Liputan6.com, Jakarta Politik dan olahraga seharusnya tidak bisa dicampur-adukkan. Namun pada kenyataannya hal itu sulit dilakukan. Sikap politik terkadang ikut mempengaruhi dukungan terhadap atlet maupun tim yang bertanding. Tidak percaya?
Mari kita mundur 43 tahun ke tanggal 20 Oktober 1979. Pada saat itu, di Loftus Rugby Ground, Pretoria, Afrika Selatan sedang berlangsung pertandingan tinju antara Gerrie Coetzee dari Boksburg melawan John Tate dari Knoxville, Tennesse.
Keduanya naik ring untuk memperebutkan gelar lowong kelas berat versi WBA. Pertarungan berlangsung di tengah sistem apartheid yang berlaku di negara itu.
Advertisement
Sebanyak 81 penonton dilaporkan hadir dalam laga ini. Dari sisi jumlah, ini bukan hal yang istimewa. Duel Jack Dempsey vs Gene Tunney jauh lebih ramai.
Pada pertemuan pertama mereka di tahun 1926, sebanyak 120.557 penonton hadir. Sementara pada duel kedua setahun kemudian, jumlahnya juga masih 104 ribu orang.
Yang membuat duel Coetzee vs Tate berbeda, warga kulit hitam boleh hadir untuk menonton. Ini kali pertama mereka boleh menginjakkan kaki di Loftus Versfeld.
Pemandangan ini sangat langka di era sistem apartheid masih berlaku di Afsel. Seperti diketahui, sistem apartheid telah menempatkan warga kulit hitam yang mayoritas di Afsel pada posisi yang lebih rendah dari kulit putih.
Sistem pemerintahan yang melakukan pemisahan berdasarkan ras itu melahirkan berbagai bentuk diskriminasi bagi warga kulit hitam, termasuk di dunia olahraga.
Duel Coetzee vs Tate juga tidak lepas dari belenggu apartheid. Kebetulan Gerrie Coetzee berkulit putih dan Tate berkulit hitam. Meski berasal dari Afrika Selatan, Coetzee justru tidak mendapat dukungan penuh dari publik tuan rumah.
Laporan koran Amerika seperti dilansir dafi fightnews menangkap banyak penonton kulit hitam yang sebenarnya bersimpati kepada Coetzee karena sosoknya yang baik. Hanya saja politik apartheid saat itu memaksa mereka harus mendukung Tate.
Â
Sama-sama Tak Terkalahkan
Menilik rekor bertanding keduanya, Coetzee dan Tate merupakan lawan yang imbang. Mereka sama-sama tidak. Coetzee dengan 20 kemenangan dan Tate 19 kemenangan.
Tate sebenarnya tidak berasal dari Afrika Selatan. Dia lahir di Arkansas, Amerika Serikat, 29 Januari 1955. Saat remaja dia bekerja di kebun kapas sebelum pindah ke East Tennesse. Saat masih amatir, Tate memenangkan National Golden Gloves dan sempat mewakili AS pada Olimpiade Montreal, Kanada tahun 1976.
Tate mulai beralih ke pro pada tahun 1977 dan berambisi merebut juara dunia.
Coetzee juga bukan petinju sembarangan. Sepanjang karier amatirnya, dia pernah menjadi juara kelas berat Afrika Selatan dengan rekor yang luar biasa yakni 92 laga dengan hanya menelan 7 kekalahan.
Pria kelahiran Boksburg, Afrika Selatan tersebut kemudian terjun ke tinju profesional sejak 14 September 1974. Sebelum bertemu Tate, dua telah mengalahkan sederet nama besar, tarmasuk mantan juara dunia kelas berat, Leon Spinks.
Advertisement
Kesalahan Coetzee
Duel Coetzee Vs Tate berlangsung di atas lapangan rugbi pada malam yang dingin dan lembab. Coetzee membuat kesalahan pertamanya dengan berjalan melintasi lapangan yang basah tanpa pelindung yang menutupi kedua sepatu botnya.
Ace Miller, corner man Tate jauh lebih cerdik. Dia segera mencari plastik untuk membungkus sepatu Tate agar tidak basah saat berjalan menuju arena pertarungan.
Taktik ini terbukti sangat membantu. Coetzee dengan telapak sepatu yang basah tampak kesulitan mengontrol langkahnya d atas ring. Dia bahkan sering tergelincir. Kesempatan ini kemudian dimanfaatkan Tate untuk terus menekan.
Memanfaatkan kecepatan pukulannya, Tate mampu mendikte dan melukai Coetzee. Dan di akhir pertarungan, tiga wasit hakim memberikan kemenangan mutlak untuknya.
Hakim Carlos Berracol dari Panama memberi skor 147-144 untuk Tate. Sementara Carlos Martinez–Casas, juga dari Pamama memberi skor 148-145 dan wasit hakim dari Jepang Ken Morita memberikan kartu 147-142 untuk kemenangan Tate.
Â
Akhir Tragis Tate
Pertarungan dipromotori oleh Golden Gloves bekerja sama dengan Bob Arum Enterprises dan Southern Sun Hotels. Sabuk juara Tate lepas pada pertandingan mempertahankan gelar pertama melawan Mike Weaver, 31 Maret 1980. Dalam duel yang berlangsung di Athletic Center, Knoxville itu, Tate KO pada ronde kelima.
Tate meninggal dunia delapan tahun kemudian akibat kecelakaan motor. Sementara Coetzee akhirnya menjadi juara dunia kelas berat WBA usai mengalahkan Michael Dokes di ronde ke-10 di Richfield Coliseum, Richfield, AS, 23 September 1983.
Advertisement