Sukses

Kertas Contekan di Piala Dunia 2006 Itu Berharga Rp 1 Miliar

Kemenangan Jerman atas Argentina di perempat final Piala Dunia 2006 tak terlepas dari kehebatan Jens Lehmann, mampu menghadang penalti pemain Argentina berkat kertas contekan

Liputan6.com, Jakarta - Perempat final Piala Dunia 2006 yang mempertemukan Jerman dan Argentina di Olympiastadion, Berlin, 30 Juni 2006 harus diakhiri dengan adu penalti. Kedua tim terkunci 1-1 meski pertandingan sudah berlangsung 120 menit.

Jerman yang menjadi tuan rumah turnamen tertinggal lebih dulu di menit ke-49 lewat tandukan Roberto Ayala yang mengoyak jala Jens Lehmann, memanfaatkan sepak pojok Juan Roman Riquelme.

Jose Pekerman, pelatih kepala tim nasional Argentina, menarik keluar Riquelme pada menit ke-72. Penggantinya adalah Esteban Cambiasso yang lebih defensif.

Pergantian yang masuk akal ini pada akhirnya terbukti salah besar. Klose mencetak gol penyeimbang delapan menit setelah Cambiasso masuk. Namun, bukan ini momen terburuk yang melibatkan Cambiasso.

Jerman dan Argentina sudah dua kali bertemu berturut-turut di Piala Dunia 1986 dan 1990. Argentina juara pada 1986; Jerman (saat itu masih bernama Jerman Barat) pada 1990.

Sejak tahun 2000, Jerman selalu kesulitan melawan negara besar sepak bola. Dalam sepuluh pertandingan mereka kalah. Dalam enam pertandingan lainnya, bermain imbang. Pada gelaran Piala Dunia 2006, lawan-lawan Jerman bukan tim besar: Ekuador, Polandia, dan Kosta Rika di Grup A serta Swedia di 16 besar. Argentina adalah ujian. Argentina adalah pembuktian.

Terpilihnya Jens Lehmann sebagai kiper nomor satu Jerman di Piala Dunia 2006 menuai kontroversi. Pasalnya masih ada Oliver Kahn yang masih punya pengaruh kental dalam tim.

Sampai laga pembuka melawan Kosta Rika, keputusan pelatih Jurgen Klinsmann soal penjaga gawang masih menuai tanda tanya. Walau begitu sang pelatih tetap bergeming dan terus mempercayakan Lehmann di bawah mistar.

2 dari 5 halaman

Contekan

Saat jeda istirahat untuk mempersiapkan pemain yang akan melakukan eksekusi penalti, pelatih kiper Jerman Andreas Kopke memberikan secarik kertas kepada Lehmann.

Kertas itu dibaca lalu dilipat dan dimasukkan oleh Lehmann di balik kaos kaki yang dikenakannya. Setiap pemain Argentina berjalan ke titik putih, Lehmann mengambil contekan itu dan membacanya. Rupanya kertas itu kecil tentang kebiasaan para algojo Argentina saat mengeksekusi penalti.

Tidak mudah juga membaca kertas contekan yang ditulis dengan pensil dan kemudian basah oleh keringat itu.

Catatan yang ditulis dan diserahkan oleh Kopke itu berisi tujuh nama. Di antaranya: Riquelme kiri-atas, Crespo lari jauh/lurus, lari pendek/lurus, Heinze kiri datar, Ayala menunggu lama, lari jauh ke kanan, Messi kiri, Aimar kiri jauh dan Rodriguez kiri.

Data contekan soal kebiasaan penalti para pemain Argentina didapatkan oleh Kopke dari Federasi Sepak Bola Jerman (DFB). Sedang DFB mendapatkan informasi tersebut dari seorang pelatih berkebangsaan Belanda, Huub Stevens, yang punya catatan tentang 13 ribu tendangan penalti.

3 dari 5 halaman

Tebakan

Beberapa tangkapan kamera menunjukkan betapa detailnya Koepke. Terlihat jelas hampir tidak ada tempat kosong di kertas tersebut. Di semua sisi ada coretan Koepke untuk Lehmann.

Dari tujuh nama tersebut, dua yang maju sebagai penendang adalah Roberto Ayala dan Maxi Rodriguez. Untuk tembakan Ayala, Lehmann berhasil menebak dan menggagalkannya. Tapi untuk tendangan Rodriguez, meski dapat membaca arah bola, Lehmann tak mampu menggagalkannya.

Lalu, saat Cambiasso maju, Lehmann kembali membaca contekannya. Sayangnya, ia tak menemukan nama Cambiasso.

Akhirnya, Lehmann hanya menebak arah tendangan Cambiasso berdasarkan pada pengalamannya saat menonton laga yang melibatkan Cambiasso, di laga Inter melawan Villarreal di Champions League.

Cambiasso maju saat kedudukan 4-2 untuk keunggulan Jerman. Jika ia mencetak gol, maka peluang Argentina tetap terbuka. Jika gagal, maka Jerman lolos ke semfinal. 

“Ia bermain untuk Inter melawan Villarreal di Champions League,” ujar Lehmann. “Saya tidak tahu bagaimana ia menendang penalti, namun dengan menyaksikan pertandingan itu saya bisa menebak ke sudut mana Cambiasso merasa nyaman mengarahkan tembakan.” Tebakan Lehmann benar. Jerman lolos ke semifinal.

4 dari 5 halaman

Dirayakan

Tebakan Lehmann tepat. Ia mampu menepis sepakan penalti Cambiasso. Der Panzer menang 4-2 dan lolos ke semifinal.

Sonke Wortmann, sutradara yang membuat film dokumenter berdasar perjalanan tim nasional Jerman di Piala Dunia 2006, membenarkan soal tidak adanya nama Cambiasso di kertas contekan itu.

“Lehmann tak dapat menemukan apa pun mengenai kebiasaan Cambiasso dalam contekannya. Walau demikian, secarik kertas itu memainkan peran karena Lehmann membacanya, menatap lawannya, dan mengangguk seolah ia tahu apa yang akan Cambiasso lakukan,” kata Wortmann.

Kertas contekan itu bukan sekedar memuluskan Jerman melangkah ke babak semifinal. Kemenangan itu dirayakan oleh masyarakat Jerman dengan turun ke jalan.

Selama itu masyarakat Jerman hidup dengan menanggung malu atas tindakan keji negaranya semasa Perang Dunia II. Menunjukkan patriotisme menjadi hal yang tabu jadinya.

Kemenangan atas Argentina membuat masyarakat Jerman menemukan kembali alasan untuk bangga kepada negaranya, dan dengan sendirinya menentukan ulang apa yang tabu dan apa yang bukan.

5 dari 5 halaman

Dilelang untuk Amal

Sadar contekan itu mengubah hidupnya, Lehmann yang mantan kiper Borussia Dortmund terus menyimpannya.  

Contekan Lehmann kemudian berpindah tangan ke Bild. Pada 16 Desember 2006, Bild melelangnya dalam acara Ein Herz für Kinder (Satu Hati untuk Anak-anak).

Meski sudah kusut dan tulisan Kopke memudar karena terkena keringat, kertas keramat ini laku dengan harga satu juta euro atau sekitar Rp 17 miliar.

Contekan bersejarah itu dibeli oleh Utz Claasen yang CEO perusahaan kenamaan Jerman, Energie Baden-Wurttemberg. Hasil lelang kertas contekan itu semuanya disumbangkan kepada Yayasan amal khusus anak-anak.

Sang pembeli sendiri pada 2007 menyumbangkan contekan Lehmann kepada museum sejarah Jerman di Bonn.

Kertas itu menjadi contekan termahal sepanjang sejarah.