Liputan6.com, Jakarta - Gunnar Gren di penghujung karier ketika memutuskan pulang ke kampung halaman pada 1956. Dia akhirnya kembali memperkuat klub Swedia usai mencuri perhatian bersama IFK Gothenburg.
Gren sudah lelah merantau ke Italia. Dimulai dengan membela AC Milan tahun 1949, dia juga sempat memperkuat Fiorentina dan Genoa.
Sudah berusia 35 tahun, Gren merasa waktunya di luar negeri sudah habis. Terbukti, tawaran yang datang semakin sedikit. Kalaupun ada, proposal yang masuk adalah menjadi pemain dan pelatih Orgryte yang saat itu berada di Divisi II. Gren akhirnya menerima pinangan.
Advertisement
Dengan turun kasta, Gren merasa namanya bakal semakin dilupakan. Namun dia salah besar. Gren justru kembali masuk tim nasional yang tengah bersiap menjadi tuan rumah Piala Dunia 1958.
Sebenarnya Gren sudah merasa Impian tampil di Piala Dunia tidak akan terwujud. Pasalnya, saat berada di usia emas, dia menjadi korban politik. Swedia memutuskan tidak memanggil pemain yang berkarier di luar negeri untuk Piala Dunia 1950.
Padahal saat itu Gren sedang ganas-ganasnya. Kolaborasinya bersama Gunnar Nordahl dan Nils Liedholm berbuah Scudetto bagi AC Milan.
Swedia juga sedang bagus dengan skuad penuh talenta, terbukti lewat kesuksesan menduduki peringkat tiga turnamen. Kini mereka hanya bisa berandai apa jadinya jika Gre-No-Li memperkuat tim saat itu.
Bagian Penting Tim
Swedia gagal lolos Piala Dunia 1954, sebelum dipercaya menggelar edisi berikutnya. Gren tampil di enam dari tujuh pertandingan yang dijalani Tje Yellow Viking meski sudah berumur 37 tahun. Dia hanya sekali absen pada duel tidak menentukan melawan Wales pada partai terakhir grup.
Bersama Gren, Swedia mampu melangkah hingga final, capaian yang hingga kini belum terulang. Mereka harus mengakui keunggulan Brasil 2-5 yang memiliki bocah ajaib berusia 17 tahun bernama Pele.
Setelahnya karier Gren di pentas internasional terus berlanjut. Dia sempat membela tanah kelahiran pada tiga pertandingan uji coba sampai akhirnya benar-benar pensiun.
Gren terakhir kali memperkuat Swedia melawan Denmark, 26 Oktober 1958. Sosok kelahiran 31 Oktober 1920 ini menyumbang dua gol pada duel yang berakhir 4-4.
Advertisement
Dari Souness Hingga Kompany
Gren bukan satu-satunya sosok yang membela negara meski berstatus pelatih klub. Greme Souness menjadi kapten Skotlandia pada Piala Dunia 1986 Meksiko di musim panas. Beberapa bulan sebelumnya, tepatnya pada April, dia menjadi pemain dan pelatih Glasgow Rangers.
Pada turnamen sama, kiper pelapis Irlandia Utara Jim Platt merupakan pelatih Coleraine sejak 1985.
Sementara Vincent Kompany masih jadi kepercayaan di Belgia pada kualifikasi Piala Eropa 2020 meski menjadi pemain-pelatih Anderlecht.