Sukses

Brasil Akan Terus Menari di Piala Dunia 2022 Meski Dikritik

Para pemain Brasil menari setelah setiap mencetak gol ke gawang Korea Selatan di babak 16 besar Piala Dunia 2022. Pelatih Brasil Tite mengatakan mereka akan terus merayakannya dengan penuh semangat meski dikritik.

Liputan6.com, Jakarta - Brasil akan menghadapi Kroasia pada perempat final Piala Dunia 2022 Qatar. Pertandingan ini akan dimainkan di Stadion Education City, Al-Rayyan, Jumat (9/12) pukul 22:00 WIB.

Brasil maju ke perempat final Piala Dunia 2022 setelah mengalahkan Korea Selatan 4-1 pada babak 16 besar. Kemenangan yang membuat tim Samba menampilkan beberapa sepak bola terbaik yang dipamerkan di Qatar.

Para pemain Brasil merayakan setiap gol yang dibuat ke gawang Korea Selatan dengan menari. Bahkan pelatih Tite ikut merayakannya setelah Richarlison membuat skor menjadi 3-0.

Ahli taktik berusia 61 tahun itu menirukan tarian merpati khas Richarlison usai penyerang Tottenham Hotspur itu datang ke ruang istirahat Brasil.

Beberapa pakar mengkritik Brasil karena perayaan golnya. Mereka dinilai tidak menunjukkan ketidakpedulian terhadap lawan.

Tapi, pendapat itu tidak diterima Tite. Baginya, kritik itu pada dasarnya mencerminkan ketidaktahuan terhadap Brasil dan budayanya.

"Ini bukan tim saya, ini tim Brasil dan saya memiliki tanggung jawab sebagai pelatih kepala," kata Tite kepada wartawan dalam konferensi pers prapertandingan, Kamis (8/12), seperti dikutip Fot Mob.

"Saya sangat menyesal, tapi saya tidak akan berkomentar tentang orang-orang yang tidak mengetahui sejarah sepak bola Brasil, budaya Brasil, cara kita masing-masing."

"Jadi, kepada mereka, saya mengesampingkan kebisingan itu. Saya ingin hubungan saya dengan pekerjaan saya, dengan orang-orang yang berhubungan dengan saya, dengan mereka yang berhubungan dengan pekerjaan saya, yang tahu betapa saya menghormati dan mengetahui sejarah saya," ucap Tite lagi.

"Itulah yang saya berikan hati dan perhatian saya. Saya sangat diskrit. Saya akan terus seperti itu, karena saya menghormati budaya dan cara saya, dan tim nasional tempat saya bermain."

 

2 dari 3 halaman

Budaya kami

Pelatih Brasil Tite menegaskan bahwa menari setelah mencetak gol merupakan budaya negaranya. "Setelah mengatakan ini dalam hal pendidikan, kami pasti akan mengidentifikasi dengan (anak muda) dan banyak anak lain yang akan menari karena itu adalah budaya kami ketika kami mencetak gol, dan itu bukan tidak menghormati siapa pun," ujar Tite.

"Begitulah cara kami melakukan sesuatu, itulah kami dalam hal budaya, tetapi kami juga membantu pendidikan anak-anak ini di sekolah dan kami akan terus melakukan sesuatu dengan cara kami."

"Sekali lagi, identitas sepak bola Brasil bukanlah saya, itu dimulai sejak lama dengan komunitas putus asa melatih anak laki-laki yang bisa menghasilkan sepak bola yang bagus. Bahkan dengan semua risiko yang ditimbulkannya," tegas Tite.

"Saya tahu kami menghadapi kritik, tapi itulah sepak bola yang saya yakini, bahkan jika kami menghadapi tantangan dan kritik karena tidak memenangkan Piala Dunia, kami terus maju. Itulah yang kami yakini."

 

3 dari 3 halaman

Perhatian

Topik tentang tarian dan perayaan Brasil sering diangkat selama Brasil dilatih Tite. Ini tampaknya menjadi perhatian utama bagi banyak orang setelah kemenangan Brasil atas Korea Selatan di babak 16 besar Piala Dunia 2022 Qatar.

Tite tidak suka dengan persepsi Brasil yang tidak sopan terhadap lawan. Dia pun menyelidiki lebih dalam masalah ini karena mengklaim keterlibatannya dalam perayaan Richarlison menunjukkan betapa dirinya terlibat dengan kaum muda.

"Saya pikir itu adalah koneksi yang saya miliki dengan generasi muda," kata Tite. "Saya berusia 61 tahun dan saya bekerja dengan pemain berusia 21, 22 tahun. Mereka bisa menjadi cucu saya."

"Saya memiliki hubungan dengan mereka, semua orang yang benar-benar mengenal saya. Jika saya harus memilih antara mereka yang mengenal saya dan mereka yang tidak mengenal saya, saya memilih mereka yang saya kenal, tentu saja," ujar Tite.

"Dan jika saya harus menari untuk terhubung dengan mereka, kami akan terus menari. Saya juga menggunakan metafora, ketika kami melukis, seluruh lukisan adalah para atlet. Merekalah yang digambarkan."

"Kami hanya peserta; kami hanya berkontribusi pada lukisan itu. Para pemain itu sendiri adalah lukisannya," pungkas Tite.