Liputan6.com, Jakarta Brasil berduka setelah salah seorang legenda sepak bola di Negeri Samba tersebut, Mario Zagallo meninggal dunia pada Jumat (5/1/2023). Sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa Zagallo, Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva pun telah mengumkan tiga hari berkabung nasional.
Zagallo meninggal di usia 92 tahun akibat kegagalan beberapa organ tubuh. Jenazah sempat disemayamkan di markas besar Konfederasi Sepak Bola Brasil (CBF), sebelum dimakamkan di pemakaman di Rio de Janeiro pada Minggu (7/1/2024). Pelatih, fans, hingga mantan pemain yang pernah ditanganinya hadir untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Zagallo.
Baca Juga
"Dia adalah salah seorang pemain dan pelatih sepak bola terhebat sepanjang masa," kata Lula.
Advertisement
"Berani, bersemangat... (dia) meninggalkan pelajaran tentang cinta, dedikasi, dan keinginan untuk menang demi negara kita -- dan untuk sepak bola dunia," Lula menambahkan.
Kehilangan yang besar juga dirasakan oleh CBF. "Kami menyampaikan solidaritas kepada anggota keluarga dan penggemarnya pada saat-saat duka atas kepergian pahlawan besar sepak bola kita ini,” kata presiden CBF, Ednaldo Rodrigues seperti dikutip dari insideworldfootball.
Zagallo memang bukan sosok sembarangan. Prestasinya di dunia sepak bola tak perlu diragukan lagi.
Semasa hidupnya, Zagallo tidak hanya sukses saat menjadi pemain saja, tapi juga pelatih. Dia bahkan menjadi orang pertama yang berhasil memenangkan Piala Dunia saat menjadi pemain dan pelatih.
Bermain Bersama Pele
Saat jadi pemain, Zagallo berhasil menjuarai Piala Dunia 1958 bersama Pele. Dia kemudian mengulangi kisah sukses ini pada Piala Dunia 1962 saat kiprah Pele terhenti di penyisihan grup akibat cedera.
Pada tahun 1970, Zagallo kembali mempersembahkaan trofi Piala Dunia bagi Brasil. Namun kali ini, Zagallo berperan sebagai pelatih. Sementara satu gelar Piala Dunia lainnya dipersembahkannya pada tahun 1994 ketika dirinya dipercaya menjadi direktur teknik timnas Brasil.
Advertisement
Kecerdasan Mario Zagallo
Zagallo lahir di Alagoas pada tahun 1931. Dia merupakan seorang anak kelas menengah di mana pilihan menjadi pesepak bola bukan hal yang mudah. Dia juga bukan pemain paling berbakat, tapi kecerdasannya mampu membawa mantan pemain Flamengo tersebut ke timnas Brasil.
Di skuad timnas Brasil, Zagallo bermain sebagai deep-lying winger yang memberi perlindungan pertahanan saat formasi 4-2-4 berubah jadi 4-3-3. Brasil seperti diketahui merupakan pionir dalam formasi empat bek, tapi memainkaan sistem dengan pemain sayap hingga membuat lini tengah terekspos. Kecerdasan Zagallo untuk mundur dianggap telah berhasil memecahkan masalah ini.