Liputan6.com, Jakarta Sebuah inovasi besar terjadi di dalam stadion Piala Dunia 2022. Untuk pertama kalinya, venue pertandingan menggunakan pendingin udara demi menambah kenyamanan.
Piala Dunia Qatar memang membuat sejumlah perubahan karena masalah temperatur cuaca. Selain pertandingan yang digelar saat musim dingin, stadion-stadion juga dilengkapi pendingin ruangan alias AC.
Baca Juga
AC diharapkan bisa membuat para pemain tidak kepanasan saat bertanding. Ini kali pertama diuji coba dalam ajang Piala Dunia.
Advertisement
Tetapi, bukannya memberikan rasa nyaman adanya AC ini dinilai malah membuat kondisi pemain jadi tidak maksimal karena terlalu dingin.
Hal tersebut diutarakan bintang Timnas Brasil, Antony, yang sempat harus absen berlatih jelang hadapi Swiss di laga kedua Grup G kemarin.
Menurutnya, kondisi tubuhnya langsung drop akibat temperatur di lapangan.
"Itu cukup menyulitkan. Saya akhirnya merasa sakit untuk beberapa hari, hal itu menyulitkan saya," ujar Antony dalam wawancara dengan streamer Casimiro.
"Saya sudah mulai pulih dengan baik dan dalam kondisi 100 persen. Kemarin lebih karena sakit tenggorokan. Itu karena pendingin ruangan," tuturnya.
"Tidak hanya saya, tapi beberapa pemain juga mengalami batuk-batuk dan sakit tenggorkan. Sangat sulit bagi saya karena harus sakit, tapi saya senang bisa menjadi bagian penting bagi tim," tambah pemain 22 tahun itu.
Pada laga pamungkas Grup G hari Sabtu dini hari WIB (3/12), Brasil akan menghadapi Kamerun. Meski sudah berhasil lolos ke 16 besar, sudah pasti "Tim Samba" tidak ingin kehilangan momentum.
Antony pun menyatakan dirinya siap kalau dipanggil ke tim inti. "Kapan pun Antony dibutuhkan, saya siap," tegasnya.
AC Sempat Dimatikan, Pemain Kepanasan
Teknologi pendingin ruangan ini menjadi fasilitas tujuh dari delapan venue Piala Dunia, kecuali Stadium 974 yang rencananya dibongkar usai Piala Dunia 2022 berlangsung.
Pendingin ruangan mutakhir ini diharapkan bisa menjaga temperatur di atas lapangan selalu sama di tiap pertandingan.
Namun, beberapa pemain Inggris sempat mengeluh kalau mereka merasa kepanasan saat pertandingan melawan Amerika Serikat di Al Bayt Stadium dan juga ketika melawan Iran di Khalifa International Stadium.
Saat ditanya mengenai hal tersebut, petinggi senior FIFA mengatakan tidak ada masalah dengan sistem pendingin ruangan dan sudah mengikuti prosedur yang ditentukan.
Kebijakan yang ditentukan sebelum turnamen mengatakan kondisi di dalam stadion akan dinilai berdasarkan situasi harian.
AC akan ditetapkan pada suhu 24 derajat Celcius untuk pertandingan 13.00 dan 16.00 waktu setempat. Pengukuran dilakukan satu jam sebelum laga untuk melihat konsistensi suhu.
Tapi untuk pertandingan 19.00 dan 22.00 waktu setempat, FIFA sepakat AC akan dimatikan satu jam sebelum pertandingan di mulai, selama temperatur di stadion berada di bawah 24 derajat Celcius.
Hal itu yang terjadi saat Inggris melawan Amerika Serikat. Temperatur di luar sudah di angka 24 derajat Celcius beberapa jam sebelum pertandingan.
Itulah alasannya FIFA memutuskan untuk tidak menggunakan sitem pendingin ruangan pada pertandingan Inggris melawan Amerika Serikat.
Advertisement
Teknologi Mutakhir AC Stadion Qatar
Di balik teknologi pendinginan luar ruangan untuk stadion (AC raksasa) Piala Dunia 2022 Qatar, rupanya ada sosok Dr. Saud Abdulaziz Abdul Ghani atau kerap dijuluki sebagai Dr. Cool.
Insinyur kelahiran Sudan ini, dalam sebuah wawancara di Desember 2019 yang lalu, mengungkapkan kepada wartawan bahwa dirinya terinspirasi oleh studi PhD-nya tentang AC untuk mobil.
"Teknologi pendinginan ini menggunakan alat yang sama, namun dalam skala yang jauh lebih besar," katanya kepada sc.qa, seperti dikutip dari situs FIFA, Rabu (30/11/2022).
Dr. Saud bergabung dengan proyek Qatar 2022 di tahun 2009, ketika negara itu mengajukan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia.
Saat itu, Supreme Committee for Delivery and Legacy (SC) menghubungi Qatar University, di mana ia adalah seorang profesor di College of Engineering, untuk mencari solusi menahan panas musim panas Qatar selama pertandingan.
Saud mengatakan, saat Qatar sedang mempersiapkan pengajuan untuk Piala Dunia 2022, mereka menginginkan tawaran unik yang menonjol di antara negara-negara penawar lainnya.
"Sebagian besar negara biasanya akan mempresentasikan stadion mereka sebagai ide desain dan bukan teknologi. Kami mempresentasikan kami stadion dengan cara baru, sebagai teknologi," ujarnya saat itu.
Dr. Cool lalu menggunakan kombinasi isolasi dan "targeted or spot cooling"--berarti pendinginan hanya terjadi di tempat orang berada--stadion bertindak sebagai penghalang yang berisi gelembung dingin di dalamnya.
Ikut Membersihkan Udara
Udara dingin masuk melalui grills di tribun dan nosel besar di lapangan. Dengan menggunakan teknik sirkulasi udara, udara yang didinginkan kemudian ditarik kembali, didinginkan kembali, disaring, dan didorong keluar.
"Kami tidak hanya mendinginkan udara, kami juga membersihkannya,” kata Dr. Saud.
"Kami memurnikan udara untuk penonton. Misalnya, orang yang memiliki alergi tidak akan memiliki masalah di dalam stadion kami. Kami memiliki udara yang paling bersih dan paling murni," imbuhnya.
Teknologi pendinginan Dr. Saudi juga diperkirakan 40 persen lebih berkelanjutan dibandingkan teknik yang sudah ada.
Metodenya berarti stadion hanya perlu didinginkan dua jam sebelum acara, yang secara signifikan mengurangi kosnumsi energi tempat dibandingkan metode yang ada.
Selain itu, teknologi ini bekerja dengan mempertimbangkan desain stadion, menjadikannya lebih efisien dan ramah lingkungan. Versi Dr. Saud bekerja keras untuk menjaga agar udara sejuk tetap masuk dan udara panas tetap keluar.
Advertisement
Tidak Dipatenkan
Merancang stadion Piala Dunia pertama yang didinginkan bukanlah tugas yang mudah. Menurutnya, hal terbesar yang merugikan saat mencoba mendinginkan stadion adalah pembukaan atap, karena udara panas eksternal masuk.
"Itu sebabnya mempelajari di mana udara bisa keluar dan bagaimana kita bisa mendorong dan menarik kembali udara berbeda dari stadion ke stadion karena tergantung pada bentuk, tinggi, dan lebarnya," kata Saud.
Dr. Saud berharap, teknologinya akan bisa diadopsi di negara lain yang memiliki iklim hangat. Ia sendiri memilih melayani komunitas ilmiah, dengan tidak mematenkan teknologi lini diffuser di bawah kursinya.
"Alasan saya bergabung dengan tim 2022 adalah untuk melayani wilayah Arab sehingga orang-orang di sini terlihat dengan cahaya yang berbeda di mata orang lain di seluruh dunia," katanya.
"Timur Tengah memiliki banyak hal untuk ditawarkan dan tidak ada yang lebih baik dari sepak bola untuk menunjukkan itu," pungkas Dr. Saud.