Liputan6.com, Jakarta Yoga Prabowo tengah meniti karier di panggung MMA. Pria asal Boyolali itu merupakan satu dari sembilan atlet Indonesia yang tersisa di program MMA Fight Academy, yang digelar di San Siego, California, Amerika Serikat, sejak Februari lalu.
Melihat sepintas, sulit percaya bila Yoga adalah petarung MMA. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan keberingasan. Dengan rambut pendek yang disisir ke samping dan tutur kata yang tertata, Yoga terlihat tidak segarang olahraga seni bela diri campuran yang ditekuninya.
Baca Juga
Namun semua itu luntur saat Yoga sudah di arena laga. Otot-otot kering pria berusia 25 tahun itu melunturkan semuanya. Cengkramannya yang kokoh dan kuncian mematikannya mampu membuat lawan tak berkutik. Di panggung MMA, Yoga setidaknya sudah mengemas 5 kemenangan dari 6 laga.
Advertisement
Saat ini, Yoga tengah mempersiapkan diri menghadapi laga internasional perdananya bersama Cage Warriors di Roma, Italia, 6 Mei 2023. Di ajang ini, petarung MMA Fight Academy itu akan tampil di kelas bantam melawan petarung tuan rumah, Jefferson Machado de Filippis.
Beberapa waktu lalu, Liputan6.com berkesempatan menyambangi Yoga di pusat pelatihannya di San Diego. Mengenakan sweater berwarna biru, Yoga pun bercerita banyak tentang persiapannya menghadapi laga ini.
"Saya masih kelebihan berat badan 5 kg. Ini jadi tantangan yang harus saya hadapi sebelum laga. Tapi saya pikir itu tidak masalah. Masih ada waktu untuk menurunkannya," kata Yoga. Yoga bergabung dengan MMA Fight Academy lewat audisi yang berlangsung di Bali, tahun lalu. Sejak Februari lalu, Yoga bergabung dengan peserta lainnya untuk menjalani pemusatan latihan di San Diego, California, Amerika Serikat.
Â
Jalani Latihan yang Melelahkan
Setiap hari Yoga berlatih di bawah asuhan Marc Fiore dan Jake Buracker. Beratnya porsi latihan yang diberikan membuat Yoga harus menunda ibadah puasanya di bulan Ramadhan tahun ini. Dia juga harus berlebaran jauh dari keluarga.
"Kalau untuk puasa, paling bisa di hari Sabtu kalau lagi libur. Latihan cukup berat," kata Yoga.
"Di sini juga masjid jauh. Jadi lebaran mungkin nanti hanya di mes saja," bebernya.
Yoga sebenarnya bukan sosok baru di dunia MMA. Setidaknya, sudah tujuh tahun dia menggeluti olahraga ini. Hingga saat ini, Yoga sudah memenangkan liga dari enam laga di One Pride. Seluruhnya lewat kuncian mematikan.
Â
Advertisement
Profesi Sebagai Guru SD di Boyolali
Karier petarung Yoga diawali sejak bangku SMA. Awalnya dia menekuni olahraga gulat. Tiga tahun kemudian, saat kuliah dia, Yoga banting setir ke MMA dan berlanjut hingga kini.
Yoga tetap menjadi atlet MMA sembari tetap mengajar olahraga di salah satu SD negeri di Boyolali, Jawa Tengah. Namun sejak bergabung dengan MMA Fight Academy, Yoga untuk sementara harus meninggalkan profesi mulia tersebut.
"Saat ada tawaran training camp di San Diego ini, saya juga awalnya merasa berat meninggalkan pekerjaan sebagai guru di Indonesia. Tapi saya pikir ini jalan terbaik bagi saya," katanya.
"Saya tidak serta-merta meninggalkan profesi saya sebagai guru.Tapi ini hanya batu loncatan untuk karier ke depannya."
Â
Lebaran Jauh dari Keluarga Tercinta
Tidak hanya meninggalkan profesi sebagai guru, selama mengikuti training camp di San Diego, Yoga juga harus rela jauh dengan keluarga. Rasa rindu tentu saja kerap datang menyergap, terutama mendekati lebaran tidak lama lagi.
Meski demikian, Yoga enggan patah semangat. Sebaliknya, dia berharap, pengorbanannya bisa membuahkan hasil.
"Tentu saja, tidak berkumpul dengan keluarga saat lebaran seperti ini sangat berat untuk saya. Tapi yang namanya usaha kan harus ada pengorbanan. Dan saya yakin dari setiap pengorbanan saya akan dapat hasil yang baik juga," bebernya.
Saat ini, Yoga masih harus berjuang untuk menurunkan berat badannya yang berada 5 kg di atas kelas bantam yang akan diikutinya. Meski demikian, Yoga tetap optimistis mampu mencapai berat ideal saat waktu bertanding di Italia, tiba.
Advertisement