Sukses

Bola Ganjil: Banjir Gol di Perpanjangan Waktu

Sejumlah tim mampu mencetak gol lebih banyak dan meraih kemenangan besar usai melewati perpanjangan waktu. Padahal durasi periode itu hanya sepertiga waktu normal.

Liputan6.com, Jakarta - Sepak bola menggunakan perpanjangan waktu untuk menentukan pemenang pada sistem kompetisi gugur. Periode 2x15 menit dimainkan, dengan adu penalti digelar jika hasil pertandingan masih sama kuat.

Banyak tim bakal menggunakan momen tersebut demi mencari gol kemenangan. Mereka tidak mau menggantungkan harapan kepada adu penalti yang lebih berbau keberuntungan.

Para operator sempat memodifikasi peraturan di perpanjangan waktu. Tim pertama yang mencetak gol langsung ditahbiskan sebagai pemenang.

Aturan bernama resmi gol emas ini mulai dipakai pada ajang besar tahun 1996, tepatnya di Piala Eropa. Gol emas langsung aktif di final ketika Oliver Bierfoff merobek gawang Republik Ceko lima menit setelah perpanjangan waktu berlangsung. Torehannya membawa Jerman menduduki podium tertinggi.

Final Piala Eropa 2000 juga menghadirkan gol emas. Namun, aturan ini resmi dihapus pada 2004 karena dianggap terlalu kejam. Pasalnya, tim yang kebobolan tidak punya kesempatan bangkit.

Sebagai gantinya, hadir aturan gol perak. Di sini tim yang menciptakan gol pertama pada perpanjangan waktu tidak otomatis berjaya. Mereka mesti menyelesaikan babak pertama extra time dulu. Jika unggul di titik itu, tim tersebut baru ditetapkan sebagai pemenang. Konsep sama berlaku untuk babak kedua perpanjangan waktu.

Gol emas dan gol perak dicap sebagai eksperimen gagal. Bermaksud mendorong agar bermain lebih menyerang, tim justru merapatkan barisan karena tidak mau langsung tumbang.

Terlepas sukses atau tidaknya gol emas atau gol perak, tim sebenarnya tidak perlu diberi insentif ekstra pada perpanjangan waktu. Mereka sudah tahu apa yang dipertaruhkan dan tidak bakal segan tampil menyerang.

Buktinya, beberapa tim mampu mencetak gol lebih banyak dan meraih kemenangan besar usai melewati perpanjangan waktu. Padahal durasi periode itu hanya sepertiga waktu normal.

 

2 dari 3 halaman

Sampai Tercipta 6 Gol

Pada final Piala Norwegia putri 2005, Asker dan Strommen bermain 0-0 selama 90 menit. Asker lalu keluar sebagai pemenang 4-0 setelah perpanjangan waktu.

Walsall menorehkan hal serupa pada babak kedua Piala FA 1994/1995 melawan Torquay. Kedua tim bermain 3-3 di waktu normal. Walsall akhirnya berjaya 8-4 berkat penampilan istimewa dari Kyle Lightbourne.

Capaian dua tim itu sudah luar biasa. Tapi ada tim yang menang dengan selisih lebih besar lagi berkat produktivitas di perpanjangan waktu.

Masih di Norwegia, Tromso dan Tromsdalen bertemu pada babak ketiga turname piala domestik 1996. Kedudukan 3-3 di waktu normal. Tromso menuntaskan partai dengan skor 8-3 usai Sigurd Rushfeldt membuat lima gol.

 

3 dari 3 halaman

Mental Runtuh

Peristiwa serupa terjadi di duel Rugby kontra Sutton Coldfield pada babak ketiga Southern League Cup 2004/2005. Namun, apa yang terjadi di laga ini lebih dramatis lagi.

Menurut laporan Guardian, Rubgy Town di atas angin karena unggul 2-0 dengan pertandingan tinggal menyisakan satu menit di waktu normal. Namun, Sutton Coldfield punya pemikiran lain. Mereka pantang menyerah dan menemukan dua gol penyama kedudukan.

Di perpanjangan waktu, Sutton Coldfield mampu merobek gawang Rugby Town enam kali hingga akhirnya berjaya 6-2.

Manajer Rugby Town Tony Dobson menyebut hasil ini tidak lepas dari kondisi psikologis tim. Saat itu dia menurunkan pemain pelapis dan talenta muda. "Mereka sudah terpukul karena keunggulan buyar. Lalu fisik menurun di perpanjangan waktu," ungkapnya.