Sukses

Dibenci Semua Pemain, Hanya Diego Forlan yang Mampu Taklukkan Jabulani di Piala Dunia 2010

Ada yang sama-sama dibenci oleh para pemain di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, yakni bola resmi dari adidas yang bernama Jabulani.

Liputan6.com, Jakarta - Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan merupakan turnamen dengan banyak momen yang tak terlupakan. Salah satunya adalah Vuvuzela, alat musik tiup khas Afrika Selatan atau biasa disebut Lepatata (dalam bahasa Tswana).

Vuvuzela yang ditiup fans Afrika Selatan dirasakan sangat mengganggu pemain karena suaranya yang keras memekakkan telinga.

Kapten Prancis, Patrice Evra bahkan mengeluhkan berisiknya Vuvuzela itu. "Kami tak bisa tidur karena Vuvuzela. Orang-orang di sini sudah membunyikannya sejak pukul 6 pagi," ujar Evra.

Sebaliknya, pelatih dan legenda Jerman Barat, Franz Beckenbauer justeru menilai Vuvuzela adalah hal yang luar biasa.

"Beberapa pihak mengkritik Vuvuzela karena suaranya yang berbeda, membuat suasana berbeda, tapi ini Afrika dan Vuvuzela milik Afrika. Saya mendatangi sejumlah stadion untuk menyaksikan beberapa pertandingan, dan saya pikir Vuvuzela adalah hal yang luar biasa," kata Beckenbauer.

Namun ada yang mendapat penilaian serupa dari seluruh pemain, yakni bola resmi Piala Dunia 2010 yang bernama Jabulani. Bola itu dirancang oleh adidas.

Sebelum Piala Dunia 2010 digelar di Afrika Selatan, adidas meluncurkan bola resmi. Itu hal biasa dan sudah mereka lakukan setiap turnamen akan digelar. Tapi, yang terjadi saat itu diluar dugaan. Jabulani menuai kecaman dari banyak pesepak bola dunia, khususnya kiper.

Jabulani adalah bola adidas ke-11 di Piala Dunia. Bola ini memiliki 11 warna yang dikatakan mewakili 11 pemain tim sepak bola serta 11 bahasa resmi dan 11 suku di Afrika Selatan. Namanya berarti "Untuk Merayakan" dalam Bahasa Zulu, salah satu dari 11 bahasa tersebut.

Jabulani menjadi musuh bersama para pemain, terutama kiper. Beberapa fitur teknis yang tertanam di Jabulani membuat Piala Dunia itu sedikit kurang meriah. Setidaknya untuk adidas dan kolaborator ilmiahnya di Loughborough University.

2 dari 5 halaman

Laporan Aneh

Sejak 1960-an, sebagian besar bola standar terdiri dari 32 panel campuran segi enam dan segi lima. Tapi, adidas merombak pakem. Bola Piala Dunia 2006, Teamgeist, terbuat dari 14 panel melengkung, dan empat tahun kemudian Jabulani memotong angka itu menjadi hanya delapan.

Pengurangan panel yang diikat secara termal daripada dijahit itu membuat bola lebih bulat dari sebelumnya. Tapi, ketika para pemain mulai menendangnya, segera menjadi jelas bahwa adidas telah membuat sebuah kesalahan fatal yang dikenang hingga bertahun-tahun kemudian.

Beberapa minggu sebelum pertandingan pembukaan turnamen, laporan aneh mulai muncul tentang Jabulani. Itu muncul dari semua peserta Piala Dunia, termasuk oleh nama-nama populer.

Xavi Hernandez contohnya. Gelandang legendaris Spanyol yang bisa melakukan operan dengan mata tertutup itu mengatakan bahwa bola banyak bergerak sehingga sulit dikendalikan

Lain lagi komentar penjaga gawang Jepang, Eiji Kawashima. "Saya melihat bola 30 cm di hadapan saya tapi tiba-tiba bola menghilang. Saya tidak bisa menjelaskannya," ujarnya saat ditanya tentang gol Belanda yang seharusnya bisa ia selamatkan.  

"Bola ini sangat menyulitkan untuk penjaga gawang dan juga kami para pemain," komentar striker Argentina, Lionel Messi.

3 dari 5 halaman

Menyulitkan

Kiper yang paling banyak mengeluh. Sebab, bola itu tidak bisa ditangkap dengan sempurna. "Ini seperti bola pantai. Sungguh menyedihkan bahwa kompetisi sepenting Piala Dunia memiliki elemen vital seperti bola dengan karakteristik yang sangat buruk," ucap Iker Casillas.

Bahkan, penjaga gawang sekelas Gianluigi Buffon, yang biasanya sangat sopan ketika berbicara, ikut-ikutan mencemooh Jabulani. "Model baru ini sama sekali tidak memadai dan saya percaya itu memalukan untuk memainkan kompetisi yang sangat penting dengan banyak juara ambil bagian dengan bola seperti itu," kata Buffon.

Dari sekian banyak pemain, hanya Diego Forlan yang mengerti betul tentang kemampuan bola ini.

Sebelum datang ke Afrika Selatan, Forlan menyadari Jabulani akan menjadi masalah bagi para penjaga gawang, dan dia justru berusaha membuat Jabulani menuruti keinginannya. Caranya tentu saja hanya dengan berlatih.

4 dari 5 halaman

Tiga Bulan

Bahkan striker yang saat itu memperkuat Atletico Madrid butuh waktu lebih dari sebulan untuk membuat Jabulani menuruti keinginannya. Ini yang membuatnya santai dan tidak panik seperti para pemain lainnya.

"Tiga bulan sebelum Piala Dunia 2010, Diego Forlan meminta Adidas untuk mengiriminya bola Jabulani," kata mantan rekan setimnya di Atletico Madrid, Sebastian Abreu.

"Di Atletico Madrid dia tetap tinggal setelah latihan, berlatih bergerak dengan bola hingga melakukan tendangan bebas," sambungnya.

Rumor beredar selain latihan, Forlan memperlakukan Jabulani secara unik yakni dengan menggambar wajah serta memberinya nama Wilson. Meskipun rumor itu belum terkonfirmasi dan apakah hanya bahan candaan melihat Forlan begitu serius berlatih dengan Jabulani.

Di Piala Dunia 2010 posisi Forlan berada di belakang Luis Suarez serta Edinson Cavani. Tendangan jarak jauhnya hampir saja membuat Uruguay mengalahkan Prancis pada laga pertama yang akhirnya berakhir 0-0.

Baru di laga kedua melawan tuan rumah Afrika Selatan, Forlan berhasil mencetak gol dari tendangan jarak jauh. Sontak seluruh isi stadion berhenti meniupkan terompet Vuvuzela yang berisik karena tercengang melihat gol Forlan. Forlan mencetak brace di laga ini hingga akhirnya Uruguay menang telak 3-0.

Uruguay lalu memastikan jadi juara grup dan lolos ke babak 16 besar setelah menang tipis 1-0 atas Meksiko di laga terakhir.

5 dari 5 halaman

Pemain Terbaik

Pemain bernama lengkap Diego Martin Forlan Corazo itu akhirnya membawa Uruguay tampil lagi di semifinal Piala Dunia 2010 setelah terakhir kali berlaga di babak ini pada 1970. Sayangnya mereka kandas setelah kalah dari 2-3 dari Belanda, kemudian takluk dari Jerman di perebutan tempat ketiga dengan skor yang sama.

Forlan mencetak satu gol di masing-masing laga itu. Tetapi dua gol di laga itu, dia lesakkan dengan cara spektakuler yang membuat orang yakin bahwa Forlan memang telah menaklukan keganasan Jabulani.

"Tidak ada misteri di sini. Banyak latihan, banyak latihan, dan lagi. Saya beruntung, Jabulani berperilaku sangat baik saat itu. Dan kami bergaul dengan baik," kata Forlan.

Lima gol telah diciptakannya di Piala Dunia 2010. Ia bahkan terpilih sebagai pemain terbaik di Piala Dunia tersebut berdasarkan survei FIFA. Gol-gol yang dihasilkannya terbilang spaktakuler.

Ia mengumpulkan suara sebanyak 23,4 persen dalam vote pemain terbaik Piala Dunia 2010. Ia berhasil mengalahkan Wesley Sneijder di urutan kedua dengan 21,8 persen dan David Villa di urutan ketiga dengan 16,9 persen.

Forlan adalah simbol dari kebangkitan Uruguay di bawah pelatih Oscar Washington Tabarez, pelatih yang juga membawa Uruguay juara Piala Amerika 2011 di Argentina. Eks Manchester United itu menampilkan permainan yang sangat memukau pada Piala Dunia 2010. Ia menjadi salah satu pemain kunci di setiap laga yang dimainkan oleh La Celeste.

Penyerang kelahiran Montevideo, lahir 19 Mei 1979 itu pun menjadi pemain Uruguay kedua yang meraih penghargaan ini. Sebelumnya, legenda sepakbola Uruguay Jose Nasazzi juga sempat dinobatkan sebagai yang terbaik di turnamen Piala Dunia 1930, meski untuk catatan ini masih harus diverifikasi mengingat FIFA baru mencatat secara resmi penghargaan ini mulai Piala Dunia 1982

Di ajang yang bergemuruh akibat suara Vuvuzela, permasalah bola Jabulani, keperkasaan sepak bola Spanyol, kebangkitan timnas Jerman, serta jatuhnya Ronaldo dan Messi, penampilan Diego Forlan di Afrika Selatan akan selalu diingat.