Liputan6.com, Jakarta - Sulit memberi jawaban obyektif untuk pertanyaan siapa tim sepak bola terbaik sepanjang masa. Setiap orang akan memiliki preferensi masing-masing sesuai selera. Apalagi banyak tim-tim legendaris dengan rentetan prestasi yang mereka torehkan dari lapangan hijau.
Tapi tidak demikian dengan pertanyaan tim terburuk sepanjang sejarah. Jawaban secara statistik jelas menunjuk San Marino.
Mereka menduduki posisi buncit peringkat FIFA, tepatnya di urutan 207. San Marino naik satu tingkat September lalu karena Eritrea, yang sebelumnya berada di atas mereka, dicoret dari daftar karena tidak bertanding selama empat tahun. Terhitung San Marino berada di dasar peringkat FIFA sejak November 2018.
Advertisement
Kemenangan terakhir San Marino terjadi pada April 2004. Hasil 1-0 atas Liechtenstein, dipetik berkat gol Andy Selva, juga tercatat hingga sekarang sebagai satu-satunya kemenangan sepanjang sejarah San Marino. Mereka kini terhitung gagal berjaya dalam 133 pertandingan.
Sejak berkompetisi pada 1990, San Marino juga baru membuat 28 gol.
San Marino Diperkuat Pemain Paruh Waktu
Dengan populasi 33 ribu orang, San Marino adalah negara terkecil kelima di dunia. Tidak ada bandara atau bahkan stasiun kereta di sana.
Tim nasional mereka berisi pemain paruh waktu dengan profesi beragam, mulai montir, sopir ekspedisi, hingga buruh pabrik perhiasan. Sang pelatih, Fabrizio Costantini, bekerja di gudang mebel.
Meski begitu, setiap pemain yang pernah memperkuat timnas adalah warga asli San Marino. Fakta tersebut jadi kebanggaan tersendiri bagi mereka.
“Italia saja kini diperkuat banyak pemain negara lain (naturalisasi). Tidak dengan San Marino. Kami adalah tim yang murni,” ungkap kapten San Marino San Marino Matteo Vitaioli, seorang desain grafis, merujuk negara tetangga, dilansir ESPN.
Advertisement
Kemenangan Bersejarah San Marino
Lewat golnya hampir 20 tahun lalu, Selva merupakan top skor sepanjang masa San Marino. Total dia sudah merobek gawang lawan delapan kali selama 18 tahun berkarier di pentas internasional.
“Sungguh luar biasa. Kami merasakan sesuatu yang berbeda di laga tersebut. Kami tahu suatu saat kemenangan bakal datang, dan mungkin sadar itulah waktunya,” kenang Selva merujuk duel kontra Liechtenstein.
“Bagi tim yang terbiasa kalah, meraih kemenangan meski sekedar di partai uji coba, adalah sesuatu yang indah. Momen itu akan selalu dikenang sepanjang sejarah bagi yang merasakannya.”