Liputan6.com, Jakarta - Musuh bebuyutan Barcelona dan Real Madrid kembali bertemu pada El Clasico. Duel edisi kali ini berlangsung pada ajang Copa del Rey di Camp Nou, Rabu (5/4/2023) atau Kamis dini hari WIB.
Barcelona tengah memimpin 1-0 usai kemenangan di markas lawan. Selain itu, El Azulgrana juga unggul 12 angka atas rival abadi sehingga berpeluang besar merebut mahkota La Liga. Selisih signifikan tersebut didapat menyusul kemenangan 2-1 pada El Clasico di Camp Nou bulan lalu.
Pada ajang lain, pasukan Xavi Hernandez juga menunjukkan dominasi. Mereka membungkam Real Madrid pada perebutan Piala Super Spanyol di awal 2023.
Advertisement
Memiliki kekuatan setara, duel Barcelona vs Real Madrid memang selalu berlangsung sengit dan ketat. Jarang terjadi kemenangan besar bagi salah satu kubu.
Namun, kesuksesan Liverpool mempermalukan rival abadi Manchester United 7-0 beberapa waktu lalu membuka tabir di perseteruan-perseteruan besar sepak bola. El Clasico tidak lepas dari itu, dengan satu pihak sukses meraih kemenangan 11-1.
Kemenangan di Copa del Rey
Adalah Real Madrid yang memetik kemenangan tersebut pada Copa del Rey 1942/1943. Los Blancos meraih hasil meyakinkan meski menjalani kampanye dengan kurang meyakinkan.
Pasalnya, mereka cuma satu strip di atas play-off degradasi pada Liga Spanyol. Sementara Barcelona terlibat persaingan gelar sebelum merelakan takhta ke Athletic Bilbao.
Pada 13 Juni 1943 di Estadio Chamartin, Real Madrid membutuhkan kemenangan besar setelah dikalahkan Barcelona 3-0 di leg pertama.
Yang terjadi kemudian di luar ekspektasi. Los Blancos memimpin 8-0 sebelum jeda berkat hattrick Prudencio Sanchez dan Sabino Barinaga, plus gol dari Chus Alonso serta Antonio Alsua.
Barinaga dan Alonso menambah koleksi gol selepas geda, dengan Pascual Botella tidak mau ketinggalan menggoreskan nama di papan skor. Barcelona cuma bisa membalas lewat gol menit ke-89 dari Mariano Martin.
Laga tersebut disinyalir sebagai lahirnya El Clasico. Sebelumnya pertemuan Real Madrid dan Barcelona tidak memiliki makna besar.
"Tidak ada rivalitas di antara kedua kubu, setidaknya sebelum pertandingan itu," kata kiper cadangan Barcelona Fernando Argila di partai tersebut.
Â
Advertisement
Representasi Pemerintah Pusat dan Kaum Marjinal
Sengketa itu bermula dari leg pertama di Les Corts. Pendukung Barcelona menyoraki setiap kali pemain Real Madrid menguasai bola. Mereka juga mencerca wasit Fombona Fernandez karena dianggap membiarkan penggawa Los Blancos bermain kasar. Di sisi lain, Madrid mempertanyakan keputusan Fernandez mengesahkan seluruh gol Barcelona.
Media Spanyol Ya, yang terbit periode 1935 hingga 1996, menyebut aksi suporter Barcelona di leg pertama sebagai 'serangan langsung terhadap Spanyol'.
Atas perlakuan tersebut, kubu Real Madrid pun membalas jelang duel kedua. Mereka melarang fans Barcelona datang ke ibu kota. Sebaliknya, pendukung Los Blancos balik meneror El Azulgrana. Mereka melempari bus yang membawa pemain dengan batu.
Kiper Barcelona Lluis Miro sebisa mungkin menjauhi dari garis lapangan karena takut terkena lemparan botol. Sedangkan suporter tuan rumah meneriaki pemain Barcelona menggunakan kata 'separatis'.
Selepas pertandingan, narasi baru tercipta. Real Madrid diidentifikasikan sebagai tim yang merepresentasikan pemerintah pusat. Sementara Barcelona menganggap diri sebagai kaum marjinal yang dikecilkan.