Sukses

Berlari Merawat Bumi Lewat Pertamina Eco RunFest

Kampanye lingkungan hidup juga bisa dilakukan lewat cara yang menyenangkan dan menyehatkan.

Liputan6.com, Jakarta Tidak perlu menjadi ahli atau aktivis untuk memahami dunia sedang tidak baik-baik saja. Dampak perubahan iklim semakin nyata.

Es yang mencair di kutub utara akibat pemanasan global saat ini sudah bukan lagi sebatas prediksi para peneliti. Musibah itu sudah benar-benar terjadi. Ratusan gigaton gletser di Alaska telah mencair sejak 1961 hingga 2016 dan menyebabkan kenaikan air laut hingga 8 mm. Di Antartika, hal yang sama juga terjadi.

Bongkahan-bongkahan es di sana juga terus mencair hingga saat ini. Menurut Peneliti Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIR), jumlahnya mencapai 70.8 miliar ton per tahun.    

Di Timur Indonesia, Puncak Carstensz yang menjadi lokasi salju abadi di Tanah Air juga tak bisa menahan pemanasan global. Jurnal Global and Planetary Change seperti diberitakan National Geographic, akhir tahun lalu menyebutkan gletser di gunung yang dinamai Nemangkawi Ninggok oleh orang Amungme, Papua itu mengalami penyusutan sebesar 93 persen selama 38 tahun, sejak1980. Dan menurut laporan terbaru PBB, lapisan es di puncak Taman Nasional Lorentz bisa saja lenyap total pada tahun 2050.

Es yang mencair di Kutub Utara dan Selatan tidak hanya mengganggu kehidupan ekosistem di sana saja. Naiknya permukaan air laut akibat pemanasan global juga berimbas ke tempat lain, termasuk Indonesia.

Tidak percaya? Coba amati peta interaktif Coastal Climate Central. Di sana Anda akan melihat sejumlah banyak daerah pesisir yang bertanda merah atau sudah berada di bawah permukaan laut alias tenggelam.

Selain itu, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dalam acara Forum Group Discussion, awal Oktober lalu menyebut, pemanasan global telah membuat lebih dari 700 hektare daratan di utara Jawa Barat menghilang. Tepatnya di sepanjang Pantai Utara dari mulai Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang sampai Kabupaten Subang. Khusus di Bekasi, daratan yang hilang tersebut mencapai 400 hektare.

Pemanasan global dan perubahan iklim tentu tidak lepas dari kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini. Berbagai polusi dan pencemaran yang tidak terkontrol telah membuat bumi lebih cepat menua.      

Dalam situasi seperti ini, gaya hidup berkelanjutan dan ramah lingkungan sejatinya jadi pilihan. Sayang konsep sustainable living  kerap hanya enak di lidah saja. Penerapannya, tak semudah pengucapannya.

Dalam sebuah studi, 1000 orang pernah ditanya apakah hidup berkelanjutan penting bagi mereka. 90 persen dengan mantap akan menjawab: ya! Namun angka ini langsung merosot ke 40 persen saat kemudian ditanya apakah mereka menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.

Ada banyak faktor yang membuat sustainable living gampang lekang dari ingatan. Selain ongkosnya yang mahal, pola hidup ramah lingkungan juga dianggap terlalu ribet di zaman yang serba mudah saat ini.

Di tengah beragam tantangan ini, PT Pertamina Persero tetap berkomitmen untuk merawat bumi.  Salah satunya lewat panggung olahraga dengan menggelar agenda rutin Pertamina Eco RunFest. Sejak 2014, balap lari ini tidak hanya cari pemenang saja, tapi sosialisasi program ramah lingkungan.  

2 dari 5 halaman

Berlari Merawat Bumi

Berlangsung di setiap pengujung tahun, acara ini kerap diikuti oleh ribuan orang. Mulai dari para pelari profesional ataupun amatir, penggemar olah raga lari dan komunitas lari, pelajar, mahasiswa, tokoh masyarakat, konsumen Pertamina, pekerja Pertamina Group, hingga insan dari BUMN lainnya.

Dua tahun lalu, Eco Runfest berlangsug di kawasan BSD, Tangerang Selatan. Ribuan orang ikut ambil bagian dalam kegiatan ini. Selain memperebutkan hadiah uang tunai dan beragam Door Prize menarik, para peserta juga berkenalan dengan berbagai produk ramah lingkungan seperti BBM Ron 92 ke atas. Lewat Eco Runfest 2019, peserta juga diajak menjaga keanekaragaman hayati dan lingkungan.

Para peserta secara tidak langsung ikut berkontribusi dalam pelestarian satwa langka seperti Macaca nigra, atau monyet berwarna hitam asli Sulawesi Utara, yang disebut Yaki, kupu-kupu di Lampung, arboretum gambut di Sei Pakning, Riau, dan konservasi hutan mangrove terintegrasi di Cilacap, Jawa Tengah.

Tahun ini, ajang yang sama juga akan digelar di Istora Senayan, Jakarta pada 27 November 2022 setelah dua tahun berlangsung virtual akibat pandemi COVID-19. Lomba akan dibagi ke dalam beberapa kategori, mulai dari 1,5K Family Run, 5K Fun Run, 10K Race, hingga Half Marathon 21K dan master. Seperti edisi-edisi sebelumnya, Eco RunFest kali ini juga mengusung isu lingkungan hidup. Lewat tema "Energizing The Great Start", Pertamina mengajak masyarakat untuk merawat bumi. 

Corporate Secretary Pertamina Brahmantya, Satyamurti Poerwadi dalam jumpa pers, Kamis (27/10/2022), mengatakan, pihaknya juga sengaja memilih tema ini untuk menyalakan energi positif dan menginspirasi semua generasi untuk memulai gaya hidup berkelanjutan atau sustainable living.

"Mengapa sustainable living ini penting? Kita semua tahu bahwa kita dihadapkan dengan tantangan perubahan iklim yang bahayanya semakin nyata di depan mata, seperti naiknya suhu bumi, kenaikan batas air laut dan juga terjadinya banjir dan badai," katanya seperti dilansir dari situs Pertamina. 

Eco RunFest tahun ini juga dikemas dengan konsep yang lebih fresh. Pertamina Eco RunFest 2022 tidak hanya menyuguhkan ajang lari Eco-Run saja. Tetapi, juga menghadirkan Eco-Fest yang terdiri dari festival musik Energizing Music Festival. Selain itu bazar dalam negeri 'Eco-Market' yang akan menghadirkan berbagai produk makanan maupun gaya hidup yang ramah terhadap lingkungan.

Biaya pendaftaran dibuat bervariasi sesuai kategori lomba, dengan kisaran Rp250 ribu hingga Rp600 ribu. Meski demikian, animo masyarakat tetap saja besar. Menurut Brahmantya, sebanyak 7500 tiket Eco Run sudah ludes terjual. Sementara untuk Eco Fest, tiket masih tersedia dengan jumlah terbatas. "Apresiasi sebesar-besarnya bagi para peserta yang sudah mendaftar," katanya .

Kategori Eco RunFest tetap dibagi berdasarkan jarak dan usia. Untuk 1,5K Family Run masih bisa diikuti anak usia 7-12 tahun dengan pendamping lebih dari 17 tahun. Sementara untuk kategori 5K Fun Run boleh diikuti oleh semua usia. Sedangkan untuk 10K dibagi dalam tiga kelompok, yakni pelajar dengan usia usia 13-17 tahun, umum, usia 18-44 tahun, dan master yang berusia lebih dari 45 tahun.

Dan demi kenyamanan dan keamanan para peserta, Eco RunFest 2022 telah dipersiapkan maksimal. Selama lomba, titik pengamanan marshall akan ditempatkan di sepanjang rute, lengkap dengan Hydration Point per 2 KM. Panitia juga menyiapkan ambulans lengkap dengan alat pacu jantung.

 

3 dari 5 halaman

Cita Rasa Berbeda

Sebenarnya, olahraga bukanlah panggung baru bagi Pertamina. Kiprahnya bahkan sudah melebar hingga ke kancah internasional. Di panggung dunia, Pertamina rajin menjadi sponsor bagi pembalap-pembalap Tanah Air yang tampil di luar negeri. Sebut saja, Rio Harianto yang pernah mendapat dukungan saat tampil balalapan Formula 1 2016 lalu. Pertamina juga mensponsori Rifat Sungkar dan Sean Gelael. 

Pertamina juga tidak melupakan olahraga di dalam negeri. Selain punya bulu tangkis, bola voli, bola basket, serta sekolah sepak bola, Pertamina kerap jadi sponsor event olahraga seperti Proliga dan IBL. Meski demikian, Eco Runfest punya rasa berbeda. Selain berpotensi menghasilkan bibit-bibit pelari potensial, kegiatan ini juga jadi ajang sosialisasi isu lingkungan dalam kemasan yang menyenangkan. 

Eco RunFest 2022 semakin bermanfaat karena para peserta secara tidak langsung ikut berdonasi mendukung masyarakat berbagai desa di Indonesia dalam mendapatkan akses listrik melalui pemanfaatan energi baru dan terbarukan lewat kolaborasi program Desa Energi Berdikari Pertamina.

Program Desa Energi Berdikari sendiri merupakan salah satu program unggulan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) Pertamina. Program ini bertujuan meningkatkan akses masyarakat di desa terpencil dan terisolasi terhadap energi yang ramah lingkungan, terjangkau dan berkelanjutan.

Program Desa Energi Berdikari juga digalakkan untuk mendorong perekonomian masyarakat sehingga lebih sejahtera. Sepanjang tahun 2021, 19 program ini diklaim telah mampu mengurangi emisi lebih dari 261 ribu ton CO2 per tahun. Memberikan manfaat akses energi kepada lebih dari 1.900 kepala keluarga serta memberikan peningkatan ekonomi hingga mencapai Rp1,9 miliar. Di tahun 2022, Pertamina rencananya akan terus melanjutkan program ini dan mendapatkan dukungan dari berbagai stakeholder. 

Brahmantya dalam kesempatan terpisah mengatakan, program ini merupakan salah satu langkah untuk mencapai tujuan Net Zero Emissions. "Dengan semangat Energizing The Great Start, Pertamina Eco RunFest 2022 mengajak masyarakat untuk berkolaborasi bersama membantu desa-desa di Indonesia agar  lebih berdikari, memenuhi kebutuhan energi dengan menggunakan sumber energi bersih," katanya.

 

 

4 dari 5 halaman

Mengejar Energi Terbarukan

Di luar sosiaslisai isu lingkungan yang dilakukan lewat Eco RunFest, Pertamina selama ini juga aktif dalam mendorong penemuan energi baru terbarukan (EBT). Pjs. Senior Vice President Corporate Communication & Investor Relation Pertamina, Fajriyah Usman pada peringatan HUT RI ke-76, menjelaskan komitmen ini dirumuskan sebagai Program Green Energy Transition pada Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP). Menurutnya, pertumbuhan 1 persen tahun 2021 diharapkan bisa meningkat ke 17 persen di tahun 2030.

"Sebagai BUMN pengelola energi nasional, Pertamina telah mengantisipasi pergeseran konsumsi energi melalui 8 inisiatif strategis untuk mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi dengan mendorong terus tumbuhnya energi baru terbarukan,” ujarnya dikutip dari laman Pertamina.

Menurut, International Energy Agency (IEA), energi terbarukan merupakan energi yang berasal dari proses alam yang diisi ulang terus menerus. Istilah ini awalnya lahir sebagai solusi terhadap potensi keterbatasan sumber energi tak terbarukan yang masih dominan dipakai hingga saat ini.

Kebutuhan terhadap kehadiran energi terbarukan juga tak lepas dari berbagai dampak negatif dari gas buangan energi fosil yang dapat menghasilkan senyawa CO2 , SO2 dan NO2. Seperti diketahui, CO2 atau karbondiaksida sendiri selama ini telah dituding sebagai pemicu utama efek rumah kaca yang berimbas pada kenaikan suhu bumi. Sedangkan gas SO2 dan NO2 merupakan penyebab terjadinya hujan asam.  

Pertemuan negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Conference of the Parties (COP) ke-21 di Paris tahun 2015 juga telah yang melahirkan Paris Agreement. Inti kesepakatan tersebut adalah menahan kenaikan suhu bumi dengan pemanfaatan energi terbarukan sebagai salah satu solusinya. 

Sebagai respon atas isu perubahan iklim dan pembangunan rendah karbon, Pertamina telah mengembangkan EBT berbasis material ramah lingkungan yang melimpah di Indonesia.

Material ramah lingkungan yang digunakan pada tahun 2020 terus meningkat volume dan jenisnya dibanding tahun 2019. Rencana pengembangan proyek energi baru dan terbarukan hingga tahun 2026 diproyeksikan meningkatkan total kapasitas pembangkit sekitar 10,2 GigaWatt (GW) dan manufacture sekitar 30,2 GWh untuk meningkatkan bauran energi Indonesia 23% pada tahun 2025.

Proyek ini terdiri atas proyek gasifikasi pembangkit listrik sebesar 5,7 GW; panas bumi sebesar 1,1 GW; energi surya, bioenergi, air, angin sebesar 3,4 GW; baterai kendaraan listrik sebesar 30,2 GWh.

Tidak tanggung-tanggung, untuk proyek tersebut, Pertamina menyiapkan investasi sekitar USD6,96 miliar. 

 

5 dari 5 halaman

Mulai Jadi Solusi

Upaya pertamina dalam merawat lingkungan juga dilakukan lewat kehadiran berbagai produk barunya.

Mulai dari bahan bakar dengan nilai oktan yang tinggi, hingga kehadiran produk seperti SF-05.

Produk Pertamina Base Fluid ini diklaim ramah lingkungan. Penggunaannya, bisa menggantikan penggunaan lumpur berbasis diesel yang rentan menimbulkan kerusakan lingkungan dan lebih aman. 

Hal ini telah dibuktikan saat melakukan pengeboran di Algeria tahun lalu. Saat itu, Pertamina menggunakan SF-05 untuk menganisipasi aturan pelarangan penggunaan lumpur berbasis diesel di negara itu. Penggunaan SF-05 ternyata memiliki beberapa dampak yang positif, termasuk melindungi ‘Albian Formation’ yang merupakan sumber air di Afrika Utara. Produk ini juga melindungi pekerja dari bahaya penyakit kanker akibat penggunaan lumpur berbasis diesel yang apabila digunakan secara jangka panjang.

Perhatian Pertamina terhadap isu lingkungan hidup membuat perusahaan pelat merah ini jadi langganan penghargaan Indonesia Green Awards (IGA) yang diselenggarakan oleh The La Tofi School of CSR. Pada tahun ini, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) memenangkan penghargaan untuk 6 kategori. 

Prestasi ini mengulang kisah sukses di ajang yang sama 2017 lalu. Saat itu, Pertamina EP juga berhasil menyabet 5 pernghargaan perusahaan ramah lingkungan yang digelar oleh organisasi yang sama.