Sukses

Profil Stephanie Frappart, Wasit Perempuan Pertama di Piala Dunia 2022

Stephanie Frappart akan memecahkan sejarah sebagai wasit perempuan pertama di Piala Dunia pria.

Liputan6.com, Jakarta - Stephanie Frappart adalah wasit sepak bola asal Prancis. Dia masuk Wasit Internasional FIFA sejak 2009 dan bertugas pada beberapa pertandingan terkenal.

Frappart menjadi perempuan pertama yang menjadi wasit pertandingan utama pria di Ligue 1 dan Eropa, keduanya pada 2019. Dia juga jadi perempuan pertama yang memimpin pertandingan Liga Champions pada 2020. Pada 2021, Frappart menjadi perempuan pertama yang memimpin pertandingan Kualifikasi Piala Dunia pria.

Segudang pengalaman itu pula membuatnya terpilih untuk memecahkan sejarah. Sosok kelahiran Le Plessis-Bouchard, Prancis, 14 Desember 1983, tersebut ditunjuk sebagai wasit perempuan pertama yang memimpin di Piala Dunia, tepatnya saat memimpin pertandingan antara Kosta Rika menghadapi Jerman di Al Bayt Stadium, Qatar, Jumat (1/12/2022) dini hari WIB.

Penunjukan itu tentu saja menjadi kebanggaan tersendiri bagi perempuan berusia 38 tahun tersebut. Dia dipilih FIFA kendati ada dua pilihan wasit perempuan lainnya di Piala Dunia kali ini.

Selain Frappart, FIFA juga memilih wasit asal Jepang Yoshimi Yamashita dan pengadil asal Rwanda, Salima Mukansanga, serta beberapa asisten wasit perempuan lainnya. Mereka tentu saja bakal mengubah wajah sepak bola, khususnya dalam perhelatan Piala Dunia 2022.

Kehadiran mereka diyakini akan menjadi tonggak awal kesetaraan gender, khususnya menjadi pemimpin laga penting macam Piala Dunia. Pertanyaannya kini, mampukah Frappart menjalankan tugasnya dengan baik saat ditunjuk menjadi wasit antara Kosta Rika kontra Jerman.

2 dari 4 halaman

Perjalanan Karier Frappart

Frappart dibesarkan di Herblay-sur-Seine dan mulai menjadi wasit pertandingan remaja pada usia 13 tahun. Pada saat berusia 18 tahun, dia sudah menjadi wasit pertandingan nasional U19.

Pada 2011, Frappart mulai menjadi wasit pertandingan di Championnat National, divisi ketiga sepak bola pria di Prancis. Pada 2014, Frappart menjadi wasit perempuan pertama di Ligue 2, kasta kedua sepak bola pria profesional di Prancis. Dia juga menjabat sebagai wasit di Piala Dunia perempuan FIFA 2015 di Kanada.

Pada 3 Desember 2018, Frappart ditunjuk untuk memimpin Piala Dunia perempuan FIFA 2019 di Prancis. Setelah babak 16 besar berakhir, diumumkan bahwa Frappart telah terpilih sebagai salah satu dari 11 ofisial yang akan dipertahankan selama sisa turnamen. Frappart akan ditunjuk sebagai wasit final turnamen yang diperebutkan pada 7 Juli 2019 antara Amerika Serikat dan Belanda.

Pada April 2019, diumumkan bahwa dia akan menjadi wasit perempuan pertama di Ligue 1, dengan pertandingan pertamanya datang pada 28 April 2019, ketika dia menjadi wasit pertandingan antara SC Amiens dan RC Strasbourg.

Pada 2 Agustus 2019, Frappart ditunjuk sebagai wasit Piala Super UEFA 2019 antara Liverpool dan Chelsea. Dengan melakukan itu, dia menjadi perempuan pertama yang memimpin pertandingan besar pria Eropa.

Pada 11 November 2019, Frappart memimpin leg kedua kompetisi Piala Champions perdana, antara pemenang liga Divisi Utama Liga Irlandia dan Liga Utama NIFL. Di pertandingan itu, Frappart mengeluarkan dua kartu kuning saat juara Republik Irlandia, Dundalk, mengalahkan juara Irlandia Utara, Linfield, dengan skor 6-0.

Pada 2 Desember 2020, dia menjadi wasit perempuan pertama yang menjadi wasit pertandingan Liga Champions UEFA, antara Juventus dan Dynamo Kyiv. Sementara pada Maret 2021, Frappart memimpin leg kedua pertandingan Liga Champions perempuan UEFA antara Atletico Madrid dan Chelsea.

Frappart juga menjadi perempuan pertama yang memimpin kualifikasi Piala Dunia FIFA, di mana dirinya memimpin pertandingan antara Belanda dan Latvia.

Pada 7 Mei 2022, dia menjadi wasit Final Coupe de France 2022 antara Nice dan Nantes. Sementara pada 19 Mei 2022, dia terpilih sebagai wasit di Piala Dunia 2022. Dan, kesempatannya memecahkan sejarah terjadi saat ditunjuk menjadi pemimpin laga antara Kosta Rika kontra Jerman pada 1 Desember 2022.

3 dari 4 halaman

Persiapan dan Komentar Stephanie Frappart

Bersama asisten Neuza Back dari Brasil dan Karen Diaz dari Meksiko, Frappart akan menjadi bagian dari trio wasit perempuan yang akan memimpin Kosta Rika vs Jerman dalam pertandingan terakhir Grup E.

“Ini kejutan, Anda tidak dapat mempercayainya. Setelah dua atau tiga menit, Anda menyadari bahwa Anda akan pergi ke Piala Dunia. Luar biasa, tidak hanya untuk saya, tetapi juga untuk keluarga saya dan juga untuk wasit Prancis,” katanya kepada CNN Sport.

Sepanjang karirnya, Frappart telah mencapai serangkaian pengalaman pertama yang tampaknya tak ada habisnya. “Saya tahu bahwa hidup saya berubah setelah 2019, karena kebanyakan orang mengenali saya di jalanan,” kenang Frappart.

“Jadi saya seperti panutan, untuk wasit perempuan, tetapi saya pikir itu menginspirasi beberapa perempuan di masyarakat atau di perusahaan untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab.”

Frappart tentu saja senang menyikapi ini, karena dirinya sempat menjadi ofisial keempat dalam dua kesempatan di Piala Dunia 2022. Mukasanga dan Yamashita juga menjadi ofisial keempat di dua dan empat pertandingan Piala Dunia ini.

Tapi, ada ketegangan yang jelas antara momen bersejarah untuk kesetaraan gender dalam sepak bola dan tempat di mana hal itu terjadi karena hak-hak perempuan sangat dibatasi di Qatar.

Menurut Amnesty International, perempuan tetap terikat dengan wali laki-laki di Qatar – biasanya ayah, saudara laki-laki, kakek, paman atau suami mereka – dan memerlukan izin mereka untuk keputusan penting seperti menikah, mengakses perawatan kesehatan reproduksi, dan bekerja di banyak pekerjaan pemerintah.

“Saya berkali-kali berada di Qatar… untuk persiapan Piala Dunia, saya selalu disambut dengan cara yang baik. Saya tidak tahu bagaimana kehidupan di sana, tetapi saya tidak membuat keputusan untuk pergi ke sana atau menyelenggarakan Piala Dunia,” kata Frappart.

“Jadi sekarang, 10 tahun setelahnya, sulit untuk mengatakan sesuatu, tapi saya berharap Piala Dunia ini akan meningkatkan kehidupan perempuan di sana.”

Di Piala Dunia, di panggung sepak bola terbesar, tekanan untuk menjadi wasit adalah yang paling kuat. Pasalnya, ketika Anda seorang perempuan, Anda perlu membuktikan bahwa Anda memiliki kualitas.Wasit mungkin membuat 245 keputusan dalam satu pertandingan. Namun, jika membuat satu kesalahan, maka akan dianalisis secara detail. Itu bisa mengubah jalannya permainan.

“Saat Anda membuat kesalahan, itu lebih penting daripada jika seorang pemain membuat kesalahan – ada lebih banyak konsekuensi untuk tim,” kata Frappart. "Juga mudah untuk mengatakan bahwa itu adalah kesalahan wasit dan bukan kesalahan tim kami."

Karena itu, saat wasit naik ke eselon tertinggi permainan, tekanan akan berubah. “Ini lebih dari media dan (tentang) uang, karena Anda tahu bahwa setiap keputusan itu penting dan akan membuat perbedaan bagi tim,” kata Frappart. “Tapi, ketika Anda memulai di klub lokal, akan lebih sulit dengan penonton dan lingkungan.”

“Ada banyak pertanyaan jika dia ada di sana karena dia perempuan, mungkin dia tidak akan mengikuti permainan dan segalanya,” kenang Frappart saat melakukan debutnya di Ligue 1.

"Tidak hanya di sepak bola, tapi saya pikir di setiap pekerjaan ketika Anda seorang perempuan... Anda perlu membuktikan bahwa Anda memiliki kualitas dan setelah itu mereka membiarkan Anda melanjutkan."

Tapi, saat Frappart menjadi wasit lebih banyak pertandingan, sikap terhadapnya berubah. “Sekarang, ini bukan masalah gender. Sekarang hanya pertanyaan tentang kompetensi. Jadi sekarang tidak apa-apa, setelah satu atau dua pertandingan, mereka meninggalkan saya sendiri dan tanpa media lagi.”

4 dari 4 halaman

Biodata

Kelahiran: Le Plessis-Bouchard, 14 Desember 1983

Karier Domestik

Tahun Kompetisi

2011 – Championnat National

2014 – Ligue 2

2019 – Ligue 1

2019 – UEFA Super Cup 2019

2022 – Final Coupe de France 2022

Karier International

Tahun Kompetisi

2009 – FIFA listed