Sukses

3 Cara Merespons Kehadiran Israel di Piala Dunia U-20 2023 Agar Indonesia Terhindar dari Sanksi FIFA

Piala Dunia U-20 2023 akan berlangsung di Indonesia pada 20 Mei hingga 11 Juni 2023.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia terancam sanksi dari FIFA bila sampai gagal menggelar Piala Dunia U-20 yang rencananya berlangsung di enam kota, pada pertengahan tahun ini. Untuk itu, pemerintah Indonesia dan LOC (panitia lokal) harus bersinergi mempersiapkan hajatan akbar tersebut. 

Pengamat sepak bola senior, Mohamad Kusnaeni menilai sanksi yang didapat Indonesia dipastikan bakal lebih berat dibanding 2016 silam bila sampai batal menggelar Piala Dunia U-20. Seperti diketahui, 7 tahun lalu, Indonesia sempat dibekukan FIFA gara-gara intervensi ke PSSI. 

Saat itu, Indonesia dikucilkan dari pentas internasional. Dilarang tampil di ajang resmi internasional hingga mengakibatkan ranking Indonesia melorot drastis. Mimpi melihat Indonesia berprestasi makin jauh, karena secara ranking FIFA Tim Merah-Putih terlempar jauh.

Di level domestik pun kompetisi kian sulit mendapatkan sponsor kakap. Perusahaan berfikir ulang mau berinvestasi ke klub maupun PSSI. Ujungnya jika kondisi makin parah, pelaksanaan kompetisi akan tersendat karena masalah dana.

"Jangan sampai hal itu terjadi. Mimpi buruk buat sepak bola kita,” kata Kusnaeni dalam sesi diskusi bersama sejumlah pengamat sepak bola di Mal FX, Senayan, Jakarta Jumat (24/3).

Berkaitan dengan Piala Dunia U-20 akan lebih pelik. Jika gagal melaksanakan event tersebut Indonesia dianggap menodai kepercayaan yang diberikan FIFA. Otoritas tertinggi sepak bola itu bakal dirugikan secara material dan inmaterial, karena pelaksaan event mereka kacau balau.

“Ancaman berat mengiringi Indonesia kalau sampai kejadian Indonesia batal jadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Jangan bermain-main dengan kesepakatan dibuat dengan FIFA,” kata Kusnaeni.

 

2 dari 4 halaman

3 Langkah Merespons Kehadiran Timnas Israel di Piala Dunia U-20

Kekhawatiran para pengamat bukan tanpa alasan. Belakangan ini, penolakan terhadap kehadiran Israel sebagai peserta Piala Dunia U-20 2023 bukan mustahil bisa jadi pemicunya. Sikap ini sangat berseberangan dengan FIFA yang dikenal sebagai organisasi antidiskriminasi. Apalagi, menurut pria yang akrab disapa bung Kus tersebut, Israel secara sah menjadi peserta Piala Dunia U-20 setelah lolos dari kualifikasi dengan status runner-up pada Piala Eropa U-20 2022. 

Kusnaeni menyatakan, sedikitnya ada tiga langkah yang harus dilakukan terkait penolakan Timnas Israel yang akan tampil di Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia.

"Pertama, PSSI harus melakukan konsolidasi dengan Kementerian Luar Negeri Indonesia tentang posisi Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20. Saya pikir itu pasti sudah dilakukan. Sekarang PSSI fokus saja kepada penyelenggaraaanya. Artinya, urusan diplomatik biar saja itu jadi urusan kemenlu," kata Kusnaeni.

"Kedua, konsolidasinya tak cukup sampai di situ. Koordinasi juga harus bersama-sama membuat gambaran kepada FIFA tentang peta situasi Indonesia terkait kemungkinan hadirnya Timnas Israel. Saya katakan kemungkinan, karena Israel sendiri belum memastikan datang," katanya. 

Menurut Kusnaeni, pemerintah harus berkomunikasi dengan dengan FIFA kalau Indonesia tak punya hubungan diplomatik dengan Israel. "Katakan saja bahwa umumnya masyarakat Indonesia menolak kedatangan Timnas Israel. Tapi atlet Israel pernah bertanding ke Indonesia, namun tanpa lagu kebangsaan dan pengibaran bendera Israel," ujar Kusnaeni.

Pria yang kerap muncul di layar kaca sebagai komentator laga-laga Timnas Indonesia dan juga kompetisi Tanah Air menegaskan bahwa Israel tidak bisa ditolak kehadirannya:

"Kehadiran Timnas Israel tak bisa ditolak. Tapi setidaknya kita bisa meminimalisir kehadiran mereka lewat simbol-simbol kebangsaan mereka," ujar Kusnaeni menambahkan.

"Itu bukan hal yang baru. Di Olimpiade, Rusia pernah seperti itu. Gara-gara kasus doping, tidak ada lagi serta pengibaran bendera Rusia. Yang boleh hanya bendera federasi. Dalam konteks ini, itu seharusnya yang didorong PSSI dan pemerintah," bebernya. 

 

 

3 dari 4 halaman

Urusan Olahraga Sebaiknya Tidak Dicampuri Politik

Ia melihat perlunya pemerintah dan PSSI memperjelas soal kewajiban Indonesia sebagai tuan rumah. "Langkah ketiga, harus dilakukan adalah memberikan edukasi dan literasi kepada publik bahwa konsekuensi menjadi tuan rumah harus menerima semua peserta yang berhak termasuk Israel," kata Bung Kus.

"Edukasikan juga ke publik kalau FIFA sangat keras menentang apa yang namanya diskriminasi dan juga keras melarang mencampuradukkan olahraga dan politik . Jadi, bagi FIFA, tak ada kaitannya politik Indonesia dengan kehadiran Timnas Israel. Bagi mereka Israel sama saja dengan negara lain yang sudah lolos," kata Kusnaeni.

Di sisi lain Bung Kus, juga dipertegas pemahaman, yang memisahkan urusan olahraga dan politik ke masyarakat Indonesia. "Hal penting yang disampaikan ke publik, dengan kehadiran Timnas Israel tak berarti Indonesia tak lagi mendukung perjuangan rakyat Palestina. Itu dua hal yang berbeda. Timnas Israel hadir atau tidak, dukungan Indonesia sama sekali tidak berubah," jelas Kusnaeni.

"Kalau Indonesia sampai gagal jadi tuan rumah, Palestina juga bisa rugi. Orang-orang akan bilang gara-gara Palestina, Indonesia gagal jadi tuan rumah. Harus diingat pula bahwa Dubes Palestina sangat memahami posisi Indonesia, mereka tak mempermasalahkan jika Indonesia menerima kedatangan tim Israel. Mereka paham sikap pemerintah Indonesia secara politik tak berubah, sementara Piala Dunia U-20 adalah urusan olahraga bukan politik," ucap pria kelahiran 11 September 1967 itu.

 

4 dari 4 halaman

Bersatu untuk Menyukseskan Piala Dunia U-20

Pada kesempatan yang sama, pengamat sepak bola senior, Kesit Budi Handoyo berharap segala rintangan yang dihadapi panitia lokal Piala Dunia U-20 2023 bisa dilewati dengan baik. Penunjukkan Indonesia sebagai tuan rumah hajatan terbesar kedua FIFA merupakan anugerah yang harus dijaga.

"Jadi istilahnya, perjanjian sudah diteken, ada konsekuensinya jika kemudian kita melanggar. Dampaknya akan sangat buruk bagi sepak bola kita. Jangan sampai itu terjadi, di saat sebenarnya kita mendapat momentum bagus untuk dilihat dunia sebagai tuan rumah,” ucapnya.

Momentum menunjukkan kepada dunia, bahwa Indonesia bisa menggelar turnamen besar sepak bola berskala besar tak boleh disia-siakan hanya perbedaan pandangan yang bersifat nonteknis. Indonesia bukan negara besar di percaturan sepak bola internasional, menjadi tuan rumah merupakan pencapaian luar biasa.

“Kita harus bersatu buat Piala Dunia U-20 2023, ini momen langka yang wajib dimaksimalkan untuk memperlihatkan kepada dunia bisa mengemban kepercayaan yang diberikan FIFA. Tidak sembarangan negara bisa mengemban kepercayaan ini, apalagi dari sisi prestasi kita belum ada di level elite dunia,” katanya.

Ia menambahkan jika Indonesia tetap berkeras, akan ada konsekuensi. Ancaman sanksi membayangi, karena dianggap gagal mengemban amanat menyelenggarakan event akbar.

"Yang paling buruk status Indonesia bakal di-ban dari percaturan sepak bola internasional. Sebagai bangsa yang besar kita tak boleh ingkar janji. FIFA kan sudah menunjuk kita sebagai tuan rumah dan itu harus kita pertahankan. Bahwa kemudian ada isu-isu lain, ya itu urusan lain. Kita harus berfikir secara sportif," kata Kesit.