Liputan6.com, Jakarta Publik menantikan seperti apa nasib juara bertahan Prancis di Piala Dunia 2022 Qatar yang akan berlangsung kurang dari satu bulan lagi, mulai 20 November 2022 sampai 18 Desember 2022.
Prancis hadir di Piala Dunia 2022 dengan kekhawatiran karena kehilangan sejumlah pemain pilar yang membantu mereka memenangkan trofi di Piala Dunia 2018. Paul Pogba dan N'Golo Kante dipastikan absen di Piala Dunia 2022, sementara beberapa pemain lain juga terancam bernasib sama, seperti Raphael Varane.
Baca Juga
Hal lain yang menimbulkan ketakutan untuk publik sepak bola Prancis adalah pengalaman buruk juara bertahan dalam dua penyelenggaraan Piala Dunia terakhir, yang selalu tersingkir di penyisihan grup.
Advertisement
Prancis sendiri memiliki pengalaman buruk teringkir di babak awal sebagai juara bertahan pada Piala Dunia 2002, setelah kalah 0-1 dari Senegal dan Denmark 0-2 serta hanya bermain imbang tanpa gol lawan Uruguay.
Hasil tersebut menjadikan Prancis sebagai juara bertahan terburuk sepanjang sejarah Piala Dunia, karena tak mampu meraih kemenangan, juga tak bisa mencetak gol selama turnamen digelar di Jepang dan Korea Selatan.
Dalam dua Piala Dunia terakhir, Spanyol dan Jerman harus angkat koper dari turnamen lebih awal dari yang diperkirakan.
Spanyol tersingkir setelah dihancurkan Belanda 1-5 yang membawa dendam dari final Piala Dunia 2010 dan Chili. Kemenangan atas Australia di laga terakhir tak berarti apa-apa selain hanya sekadar hiburan.
Lalu Jerman, di Piala Dunia 2018 yang pertama kali merasakan pahitnya tersingkir di awal turnamen. Jerman tak berdaya di laga pertama setelah takluk 0-1 dari Meksiko, dan sempat memiliki harapan besar dengan mengandaskan Swedia di laga kedua.
Tetapi bencana dialami Jerman dalam laga ketiga yang harusnya di atas kertas bisa mereka menangkan melawan Korea Selatan yang sudah 99 persen tersingkir dari turnamen sejak kalah dari Meksiko 1-2 di laga kedua.
Sepasang gol telat dari Kim Young-gwon dan penyerang Tottenham Hotspur, Son Heung-min, dikombinasikan dengan penampilan luar biasa dari kiper Jo Hyeon-woo membantu Korea Selatan menciptakan salah satu kejutan terbesar dalam sejarah turnamen.
Â
Korea Selatan Hancurkan Harapan Jerman
Jerman hadir di Piala Dunia 2018 Rusia tak hanya dengan embel-embel sebagai juara 2014, juga juara Piala Konfederasi dan tim peringkat teratas FIFA. Tetapi status tak seiya sekata dengan fakta, karena Jerman tersingkir pada rintangan pertama untuk pertama kalinya sejak Piala Dunia 1938 di Prancis.
Pelatih Timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018, Shin Tae-yong mengungkapkan saat itu, kemenangan atas Jerman merupakan pencapaian hebat. Sayangnya menjadi campur aduk, antara kebanggaan dan kesedihan harus meninggalkan turnamen lebih awal.
"Saya merasa hebat tetapi pada saat yang sama saya merasa sedikit kosong, jadi saya merasa sedikit ambivalen," kata Shin Tae-yong saat itu.
"Saya mengatakan hanya ada 1 peluang peluang dan jadi saya memberi tahu para pemain saya bahwa itu benar-benar upaya terakhir bagi mereka dan saya memberi tahu mereka bahwa mereka harus berjuang sampai akhir.
"Jerman adalah juara bertahan dan nomor satu di peringkat FIFA, jadi saya memikirkan kesalahan apa yang mungkin dilakukan Jerman, karena mereka mungkin merasa bisa mengalahkan kami, itulah yang dipikirkan semua orang."
"Saya pikir kita bisa menggunakannya sebagai strategi terbalik dan itu benar-benar tepat sasaran," ujar Shin Tae-yong yang sekarang jadi pelatih kepala Timnas Indonesia.
Cerita akan berbeda andai di pertandingan lain Meksiko mengalahkan Swedia di waktu yang sama. Sayangnya Meksiko tak terlalu bernafsu memenangkan laga terakhir karena sudah memastikan tiket lolos ke 16 besar.
"Kami tidak lolos ke 16 besar, tapi kami berhasil mengalahkan juara dan tim nomor satu dunia," ujar Shin Tae-yong saat itu.
Â
Advertisement
Brasil Pertahankan Gelar di Piala Dunia 1962
Sebelum Jerman dan Spanyol bernasib tragis sebagai juara bertahan, faktanya sejak Piala Dunia 1962, belum pernah ada negara yang bisa mempertahankan trofi di edisi selanjutnya.
Hanya ada dua negara yang mampu melakukannya, Italia di Piala Dunia 1938 setelah merebutnya pada 1934. Kemudian Brasil yang menjadi juara di Piala Dunia 1962 Chili, setelah meraihnya empat tahun lalu di Swedia.
Brasil sejak itu, jadi negara juara bertahan terakhir yang mampu menjadi juara lagi di edisi selanjutnya. Dalam laga final, Brasil mengalahkan Cekoslowakia yang sempat membuat mereka frustasi di babak 16 besar Grup C.
Ketika itu Brasil masih diperkuat Pele, Garrincha, dan Vava. Di partai final ini, tidak ada Pele dan Garrincha yang semestinya diskors satu pertandingan setelah mendapat kartu merah di semi final.
Kenyataannya berbeda. Brasil beruntung karena FIFA memperbolehkan Garrincha bermain. Pihak Cekoslowakia tidak mempermasalahkan keputusan FIFA dan tetap merasa yakin bisa mengatasi Brasil.
Di babak pertama, Cekoslowakia bermain bagus. Seperti di Piala Dunia 1934, Cekoslowakia unggul lebih dulu. Di menit ke-15, Masopust mencetak gol setelah mendapat bola hasil umpan silang Scherer.
Toh pertandingan masih panjang. Sama seperti Piala Dunia 1934, Cekoslowakia unggul lebih dulu, namun akhirnya kalah. Brasil juga terbiasa tertinggal dulu, kemudian balas menyerang dan akhirnya menang, seperti di Piala Dunia 1958.
Â
Kutukan Juara Bertahan
Brasil menyamakan kedudukan di menit ke-17, lalu berbalik unggul di menit ke-68. Gol penentu kemenangan Brasil tercipta akibat kesalahan Schrojf, kiper yang sebelumnya bermain bagus.
Di menit ke-77, Schrojf gagal menghalau tendangan bola melengkung dari Djalam Santos. Bola memantul ke kotak penalti di dekat Vava. Tanpa kesulitan Vava menjebol gawang Cekoslowakia.
Brasil berhasil mempertahankan gelarnya. Negeri Samba ini menjadi negara ketiga yang berhasil dua kali juara di samping Uruguay dan Italia.
Tetapi tidak ada kesempatan ketiga bagi Brasil meraihnya secara beruntun setelah tim Samba kalah bersaing dengan Portugal dan Hungaria di babak putaran pertama.
Sejak itu, kutukan juara bertahan berlanjut setiap Piala Dunia digelar. Tak ada back to back champion sampai Piala Dunia 2018.
Di Piala Dunia 1970, Inggris tersingkir di perempat final oleh Jerman Barat. Kemudian Brasil tak berdaya melawan total football Belanda di putaran kedua dan kalah dari Polandia di perebutan tempat ketiga.
Â
Advertisement
Argentina dan Brasil Paling Mendekati
Lalu Jerman Barat kalah bersaing dari Belanda dan Italia di putaran grup kedua Piala Dunia 1978. Sementara Argentina yang sudah memiliki Maradona, tersingkir di putaran grup kedua Piala Dunia 1982 setelah kalah dari Italia dan Brasil.
Italia di Piala Dunia 1986 angkat koper karena kalah 0-2 dari Prancis di 16 besar. Sedangkan, Argentina hampir mengikuti jejak Italia dan Brasil setelah mencapai final Piala Dunia 1990, namun dikalahkan Jerman Barat 0-1.
Piala Dunia 1994 jadi saksi kejutan besar terjadi kala Bulgaria menyingkirkan juara bertahan Jerman. Brasil di Piala Dunia 1998, nyaris mengulangi pencapaian di era Pele, sayang mereka tampil antiklimaks di final dan kalah 0-3 dari Prancis.
Piala Dunia 2002, Prancis mencatat hasil terburuk yang pernah diraih juara bertahan Piala Dunia. Tak pernah menang setelah hanya sekali imbang dan dua kali kalah, juga tak pernah mencetak gol.
Tetapi selang empat tahun kemudian Prancis, menapak ke final meski akhirnya kalah. Salah satu kemenangan Prancis di Piala Dunia 2006 Jerman adalah mengandaskan juara bertahan Brasil di perempat final.