Sukses

Mengenang Solihin GP, Sosok Revolusioner Demi Bangun Nama Besar dan Prestasi Persib Bandung

Salah satu langkah revolusioner yang dilakukan Solihin GP pada periode kedua kepengurusannya adalah mendatangkan pelatih asing asal Polandia, Marek Janota.

Liputan6.com, Jakarta Tokoh Jawa Barat Solihin Gautama Purwanegara atau Solihin GP meninggal dunia di Rumah Sakit Advent Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (5/3/2024). Almarhum pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat periode 1970-1975.

Selain di pemerintahan dan militer, almarhum Solihin GP juga aktif di dunia olahraga. Pria yang akrab disapa Mang Ihin ini pernah menjabat sebagai ketua umum Persib Bandung di era perserikatan atau periode 1979-1985.

Tak hanya mengurus Persib Bandung, almarhum juga pernah menjadi Ketua Umum Komisi Tinju Indonesia (KTI), dan Persatuan Olahraga Berkuda (Pordasi).

Saat memimpin Persib, Solihin GP pernah menunjukkan jiwa besarnya. Beliau dengan tegas pernah menyatakan mundur sebagai ketua umum Persib yang sudah dipegangnya sejak 1976, menyusul kegagalan tim berjuluk Maung Bandung promosi ke Divisi Utama pada kesempatan pertamanya berjuang di Divisi I PSSI.

“Perlu dipilih pengurus yang lebih baik”, kata Solihin saat itu di depan peserta Rapat Anggota Luar Biasa (RALB).

Namun, dihimpun dari berbagai sumber, pengunduran diri Solihin GP ketika itu menimbulkan pro dan kontra dalam peserta rapat. Hingga akhirnya digelar RALB kedua pada tanggal 28 Desember 1979 dan kembali memilih secara aklamasi Solihin GP sebagai Ketua Umum Persib.

2 dari 4 halaman

Berjasa Besarkan Nama Persib di Era Amatir

Sementara itu, bagi Persib, Mang Ihin bukan sekedar mantan Gubernur Jawa Barat dan tokoh masyarakat Sunda. Pria kelahiran Tasikmalaya, 21 Juli 1926 ini merupakan sosok yang sangat berjasa membesarkan nama klub di era amatir pada rentang 1976-1983.

Seperti dikutip dari situs Persib.co.id, salah satu jasa besarnya yang paling dikenang adalah program pembinaan berkesinambungan, khususnya para pemain muda, yang mengembalikan Persib ke kompetisi kasta tertinggi sepakbola nasional dan melahirkan generasi emas Maung Bandung pada dekade 1980-an.

"Solichin Lagi". Begitulah judul sebuah artikel di Majalah Tempo No. 46/IX 12 Januari 1980. Artikel itu mengabarkan soal terpilih kembalinya Mang Ihin sebagai Ketua Umum Persib setelah sempat menyatakan mengundurkan diri dan tak bersedia dipilih lagi.

3 dari 4 halaman

Langkah Revolusioner Solihin GP

Keputusan mundur Mang Ihin sebagai bentuk tanggung jawab Mang Ihin setelah Persib yang tengah berjuang dari "kampung ke kampung" gagal promosi ke Divisi Utama karena terhenti di babak 12 Besar Kompetisi Divisi I Perserikatan 1979/1980.

Mang Ihin bersedia kembali memimpin Persib dengan syarat para pengurusnya bisa fokus terhadap upaya pembinaan prestasi dan organisasi.

Salah satu langkah revolusioner yang dilakukan Mang Ihin pada periode kedua kepengurusannya adalah mendatangkan pelatih asing asal Polandia, Marek Janota untuk membina para pemain belia secara berkesinambungan pada tahun 1980. Para pemain muda hasil "blusukan" Marek tersebut dikumpulkan untuk ditempa secara fisik, teknik dan mental dalam rentang waktu cukup cukup lama.

4 dari 4 halaman

Bawa Persib Raih Prestasi Emas

Kendati tidak sedikit yang menentang, terutama dari generasi pemain senior, pilar-pilar muda yang dipercaya Persib turun di berbagai turnamen dan kompetisi. Mereka antara lain Robby Darwis, Adjat Surdajat, Suryamin, Iwan Sunarya, Sukowiyono, Dede Iskandar, Ade Mulyono, Djafar Sidik, Ajid Hermawan dan masih banyak lagi nama-nama pemain usia belasam yang diandalkan.

Hasilnya, meski belum sampai juara, Persib Junior (U-19) berhasil menempati peringkat ketiga Piala Soeratin 1980 dan runner-up 1982. Para pemain muda inilah yang kemudian mengembalikan klub promosi ke Divisi Utama setelah menjadi semifinalis di Kompetisi Divisi I Perserikatan 1983.

Tidak sampai di situ, sebagian pemain hasil pembinaan berkesinambungan ala Mang Ihin inilah yang mewarnai prestasi emas Persib dalam satu dekade kemudian, di antaranya dengan menjadi runner-up Kompetisi Perserikatan 1983 dan 1985, juara 1986, 1989/1990, 1993/1994, serta Liga Indonesia 1994/1995.

"Di era profesional, kami tidak akan pernah melupakan peran besar Mang Ihin dalam membangun nama besar dan prestasi Persib di masa lalu. Hatur nuhun Mang Ihin atas segala dedikasinya untuk Persib," ujar Director of Operational PT PERSIB Bandung Bermartabat, Muhammad Iskandar