Sukses

Ikuti Kata Hati, Marc Marquez Hindari Jejak Casey Stoner

Casey Stoner memuji Marc Marquez karena memprioritaskan kesenangannya dalam balapan. Dengan begitu dia menghindari pensiun dini.

Liputan6.com, Jakarta - Casey Stoner memuji Marc Marquez karena memprioritaskan kesenangannya dalam balapan. Dengan begitu dia menghindari pensiun dini.

Stoner meninggalkan MotoGP pada 2012, sebagai juara dunia dua kali, di usia 27 tahun. Kala itu dia mengaku tidak lagi menikmati balapan.

Sedangkan Marquez sempat berada pada titik terendahnya menyusul rangkaian cedera dan menurunnya kualitas Honda. Namun, dia kembali tersenyum setelah menjajal Ducati bersama Gresini Racing pada tes pascamusim di Valencia.

“Jika tidak menikmati, mengapa mempertaruhkan segalanya? Jika Marc menikmati balapannya, dia tidak akan mau mengambil risiko dengan sia-sia," kata Casey Stoner dilansir Crash.

“Penting baginya untuk mendapatkan kembali kenikmatan itu. Orang-orang hanya melihatnya dari luar. Namun sangat sulit ketika segala sesuatunya tidak mendukung, ketika tubuh tidak ingin melakukan sesuatu, tetapi tetap Anda memaksakannya," sambungnya.

 

2 dari 3 halaman

Casey Stoner Tidak Bisa Seperti Marc Marquez

Stoner tidak dapat menemukan alasan untuk melanjutkan karier seperti Marquez. Dia pun mengejutkan dunia dengan gantung helm saat usia belum mencapai kepala tiga.

“Jika Anda ingin mempertaruhkan segalanya, Anda harus melakukannya karena suatu alasan. Beberapa orang menganggap itu uang. Tapi saya hanya suka mengendarai sepeda. Balapan adalah bagian darinya," cerita Stoner.

“Saya paling suka mengendarai sepeda, saya suka melakukan apapun yang saya bisa dari sepeda. Tapi ketika sepeda motor kini menjadi terlalu elektronik, terlalu banyak kontrol roda, kenikmatannya hilang. Lomba menjadi politis.”

3 dari 3 halaman

Marc Marquez Kritik Honda

Marquez resmi gabung Gresini Ducati dan mengakhiri 11 tahun hubungan dengan Honda. Dia ragu Honda bisa kembali bersaing lagi di papan atas. Pembalap asal Spanyol itu menegaskan, motor Honda harus punya kecepatan kalau ingin berjuang lagi memperebutkan gelar juara MotoGP.

Gara-gara masalah ini Marquez frustrasi. Dua tahun dia pendam rasa frustrasi ini dan puncaknya harus hengkang dari Repsol Honda dan gabung tim yang lebih kencang, Ducati.

"Sangat sulit untuk melawan pembalap lain tanpa kecepatan maksimal," kata Marquez seperti dikutip Crash.

"Di tes pramusim, kami menggunakan aerodinamika yang sangat kecil. Sekarang Honda pakai aerodinamika yang agak besar, tapi kecepatan lebih kecil. Jadi tentu saja, kalau memakai aerodinamika besar, motor Anda harus punya tenaga."

Video Terkini