akhir dibunyikan, penonton Maracana yang terdiam dan tercengang menangis.
Tandukan Zidane dan Gol Pertama Piala Dunia
6. Tandukan Zinedine Zidane (2006)
Dengan 10 menit tersisa di waktu tambahan pada final Piala Dunia 2006 di Jerman, Zinedine Zidane tiba-tiba berbalik menghadapi Marco Materazzi yang mengatakan sesuatu hingga membuat Kapten Prancis itu marah besar di Berlin.
Zidane menanduk bek Italia itu di dada, menjatuhkannya ke tanah dan mendapatkan kartu merah untuk dirinya sendiri. Tindakan gila Zidane membuat Prancis kehilangan pencetak gol terbanyaknya saat itu, dalam adu penalti dan Italia mengeklaim gelar Piala Dunia keempatnya.
Kehebohan media terjadi, kantor berita di seluruh dunia mencoba mencari tahu apa yang dikatakan Materazzi untuk membuat Zidane marah.
7. Gol Pertama Piala Dunia (1930)
Lucien Laurent mendapatkan tempat khusus dalam sejarah Piala Dunia ketika ia mencetak gol untuk Prancis pada 13 Juli 1930. Dalam pertandingan pembukaan turnamen perdana di Uruguay.
Pemain Prancis itu menerima umpan silang tinggi dari sayap kanan dan melepaskan tembakan berbahaya melewati kiper Meksiko, Oscar Bonfiglio. Gol Laurent di menit ke-19 adalah gol pertama yang pernah dicetak di Piala Dunia, membuka jalan yang akan diikuti oleh para bintang lapangan hijau untuk mencetak gol hebat dalam beberapa dekade berikutnya.
Advertisement
Cruyff Turn dan Keajaiban di Brasil 1950
8. Gerakan Berputar Johan Cruyff (1974)
Dalam pertandingan Belanda melawan Swedia di Piala Dunia 1974, sang maestro Johan Cruyff yang tak tertandingi memunculkan sedikit keajaiban. Dengan punggungnya mengarah ke gawang tepat di luar kotak penalti, Cruyff tampak seperti akan melewati pemain Swedia Gunnar Olsson di sebelah kirinya, menuju ke tengah lapangan.
Alih-alih, dengan kaki kanan yang sama yang nampak menendang bola ke belakang, Cruyff menggeser bola ke arah yang berlawanan sambil secara bersamaan memutar seluruh tubuhnya ke arah yang sama dan melesat melewati Olsson di sebelah kanan menuju garis gawang Swedia.
Dia tidak mencetak gol, tetapi 'Cruyff Turn' menjadi bagian dari momen ikonik sepanjang sejarah Piala Dunia. Cruyff Turn menjadi gerakan 'balet' dalam sepak bola yang membuat anak-anak dari seluruh dunia ketika itu, mencoba untuk menirunya, bahkan hingga selama beberapa dekade.
9. AS Permalukan Inggris (1950)
30 tahun sebelum sekelompok pemain hoki perguruan tinggi Amerika Serikat mengejutkan Uni Soviet yang kuat di Lake Placid, tim sepak bola AS melakukan kejutan terbesar dalam sejarah Piala Dunia ketika mengalahkan Inggris, negara moyang sepak bola modern.
Di penghujung babak pertama, Walter Bahr melepaskan tembakan jarak jauh ke gawang Inggris. Joe Gaetjens menanduk dan membuat cukup kontak dengan bola untuk mengirimnya melewati jangkauan kiper dan masuk ke bagian belakang gawang. AS kemudian mengalahkan Inggris 1-0 dalam pertandingan kemudian dikenang sebagai “Miracle on Grass.”
Selebrasi Emosional Marco Tardelli
10. Selebrasi Marco Tardelli (1982)
Gol Marco Tardelli akhirnya menjadikan Italia sebagai pemenang Piala Dunia 1982 melawan Jerman Barat di final, tetapi selebrasi legendarisnyalah yang diingat semua orang.
Setelah mencetak gol untuk membawa Italia unggul 2-0, sang gelandang perlahan berlari menjauh dari jaring ketika kenyataan dari apa yang dia lakukan tiba-tiba meresap.
Tardelli menambah kecepatan saat dia dengan panik berlari di sekitar lapangan, dengan liar mengayunkan tangannya dengan air mata di matanya sambil meneriakkan 'gol' berulang-ulang sebelum dikerumuni oleh rekan satu timnya.
Emosi murni yang terlihat di wajah Tardelli seperti bukan seorang atlet profesional, tetapi seorang anak laki-laki yang mewujudkan impian masa kecilnya.
Advertisement