Sukses

Kenapa Media Barat Lebih Fokus Sudutkan Piala Dunia 2022?

Media barat malah lebih fokus ke hal di luar sepakbola.

Liputan6.com, Jakarta - Piala Dunia 2022 yang digelar di Qatar akhirnya telah dimulai Minggu (20/11/2022). Tetapi hingga kini, media barat masih saja fokus pada hal-hal di luar sepak bola.

Sebenarnya gelombang protes dari media-media barat telah terjadi sejak satu tahun terakhir menjelang digelarnya Piala Dunia di Qatar.

Berbagai hal pun diangkat ke permukaan. Mulai dari yang berbau sepak bola hingga masalah-masalah yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan Piala Dunia Qatar.

Isu terbesar yang terus didengungkan adalah kabar pelanggaran Hak Asasi Manusia, saat The Guardian mengabarkan ratusan pekerja meninggal saat membangun stadion-stadion di bawah cuaca panas Qatar yang menyengat.

Perubahan sebenarnya langsung dilakukan Pemerintah Qatar saat kabar ini diblow-up The Guardian pada 2021. Mereka langsung membuat aturan yang memastikan kondisi terbaik untuk para pekerja.

"Telah ada proses signifikan untuk memastikan kalau perubahan dilakukan secara efektif," ujar juru bicara Qatar seperti dilansir dari BBC. "Sejumlah perusahaan yang melanggar aturan akan dikenakan sanksi kalau aturan pekerja ini dilanggar," tegasnya.

Lalu giliran isu suap untuk mendapatkan jatah tuan rumah terus dihembuskan. Bahkan, aktor utama kasus tersebut yaitu eks Presiden FIFA, Sepp Blatter, angkat bicara ikut menyalahkan Qatar.

"Qatar adalah kesalahan. Keputusan yang buruk," ujar Blatter, yang padahal diketahui getol melakukan korupsi dan pencucian uang lewat posisi pejabat terasnya di FIFA.

Hingga kini, tuduhan suap yang dilakukan Qatar tidak bisa dibuktikan. Bahkan, segala persiapan yang dilakukan negeri Jazirah Arab itu pun berhasil dilakukan sesuai tengat waktu.

Mulai dari persiapan 8 venue yang akan digelarkan semuanya terlihat mengkilap jelang gelaran akbar tersebut.

Bahkan, upacara pembukaan yang fantastis pun sudah dirasakan kemarin. Bintang-bintang dunia seperti Jung Kook BTS hingga Morgan Freeman terus menerus menyuarakan indahnya perbedaan.

2 dari 5 halaman

Tak Mau Pakai Ban Kapten LGBT

Satu lagi isu yang menjadi perbincangan adalah dilarangnya berbagai atribut berbau LGBTQ selama penyelenggaraan Piala Dunia di tanah Qatar.

Meski tuan rumah menyatakan akan menerima seluruh penonton dengan tangan terbuka, mereka menerapkan aturan melarang berbagai simbol LGBT selama perhelatan. Sikap itu ditentang beberapa tim.

Media barat pun terus menggempur keputusan Qatar tersebut. Begitu juga beberapa negara peserta Piala Dunia asal Eropa. Bahkan, mereka tetap ingin mengampanyekan lewat ban kapten OneLove dengan corak pelangi.

Qatar dan FIFA pun bersepakat melarangnya memberi kartu kuning bagi pemain yang mengenakan simbol terlarang tersebut. Dan lagi-lagi hal itu jadi sorotan media khususnya Inggris.

Tapi, tidak semua pemain Eropa sepakat dengan kampanye LGBT tersebut. Salah satunya kiper dan kapten Timnas Prancis, Hugo Lloris, yang meminta semua pihak menghormati Qatar sebagai tuan rumah yang memang negara Muslim.

"Saya sudah sangat jelas tentang ini dan saya tidak ingin menambahkan apa pun," kata Hugo Lloris dalam wawancara dengan AFP.

"Ketika kami menyambut orang asing, kami sering meminta mereka mengikuti aturan kami, untuk menghormati budaya kami. Karena itu, saya akan melakukan hal yang sama ketika saya pergi ke Qatar. Sesederhana itu," ujar Lloris.

3 dari 5 halaman

Kontroversi Bir

Qatar resmi melarang penjualan bir beralkohol di delapan stadion yang menjadi tempat pertandingan Piala Dunia 2022. Aturan itu keluar hanya dua hari sebelum turnamen sepak bola akbar dimulai.

Meski begitu, bir non-alkohol masih akan dijual pada 64 pertandingan Piala Dunia. "Menyusul diskusi antara otoritas negara tuan rumah dan FIFA, sebuah keputusan telah dibuat untuk memfokuskan penjualan minuman beralkohol di Festival Penggemar FIFA, destinasi penggemar lainnya, dan tempat berlisensi, menghapus titik penjualan bir dari … perimeter stadion," kata FIFA dalam sebuah pernyataan.

Dikutip dari NY Post, Sabtu (19/11/2022), sampanye, anggur, wiski, dan minuman beralkohol lainnya kemungkinan masih akan disajikan di area VVIP di dekat stadion. Di luar tempat-tempat tersebut, bir biasaya menjadi satu-satunya minuman beralkohol yang dijual kepada pemegang tiket reguler.

The Guardian menyatakan memahami keputusan Qatar itu. Tuan rumah dinilai mengedepankan kenyamanan semua orang di dalam stadion selama ajang Piala Dunia berlangsung, terlebih minum minuman keras bukan budaya mereka. "Dan ini tidak akan terjadi jika penggemar terlihat minum alkohol atau mabuk," kata media tersebut.

Hanya saja, mereka menyayangkan pengambilan keputusan secara mendadak, bukan dari 12 tahun lalu sejak memenangkan hak untuk menjadi penyelenggara Piala Dunia. "Sampai saat ini, penyelenggara selalu mengatakan bahwa mereka akan menemukan jalan tengah antara selera penggemar barat dan budaya konservatif Qatar," tulis Guardian.

4 dari 5 halaman

Tak Perlu Bir untuk Pesta

Pemain bertahan Timnas Inggris Eric Dier angkat bicara soal larangan bir di ajang Piala Dunia Qatar 2022. Ia mengatakan bahwa pertunjukan sepak bola masih akan menciptakan ‘suasana yang hebat’ bagi para penggemar.

“Saya ingin berpikir bahwa Anda dapat menikmati diri sendiri dengan atau tanpa alkohol, pertama dan terutama - bagi saya, itu penting,” kata Eric dalam jumpa pers jelang laga.

“Terserah kami di lapangan untuk menghadirkan hiburan, saya merasa bahwa dalam setiap pertandingan sepak bola yang saya mainkan,” ujar pemain Tottenham Hostspur itu menambahkan.

Beberapa penggemar sepak bola merespons keputusan Qatar larangan penjualan bir dan minuman di stadion Piala Dunia 2022 dengan tenang. Sementara lainnya memaklumi karena tahu aturannya akan berbeda di Qatar.

"Kami di sini bukan untuk minum bir," kata Adel Abou Hana, seorang penggemar dari Amerika Serikat. "Kami di sini untuk menonton sepak bola kelas dunia."

Tetapi, Federico Ferraz menyesalkan bahwa keputusan itu dibuat dalam waktu sesingkat itu. "Saya pikir itu agak buruk karena bagi saya, bir dan sepak bola berjalan seiring," kata Ferraz, yang datang dari Portugal.

5 dari 5 halaman

Diminta Fokus ke Sepak Bola

Presiden FIFA Gianni Infantino meyakinkan orang-orang dari segala jenis kelamin, ras atau agama diterima di Qatar. Pria keturunan Italia dan Swiss tersebut juga menegaskan siap menerima kritik apa pun, bukan Qatar, para pemain, atau pelatih.

"Di Piala Dunia lalu saya selalu marah, karena saya harus berurusan dengan pertanyaan tentang doping, yang tidak ada hubungannya dengan saya," kata Infantino.

"Di sini saya harus berurusan dengan topik lain. Jika Anda ingin mengkritik seseorang, jangan mengkritik para pemain, pelatih, biarkan mereka fokus pada sepak bola dan membuat fans mereka bahagia."

"Jika Anda ingin mengkritik seseorang, kritik saya, saya di sini, salibkan saya. Jangan kritik Qatar. Kritik FIFA, kritik saya. Tapi, biarkan orang menikmati Piala Dunia ini," kata Infatino tentang kritik Piala Dunia Qatar 2022.

"Apakah kita mau terus memecah belah, meludahi orang karena merasa berbeda, atau terlihat berbeda? Kita memperoleh hasil, itu proses. Bantu kami, jangan terpecah, jangan terpecah."

Di tengah banyaknya kritik terhadap Qatar, Presiden FIFA Gianni Infantino berharap Piala Dunia 2022 bisa memberikan kegembiraan. "Kami memiliki 32 tim, 33 dengan wasit, kami memiliki kota yang indah yang ingin menyambut dunia. Mari rayakan dan berharap kami dapat memberikan kegembiraan di seluruh dunia," ucapnya.

Infantino mengungkapkan dia mendapat jaminan bahwa orang-orang dalam komunitas LGBTQ+ akan diterima dan aman di Qatar. "Saya telah berbicara tentang topik ini dengan kepemimpinan tertinggi di negara ini, beberapa kali," katanya.

"Saya dapat mengonfirmasi bahwa semua orang diterima. Jika Anda adalah orang di sini atau di sana yang mengatakan sebaliknya, itu bukan pendapat negara, dan tentu saja bukan pendapat FIFA."