Sukses

Kisah Benny Dollo Persembahkan Gelar Juara untuk Timnas Indonesia

Selain juara bersama klub, Benny Dollo pernah mempersembahkan gelar juara untuk Timnas Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Awan hitam menyelimuti sepak bola Indonesia. Mantan pelatih Timnas Indonesia Benny Dollo meninggal dunia di usia 72 tahun pada Rabu (1/2/2023).

Kabar duka ini pertama kali disampaikan oleh legenda Timnas Indonesia, Firman Utina melalui unggahan di Instagram, Rabu (1/2/2023) malam WIB.

Dalam unggahannya, Firman memajang foto bersama Benny Dollo tengah memegang trofi Copa Di Sam Soe. "Selamat jalan om Beni Dollo," tulis Firman Utina disertai emoji menangis serta minta maaf.

Benny Dollo merupakan salah satu pelatih lokal terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Timnas Indonesia dan klub-klub Tanah Air pernah menggunakan jasanya.

Dia lahir di Manado pada 22 September 1950 dengan nama Benny Selvianus Dolo. Meski demikian publik lebih mengenalnya dengan nama Benny Dollo.

Dia memulai karier kepelatihannya pada awal 1980-an saat menangani klub Jakarta, UMS. Setelah itu, nama pria yang akrab disapa Bendol tersebut makin berkibar.

Bendol sempat menangani tim Pelita Jaya dan mempersembahkan tiga gelar juara ketika masih Galatama. Memasuki era Liga Indonesia, Persita Tangerang, Persitara Jakarta Utara, Persma Manado, Persija, Arema Malang, Mitra Kukar, dan Sriwijaya FC bergiliran dilatihnya.

Dari sekian klub itu, Bendol mengaku punya kenangan indah saat melatih Persita dan Arema. Sebab, sosok bernama lengakap Benny Selvianus Dollo merasa sukses sebagai arsitek di kedua klub tersebut.

Di Persita, Bendol sukses mengecap posisi runner-up Liga Indonesia 2002. Mereka kalah dari Petrokimia Putra 1-2 pada laga puncak di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.

Yang terasa istimewa bagi Bendol, Persita mengarungi kompetisi Liga Indonesia dengan banyak pemain muda. Pria asal Manado itu mengorbitkan nama-nama bintang belia macam Firman Utina, Ilham Jayakesuma, Maman, dan Zaenal Arif.

Sementara bersama Arema, Bendol sukses merebut juara Divisi Satu Liga Indonesia pada 2004 dan menyabet trofi Copa Indonesia (Piala Indonesia) 2005 dan 2006.

2 dari 3 halaman

Gelar juara untuk Timnas Indonesia

Di level Timnas, Bendol bertugas pada medio 2008-2010. Kala itu, skuad Garuda dibawanya menjuarai Piala Kemerdekaan 2008.

Ada kisah menarik di balik keberhasilan ini. Pasalnya, gelar juara diraih Timnas Indonesia lantaran Libya yang menjadi lawan, mogok bermain dan dinyatakan walk out, alias WO.

Pertandingan itu berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan, Minggu (28/8/2008). Indonesia sempat tertinggal 0-1 di babak pertama.

Namun, Libya enggan melanjutkan pertandingan babak kedua setelah pelatih mereka, Gamal Adeen Nowara, diduga dipukul oleh pelatih kiper Timnas Indonesia, Sudarno, di lorong menuju ruang ganti.

Sudarno melakukan tindakan tidak sportif karena panas melihat Gamal Adeen Nowara cerewet melakukan protes ke wasit Shahabuddin Moh Hamiddin asal Brunei Darussalam yang memimpin jalannya laga.

Gamal protes karena melihat pengadil lapangan berulangkali luput menangkap aksi kasar pemain Tim Merah-Putih. Ambil contoh aksi sikut striker Timnas Indonesia, Budi Sudarsono, ke salah satu bek lawan yang tertangkap kamera televisi. Pelanggaran keras dilakukan bek sayap kanan, Isnan Ali, ke pemain depan Libya juga didiamkan wasit.

Pandangan berbeda dirasakan Timnas Indonesia. Pelatih Benny Dollo dan para asistennya menilai para pemain Libya jago sandiwara. Mereka kerap berpura-pura kesakitan seakan-akan dikasari pemain Indonesia.

Upaya mendamaikan kedua tim dilakukan inspektur pertandingan. Namun, Libya tetap menolak melanjutkan pertandingan karena melihat mereka kurang mendapat perlindungan dari pihak keamanan. Pada akhirnya, Indonesia pun dinyatakan sebagai juaranya.

3 dari 3 halaman

Imbangi Australia

Benny Dollo juga pernah memimpin Timnas Indonesia melawan Australia pada kualifikasi Piala Asia 2011 Grup B. Duel berlangsung di SUGBK Rabu (28/1/2009).

Kala itu, Timnas Indonesia diperkuat pemain-pemain seperti Boaz Solossa, Talaohu Musafri, Budi Sudarsono, Ponaryo Astaman, Firman Utina, hingga Maman Abdurahman.

Indonesia yang tampil di depan 40 ribu lebih suporter tampil mendominasi. Namun, peluang yang didapat gagal berbuah menjadi gol, dan skor 0-0 menghiasi akhir laga.