Liputan6.com, Jakarta Menjelang dimulainya Piala Dunia 2022 Qatar, tekanan terhadap pelatih tim nasional Inggris, Gareth Southgate makin meningkat. Tak hanya harus memenangkan laga perdana menghadapi Iran, Senin (21/11/2022) tapi juga makin kencangnya isu penggantian dirinya.
Banyak desakan yang meminta dirinya dipecat dari kursi kepelatihan The Three Lions -julukan Timnas Inggris- jika gagal tampil apik dan meraih gelar juara.
Baca Juga
Kontrak Southgate sendiri masih dua tahun sebagai pelatih timnas Inggris. Namun, banyak isu beredar yang menyatakan Piala Dunia 2022 akan menjadi ajang terakhir Southgate memimpin Harry Kane dan kawan-kawan.
Advertisement
Performa yang kurang mengesankan menjadikan Southgate jadi bahan kritikan dan gunjingan para pendukung inggris. Misalnya, mereka belum pernah meraih kemenangan dalam enam laga terakhir. Ini merupakan performa terburuk Timnas Inggris sejak 1993.
Gunjingan para fans juga menyeruak pada nama-nama bakal penggantinya. Beberapa pelatih disebut-sebut menjadi penggantinya, baik yang aseli Inggris maupun bukan.
Prestasi buruk yang didapat The Three Lions mengingatkan para pendukung pada kejadian menyesakkan di semi final Piala Eropa 1996.
Saat itu para pendukung Inggris punya harapan tinggi timnas kesayangannya mengakhiri 55 tahun penderitaan untuk merasakan lagi megahnya laga final. Namun impian itu sirna di semi final ketika harus keok dari Jerman.
Berdasarkan laman sports.ndtv, Kamis (3/11/2022) prestasi buruk itu mengingatkan para pendukung pada kejadian menyesakkan di semifinal Piala Eropa 1996. Sejak itu, Southgate menjadi kambing hitam karena gagal mengeksekusi penalti ke gawang Jerman.
Dalam semi final pada 26 Juni 1996 kedudukan berakhir imbang 1-1, dan harus diselesaikan dengan adu penalti karena skor sama 1-1. Jerman memenangi adu penalti dengan skor 6-5. Southgate menjadi satu-satunya penendang penalti yang gagal pada pertandingan itu.
Siap Mundur
Gareth Southgate kemudian sempat menumbuhkan harapan pendukung saat membawa Timnas Inggris U-21 ke Piala Eropa 2016. Tapi harapan itu kembali hancur saat tersingkir dari Islandia.
Kejadian serupa terjadi saat Gareth Southgate memimpin Timnas Inggris ke semifinal Piala Dunia 2018. Lebih mengesankan lagi saat membawa tim menuju partai final pertama di turnamen besar selama 55 tahun di Piala Eropa 2020.
Tapi lagi-lagi, timnya gagal membawa pulang trofi pada kedua kesempatan itu. Kritik dan rasa tidak percaya semakin besar untuknya.
Dikabarkan, tuntutan warga Inggris ingin timnasnya meraih trofi di Piala Dunia 2022 nanti. Seandainya Southgate gagal lagi, desakan agar pelatih 52 tahun itu untuk mundur akan semakin kuat.
Southgate yang kelahiran 3 September 1970 bukannya tidak tahu soal panasnya kursi kepelatihan yang sudah didudukinya sejak 2016.
"Saya tahu pada akhirnya saya akan dinilai berdasarkan apa yang terjadi di Piala Dunia 2022," terang Southgate dilansir sportbible.
Ia siap mundur dari kursi pelatih Timnas Inggris jika tidak bisa memberikan hasil manis di Piala Dunia 2022.
Advertisement
Saatnya
"Kontrak tidak relevan dalam sepak bola karena manajer dapat memiliki kontrak tiga, empat, lima tahun dan Anda menerimanya. Namun jika hasilnya tidak cukup baik, inilah saatnya untuk berpisah," kata Southgate.
Beberapa calon pengganti Southgate sudah disebut, salah satunya yang dianggap kuat adalah Mauricio Pochettino, mantan pelatih Paris Saint-Germany. Ia kini secara terbuka menyatakan siap jika ditawari menjadi pelatih timnas Inggris menggantikan Southgate.
Sejak dipecat PSG Juli 2022 lalu, Pochettino belum mendapatkan klub baru. Padahal, pria berusia 50 tahun itu beberapa kali dikait-kaitkan dengan posisi lowong yang ada di klub. Namun, Pochettino belum memberikan konfirmasi apapun.
Sampai akhirnya, seperti dilansir dari Daily Mail (17/11/2022), ia mengungkapkan sendiri salah satu niatan tersembunyinya. Ia sangat terbuka jika ditawarkan kursi kepelatihan timnas Inggris.
“Saya merasa sangat nyaman berada di sini. Kita juga tidak pernah tahu apa yang mungkin akan terjadi. Saya sangat terbuka untuk segalanya [menjadi pelatih timnas Inggris],” tambahnya.
Bukan Inggris
Walaupun bukan orang asli Inggris, pelatih asal Argentina itu menghabiskan enam tahun melatih di Liga Primer Inggris, bersama Southampton dan Tottenham. Pada saat meninggalkan London utara pada 2019, dia membangun reputasi besar ketika membawa Spurs secara rutin finish tiga besar di liga.
“Hubungan saya dengan Inggris selalu sangat bagus,” ucap dia kepada The Athletic.
Tidak hanya itu, Pochettino punya andil terhadap tim nasional Inggris secara tidak langsung. Sejumlah pemain Inggris dipolesnya dengan sangat baik, terutama saat berada di Tottenham.
Harry Kane dan Eric Dier jadi bukti betapa berhasilnya penanganannya. Dua pemain tersebut terbukti bisa diandalkan The Three Lions.
“Kami punya hubungan yang sangat bagus dengan akademi di sini dan berusaha mengembangkan para pemain muda untuk tim nasional,” cetus dia.
Nama lainnya yang juga disebut adalah pelatih Newcastle United, Eddie Howe. Ia tentu senang karena namanya dikaitkan dengan pos pelatih timnas Inggris. Akan tetapi, Howe mengaku masih bahagia bersama Newcastle dan belum berhasrat menangani The Three Lions.
“Gareth telah menunjukkan kinerja luar biasa, saya mengatakan hal itu dari lubuk hati terdalam. Tapi, saya tidak akan mengatakan tak bakal menangani tim nasional,” jelas Howe seperti dikutip dari Teamtalk.
“Saya masih menyukai kegiatan melatih setiap harinya dan berada di lapangan latihan bersama setiap pemain. Di level internasional, saya tidak akan mendapat pengalaman itu karena hanya punya waktu beberapa pekan bersama seluruh pemain setiap tahunnya. Untuk saat ini, melatih di level internasional bukan menjadi keinginan saya,” katanya menambahkan.
Nama lainnya adalah Steve Cooper yang muncul setelah membawa Inggris memenangkan Piala Dunia U17 pada 2017. Ia kemudian menikmati kesuksesan bersama Swansea City, dan membawa Nottingham Forest promosi musim lalu.
Ia kemudian didepak oleh Nottingham, usai performa buruk awal musim ini, meski telah belanja pemain cukup banyak. Karena itu, pelatih asal Wales itu kemungkinan tidak akan pikir panjang jika diminta untuk melatih Inggris.
Brendan Rodgers juga jadi kandidat yang dikenal cukup banyak pengalaman. Saat ini timnya, Leicester City dalam titik terendah, dan ia terancam dipecat.
Rodgers pernah nyaris membawa Liverpool juara Liga Inggris, membawa Celtic mendominasi Liga Skotlandia dan hampir membawa Leicester ke Liga Champions. Namun masih harus dilihat apakah dia bisa membalikkan situasi di Stadion King Power.
Advertisement