Sukses

Pemain Manchester United Masih Berjuang Pulih dari Pelecehan Rasis di Final Euro 2020

Penyerang Borussia Dortmund, Jadon Sancho akui belum pulih sepenuhnya dari tindakan pelecehan rasis yang dialami dirinya saat gagal mengeksekusi penalti untuk Inggris pada final Euro 2020.

Liputan6.com, Jakarta Pemain milik Manchester United Jadon Sancho mengungkapkan bahwa dirinya belum sepenuhnya pulih dari pelecehan rasis yang dialaminya setelah kekalahan Inggris dari Italia melalui adu penalti di final Euro 2020.

Pada Juli 2021, Sancho bersama Bukayo Saka dan Marcus Rashford gagal mengeksekusi penalti dalam pertandingan di Stadion Wembley, yang menyebabkan Inggris kehilangan kesempatan meraih trofi besar pertama mereka sejak 1966. Ketiganya, yang berkulit hitam, menjadi sasaran serangan rasis online, yang memicu kecaman luas dan penyelidikan polisi.

“Kadang-kadang hal ini masih ada di kepala saya,” kata Sancho dalam wawancara yang diterbitkan pada Kamis (30/5/2024). “Saya rasa saya belum sepenuhnya pulih dari hal itu, tapi saya berusaha yang terbaik untuk mengatasinya,"

"Reaksi yang kami terima sangat tidak menyenangkan. Berada di London, tidak pernah terbayangkan dalam sejuta tahun bahwa kami akan menerima perlakuan seperti itu, terutama saat mewakili negara kami. Itu adalah kenangan yang berusaha saya lupakan, namun tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Jadi, ini adalah salah satu kenangan yang harus Anda coba lewati dan tetap bersikap positif," imbuh Sancho.

2 dari 3 halaman

Sancho Bersiap Kembali ke Wembley untuk Final Liga Champions

Sancho akan kembali ke Wembley untuk final Liga Champions pada hari Minggu (2/6/2024) WIB, di mana dia akan menjadi bagian dari skuad Borussia Dortmund yang menghadapi juara 14 kali, Real Madrid.

Pemain berusia 24 tahun ini mengakui bahwa persiapan untuk pertandingan terbesar di klub sepak bola Eropa adalah pengalaman yang "tidak nyata", mengingat awal kariernya yang sederhana dan musim yang tidak terduga yang dimulai di Manchester United.

Sancho, yang bergabung dengan United dari Dortmund pada tahun 2021, kembali ke Jerman pada bulan Januari setelah berselisih dengan manajer Manchester United, Erik ten Hag, di awal musim.

"Sejujurnya, ini terasa tidak nyata," katanya. "Saya masih belum bisa sepenuhnya menerima kenyataan ini. Mungkin dalam beberapa hari ke depan, saat kita melakukan perjalanan ke London, barulah saya akan merasakan dampaknya,"

3 dari 3 halaman

Perjalanan Kembali ke Final dengan Harapan Baru

Jadon Sancho adalah tipe orang yang sangat mementingkan kepercayaan dan kesetiaan dalam hubungan. "Saya adalah tipe orang yang tidak suka menjalin pertemanan baru. Saya sangat mementingkan kepercayaan—sulit bagi saya untuk memercayai orang lain. Namun, tumbuh di Selatan London, itulah yang diajarkan kepada kita, seperti satu keluarga besar. Itu sebabnya saya merasa sangat terhubung dengan Dortmund," ungkap Sancho.

"Ini agak gila, Anda tahu, saya tidak berpikir siapa pun akan mengharapkan hal ini—saya berada di final Liga Champions, terutama di negara asal saya. Saya sangat senang," tambahnya.

Perjalanan Sancho ke final Liga Champions bersama Borussia Dortmund menyoroti kekuatannya dalam menghadapi berbagai rintangan. Dari pelecehan rasis yang dialaminya setelah final Euro 2020 hingga konflik internal di Manchester United, Sancho terus menunjukkan keteguhan hati.

Kembali ke Wembley kali ini membawa makna yang lebih dalam bagi Sancho. Stadion yang pernah menjadi saksi momen pahit dalam hidupnya kini menjadi panggung bagi sebuah babak baru. Dia tidak hanya membawa harapan untuk kemenangan Dortmund, tetapi juga harapan untuk masa depan yang lebih inklusif dan bebas dari rasisme.