Liputan6.com, Jakarta - Indonesia selalu mendambakan kehadiran juara dunia olahraga. Namun, meski memiliki sumber daya manusia terbanyak keempat di muka bumi dengan lebih dari 270 juta jiwa, hanya segelintir cabang yang sukses ditaklukkan atlet Tanah Air.
Irwan Hidayat berharap bisa menambah jumlah olahragawan berprestasi dengan mendirikan pusat tenis di Semarang. Memiliki 18 lapangan dan fasilitas taraf internasional, bos Sido Muncul itu mengajak investor lokal dan luar negeri untuk mendukung ambisinya.
Baca Juga
“Indonesia ini kan penduduknya 270 juta, masa sih nggak ada satu orang saja yang bisa jadi juara Grand Slam tenis. Masa 270 juta nggak ada satu pun. Selama merdeka 78 tahun, nggak ada satu pun juara Grand Slam. Kalau ada fasilitasnya, menurut logika saya pasti nanti ada yang dilahirkan sebagai juara,” kata Irwan saat menemui Liputan6.com di Jakarta, baru-baru ini.
Advertisement
Grand Slam adalah empat turnamen utama di tenis, yang berlangsung setiap tahunnya. Ada Australia Terbuka, Wimbledon, Prancis Terbuka, dan Amerika Serikat Terbuka.
Capaian terbaik wakil Indonesia di Grand Slam tercatat atas nama Yayuk Basuki. Dia mencapai perempat final Wimbledon pada 1997.
Demi melahirkan talenta baru, Irwan berencana membangun pusat tenis di Klipang, Semarang Timur. Rincian fasilitasnya adalah enam lapangan outdoor dan 12 lapangan indoor, termasuk satu stadion yang bisa menampung 2.500 orang.
“Kalau uangnya ada, kami merencanakan tahun ini mulai, karena desainnya sudah lengkap semua," katanya.
Salah Persepsi, Tenis Bisa Dikuasai Warga Indonesia
Tenis bukanlah salah satu olahraga populer di Indonesia. Warga Tanah Air lebih suka sepak bola, bulu tangkis, hingga tenis meja.
Irwan mengakui hal tersebut karena menilai tenis lebih sulit dipelajari. Butuh latihan lebih lama agar bisa piawai dalam bermain. Namun, dia menepis anggapan jika warga Indonesia tidak bisa menguasai tenis.
“Ada salah persepsi. Saya pernah ketemu sama orang dibilang gini, nggak cocok kalau tenis, karena tenis itu berat, yang cocok di Indonesia tuh pingpong. Tapi pingpong juga nggak ada yang jadi juara meskipun bolanya enteng,” ungkapnya.
“Olahraga yang mungkin nggak cocok (untuk Indonesia) ya yang full body contact, karena orang Indonesia ini kan kecil-kecil. Tapi kalau negeri ini nanti maju, pendapatan perkapitanya banyak, nggak mungkin kecil-kecil semua. Satu hari jadi tinggi-tinggi semua.”
“Tenis itu kan bukan full body contact, jadi musuhnya di sebelah sana, pasti bisa. Cuma (sekarang) nggak ada lapangannya, nggak ada fasilitasnya. Nah, saya bercita-cita tempat ini akan menarik minat para orang tua untuk memberikan modal kepada anak-anaknya. Bukan cuma pendidikan sekolah tapi juga olahraga tenis, karena bisa jadi penghasilan,” sambungnya.
Advertisement
Mendapat Bantuan dari Dmitry Shcherbakov
Salah satu pelaku tenis siap membantu Irwan. Dmitry Shcherbakov, pendiri operator Liga.Tennis berbasis Bali, berniat menggunakan koneksi internasionalnya untuk merangkul investor.
Dmitry yakin penanam modal akan tertarik karena besarnya potensi Indonesia. Sosok asal Ukraina ini bahkan menyebut Novak Djokovic, pengoleksi 24 gelar Grand Slam, bakal turut memberi dukungan.
“Saya berkenalan dengan Djokovic tahun 2019. Saat pusat tenis ini dibuka, saya yakin dia datang. Karena Djokovic juga orang baik yang suka mendukung tenis, terutama di daerah yang belum berkembang seperti Indonesia,” kata Dmitry.
“Jika nanti dibangun, pusat tenis ini akan jadi yang terbesar di Asia Tenggara. Maka, orang-orang dari kawasan itu pasti datang ke Semarang. Potensinya tinggi sekali,” sambungnya.
Dmitry menunjuk Amerika Serikat sebagai salah satu negara utama tenis sebagai pembanding. ITF Tennis Report 2021 menyebut enam persen populasi Negeri Paman Sam bermain tenis. Sementara di Indonesia cuma 0,007 persen penduduk yang bermain tenis.