Sukses

Bola Ganjil: Jejak Ayah dan Anak di Piala Dunia

Dalam dunia sepak bola, tak jarang seorang anak mengikuti langkah ayah menjadi aktor lapangan hijau. Jalan cerita mereka kerap berbeda. Beberapa di antaranya lebih sukses, sedangkan yang lainnya gagal melebihi capaian sang ayah.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam dunia sepak bola, tak jarang seorang anak mengikuti langkah ayah menjadi aktor lapangan hijau. Jalan cerita mereka kerap berbeda. Beberapa di antaranya lebih sukses, sedangkan yang lainnya gagal melebihi capaian sang ayah.

Dari pasangan ayah dan anak di dunia sepak bola, beberapa di antaranya pernah mencicipi ajang paling tertinggi Piala Dunia.

Cesare dan Paolo Maldini adalah contoh paling jelas. Sang ayah merupakan satu di antara bek terbaik dalam sejarah sepak bola Italia. Ia membawa AC Milan meraih empat trofi Serie A dan satu titel Piala Champions selama 12 musim di San Siro.

Maldini senior juga tampil untuk timnas Italia pada Piala Dunia 1962. Begitu pensiun, dia kemudian menangani Gli Azzurri di Prancis 1998.

Bakat dan kemampuan Cesare menurun ke sang anak, Paolo. Dia mengikuti jejak ayahnya menjadi legenda di AC Milan. Paolo menghabiskan 25 tahun di Serie A bersama I Rossoneri sebelum pensiun pada usia 41 tahun.

Maldini junior masuk skuat untuk Piala Dunia edisi 1990, 1994, 1998, dan 2002. Sayang dia tidak ambil bagian ketika Italia juara Piala Dunia 2006.

 

2 dari 4 halaman

Keluarga Djorkaeff dan Forlan

Dari Prancis, Jean Djorkaeff membela tiga klub yakni Olympique Lyon, Olympique Marseille, dan Paris FC. Penampilan di sana membawanya masuk timnas Prancis pada Piala Dunia 1966.

Putranya Youri, memiliki karier lebih cemerlang. Dia membela sejumlah klub di tanah kelahiran, Italia, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat. Puncaknya Youri jadi bagian penting kesuksesan Prancis saat memenangi Piala Dunia 1998.

Di Uruguay, Pablo Forlan menggalang lini belakang timnas pada Piala Dunia 1974. Pada level klub, dia meraih kesuksesan di liga domestik dan menjuarai Copa Libertadores bersama CA Penarol.

Sementara sang anak Diego memilih menjadi striker. Seiring produktivitas di berbagai klub Eropa, Forlan junior kerap jadi andalan timnas.

Piala Dunia 2010 adalah penampilan puncaknya. Dia mengemas lima gol sehingga jadi top skor  turnamen dalam perjalanan membawa negaranya masuk semifinal.

 

3 dari 4 halaman

Kiper Legenda

Cerita Miguel dan Pepe Reina lebih unik. Keduanya sama-sama menjadi kiper dan berstatus legenda.

Miguel, yang tampil lebih dari 300 laga La Liga, mayoritas bersama Barcelona dan Atletico Madrid, adalah anggota timnas Spanyol pada Piala Dunia 1966. Sementar Pepe mengukir sejarah dengan memenangkan Piala Dunia 2010.

Karier Pepe pada level klub juga lebih berwarna ketimbang sang ayah. Dia pernah membela Villarreal, Liverpool, Bayern Munchen, Napoli, AC Milan, Aston Villa, dan Lazio. Saat ini dia memperkuat Villarreal.

4 dari 4 halaman

Kakak Beradik dari Swedia

Sementara Roy, Patrik, dan Daniel Andersson punya kisah membanggakan. Roy merupakan bek tengah andalan Malmo selama 15 tahun. Dia turun di tiga laga Swedia pada Piala Dunia 1978.

Putra tertuanya Patrik melanjutkan tradisi. Membela tim-tim tenar seperti Bayern Munchen dan Barcelona, dia membantu Swedia menduduki peringkat tiga Piala Dunia 1994. Patrik juga masuk skuat Piala Dunia 2022.

Sedangkan sang adik Daniel juga membela The Yellow Viking pada turnamen di Korea Selatan-Jepang. Namun, tidak seperti kakak dan ayahnya, Daniel beroperasi di lini tengah.