Sukses

FIFA Beri Kartu Kuning atas Pembatalan Tuan Rumah Piala Dunia U-20, PSSI Sebaiknya Duduk Bareng Pemerintah

Indonesia dijatuhi sanksi administrasi oleh FIFA atas kegagalan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.

Liputan6.com, Jakarta Batalnya Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia U-20 memunculkan berbagai pandangan dari pengamat sepak bola di Tanah Air. Hukuman kartu kuning dari FIFA dianggap jadi cambuk untuk jadi lebih baik. 

Mantan Ketua Umum The Jakmania yang merupakan organisasi suporter pendukung Persija Jakarta, Richard Ahmad menilai, transformasi sepak bola Tanah Air tidak boleh berjalan setengah-setengah. FIFA mengawasi langkah-langkah PSSI dalam mewujudkan sepak bola Indonesia yang lebih baik.

Transformasi sepak bola Indonesia jadi salah satu poin yang ditekankan FIFA menyikapi pembatalan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Meski akhirnya bebas dari sanksi berat berupa pengucilan dari ekosistem sepak bola dunia, otoritas sepak bola dunia yang bermarkas di Zurich, Swiss itu kembali menegaskan dukungan mereka terhadap PSSI dalam menjalankan program tersebut ke depannya.

Menurut Richard, apa yang sudah dilakukan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir dalam menyelamatkan sepak bola Indonesia sudah maksimal. Dalam situasi politik yang gaduh terkait penolakan kedatangan timnas Israel, Erick dianggapnya tidak lepas dari keliahaian menteri BUMN itu dalam melakukan pendekatan. 

“Perjuangan Pak Erick Thohir harus diapresiasi. Lobi-lobinya ke FIFA membantu Indonesia terhindar dari sanksi yang berat. Situasi di Indonesia kompleks di mata FIFA, sepak bola dibuat gaduh dengan drama politik. Kalau tidak karena kelihaian pendekatan hati ke hati seorang Ketua Umum PSSI ke Presiden FIFA, habis kita," kata Richard dalam rilis yang diterima Liputan6.com, belum lama ini.    

Indonesia akhirnya gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Agenda yang seharusnya berlangsung di enam kota mulai 20 Mei hingga 11 Juni itu batal setelah gejolak politik penolakan kehadiran tim Israel.

 

2 dari 4 halaman

Kartu Kuning dari FIFA

Upaya Erick Thohir mempertahankan status tuan rumah tersebut gagal. Beruntung, lewat pertemuan lanjutan, FIFA akhirnya melunak dan tidak menjatuhkan sanksi pengucilan terhadap Indonesia. Sebagai hukuman, PSSI hanya mendapat kartu kuning berupa pembekuan dana bantuan FIFA Forward.

Dalam keterangan resminya, FIFA kembali menegaskan dukungannya terhadap upaya PSSI dalam mentransformasi sepak bola Indonesia. "Erick Thohir telah mendapat support dari pecinta sepakbola seluruh Indonesia. Kami siap mendukung program-program transformasi PSSI yang jadi agenda ke depan demi perbaikan prestasi dan pengelolaan organisasi sepakbola yang lebih profesional," kata Richard. 

3 dari 4 halaman

Upaya Maksimal Erick Thohir

Terpisah, pengamat sepak bola senior, Kesit Handoyo juga menilai upaya Erick Thohir dalam menyelamatkan sepak bola Indonesia dari sanksi FIFA usai pembatalan Piala Dunia U-20 sudah maksimal. Pendapatnya ini sejalan hasil jajak pendapat yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI).

Dalam survei tersebut, LSI menemukan 80,6% responden percaya bahwa Ketum PSSI Erick Thohir sudah berupaya optimal agar Penyelenggaraan Piala Dunia FIFA U-20 tetap dilaksanakan di Indonesia, meskipun pada akhirnya FIFA membatalkan status tuan rumah dari tangan Indonesia.

"Jika melihat usaha apa yang dilakukan Erick Thohir sudah maksimal. Masyarakat juga menilai itu dan saya sependapat," kata Kesit, dalam sebuah kesempatan di Jakarta, Minggu (9/4/2023).

4 dari 4 halaman

Pemerintah dan Stakeholder Olahraga Duduk Satu Meja

Sementara pengamat sepak bola lainnya, M. Kusnaeni berhadap pemerintah memberikan dukungan penuh kepada stakeholder termasuk PSSI sehingga pengembangan olahraga nasional tumbuh maksimal. Dia ingin PSSI dan pengurus olahraga lain duduk satu meja bersama pemerintah untuk membahas posisi ke depan. 

"Apakah mau berkibar di level internasional dengan menjadi tuan rumah event-event besar, atau hanya begini-begini saja. Aturan main di olahraga sudah jelas, berbeda dengan politik. Jika mau jadi tuan rumah hajatan besar olahraga, kita tidak bisa menolak negara-negara yang tidak punya hubungan diplomatik untuk datang dan bertanding," kata Kusnaeni menambahkan. 

 

Video Terkini