Liputan6.com, Jakarta Bintang jetski Indonesia Aero Aswar dan Aqsa Aswar menyebut faktor lucky alias hoki turut memengaruhi keberhasilan atlet meraih medali emas dalam ajang SEA Games 2023.
Seperti diketahui, duo kakak-beradik yang pernah menyabet gelar Juara Dunia Jetski itu memang bakal mewakili Merah Putih dalam kompetisi olahraga multi event bergengsi se-Asia Tenggara yang dijadwalkan bergulir mulai 5-17 Mei 2023.
Advertisement
Baca Juga
Aero dan Aqsa sendiri hingga kini masih menjajal persiapan di Tanah Air. Kedua atlet direncanakan bertolak ke Kamboja pada Senin (8/5/2023), lantaran pertarungan cabang olahraga jetski baru akan dihelat tanggal 13-16 Mei mendatang.
Aero-Aqsa Aswar tak menampik bahwa mereka berambisi mengejar medali emas di perhelatan SEA Games 2023 Kamboja. Walau begitu, mereka mengaku butuh faktor lucky untuk mewujudkan misi tersebut, mengingat adanya potensi hal tak terduga yang dapat terjadi selama berlangsungnya kompetisi.
“(Hal yang bisa menggagalkan kami untuk mendapat medali emas salah satunya) mesin. Mau kita se-prepare apa pun, sekuat apa pun, sejago apa pun, kalau misalnya tidak lucky (mesin jetskinya bermasalah), ya tidak lucky saja,” tutur Aqsa saat ditemui di studio fitness Hustle, Jakarta, Kamis (4/5/2023).
Aqsa Aswar pun mencontohkan kejadian kurang ‘hoki’ yang menimpanya di Asian Games 2018. Kala itu, atlet berusia 25 tahun tersebut berpotensi menggondol dua medali emas, andai saja jetski yang ditungganginya tak bermasalah.
“Misalnya di Asian Games, waktu itu (saya) dapat emas dan perunggu. Harusnya (bisa) emas (dua-duanya). Jadi di last lap itu, (saya) pertama sudah jauh banget, tiba-tiba di belokan terakhir, jetski kemasukn air, terus tenggelam.”
“(Padahal) finis di situ (sudah dekat). Itu bendera sudah berkibar-kibar, tiba-tiba (jetskinya) mogok. Itu rasa guilt-nya (besar). Kaya gagal, karena emas sudah di depan mata,” ujar atlet kelahiran 1997.
Potensi Kehabisan Bahan Bakar
Selain gangguan pada mesin atau jetski, Aero dan Aqsa menyebut kehabisan bahan bakar juga bisa menjadi faktor yang menggagalkan kemenangan atlet saat berlaga.
Meskipun sudah mendapat takaran bensin sesuai regulasi, faktor gelombang di arena balap serta karakter atlet saat menarik gas bakal turut memengaruhi jumlah bahan bakar yang mereka haiskan saat belaga.
“Saya pernah, (waktu sedang berkompetisi), sudah (ada di posisi) pertama, kita-kita 20 meter lagi finis, (tetapi) bensinnya habis. Mau apa lagi? Mau marah juga enggak bisa,” ujar Aqsa mengisahkan pengalamannya.
“Kita sudah ada takaran normalnya (terkait bensin untuk jetski), (sudah ada) normal indeksnya, SOP-nya, tetapi karakter kita mengegas pada saat ada ombak besar atau lagi flat itu beda semua,” timpal Aero yang merupakan kakak sekaligus rival Aqsa di arena balap.
Advertisement
Adaptasi di Lokasi Kompetisi
Guna mengantisipasi potensi adanya gangguan teknis saat kompetisi, Aero dan Aqsa mengagendakan waktu 2-3 hari untuk beradapatasi dengan situasi Kamboja sekaligus melakukan pengetesan ulang pada jetski yang dikendarai.
“Kemarin kita juga sudah ke US (Amerika Serikat), selama hampir tiga minggu. (Kami) ke LA untuk latihan di sana, lalu ke Arizona mengetes jetski. Nanti di Kamboja, kita perlu sekitar 2-3 hari untuk find the tune lagi karena cuaca LA dan Kamboja berbeda,” ungkap Aero.
“Airnya juga kita kemarin (melakukan) tesnya di danau, (sedangkan dalam SEA Games 2023) ini (lokasinya di) laut. Jadi garamnya beda, semua beda, sehingga harus dites ulang.”
“Bensin yang kita terima buat balap nanti juga berbeda. Jadi kita perlu sampling dari bensinnya, baru di-review semuanya,” sambung atlet berusia 28 tahun tersebut.