Sukses

Jadi Pemegang Hak Siar Olimpiade Paris 2024, SCM Beber Alasan Rela Bayar Lisensi Berharga Mahal

Direktur SCM David Suwarto mengungkap alasan pihaknya berani membayar lisensi berharga mahal demi mendapat hak siar resmi untuk Olimpiade 2024 Paris.

Liputan6.com, Jakarta Direktur SCM David Suwarto mengungkap alasan pihaknya berani membayar lisensi berharga mahal demi mendapat hak siar resmi untuk Olimpiade Paris 2024.

Seperti diketahui, SCM di bawah naungan Emtek Grup memang kembali mendapat kepercayaan menjadi medium penyiaran untuk kompetisi olahraga multievent terbesar dunia di Indonesia.

Pengumuman mengenai terpilihnya SCM sebagai official broadcaster Olimpiade Paris 2024 disampaikan melalui konferensi pers yang digelar di SCTV Tower, Senayan, Jakarta Pusat pada Rabu (19/6/2024).

Dengan memanfaatkan saluran televisi, jaringan tv satelit, dan platform OTT miliknya, SCM berkomitmen menyajikan tayangan terbaik. Hal ini dilakukan demi memastikan masyarakat Indonesia bisa menyaksikan perjuangan atlet-atlet Tanah Air di panggung dunia.

Menariknya, Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo membeberkan sendiri bahwa biaya lisensi untuk mendapatkan hak siar Olimpiade sejatinya tidak murah. Malahan, diklaim ada lonjakan harga license fee ajang edisi ini jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.

"Kami selaku pemerintah sangat mengapresiasi EMTEK Grup yang sudah berani mengambil hak siar untuk perhelatan Olimpiade," ucap Menpora dalam konferensi pers di SCTV Tower, Senayan, Rabu (19/6/2024).

"Kami juga mendengar bahwa untuk Olimpaide Paris 2024 ini, harga hak siarnya melonjak tinggi. Tetapi Emtek Grup berani ambil demi menyiarkan perjuangan atlet-atlet Indonesia di perhaltan olahraga tertinggi di dunia," sambung dia.

2 dari 3 halaman

Alasan SCM Rela Beli Hak Siar Olimpiade 2024

David Suwarto selaku Direktur SCM pun mengungkap alasan pihaknya berani ambil langkah besar untuk kembali jadi pemegang hak siar resmi Olimpiade Paris 2024 di Indonesia.

Dia tak menampik bahwa secara profit, keputusan ini bisa jadi tak menguntungkan lantaran harga hak siar tergolong mahal. Walau begitu, David menilai langkah ini merupakan bagian dari bentuk layanan masyarakat oleh SCM.

"Dari segi komersil, kita berharap bisa (menutup). Akan tetapi, dari pengalaman sebelumnya, sulit karena memang lisensi olahraga tidak dibayar dalam rupiah," ucap David kepada awak media.

"Tadi sempat disentil sedikit bahwa di Indonesia ini biasanya (kebiasaan masyarakat memilih) menontonnya gratis. Indonesia juga baru mulai belajar untuk mau membayar ketika menonton tayangan berkualitas."

"Kalau dari kami, sebagian kita berharap (langganan menonton Olimpiade) bisa nutup (modal membayar lisensi). Namun, di sisi lain kita juga merasa ini adalah bentuk layanan masyarakat karena Indonesia sudah begitu baik ke grup SCM," tambahnya.

3 dari 3 halaman

Naikkan Derajat Atlet Olimpiade

Tak sampai di situ, David Suwarto juga memandang ada dampak positif lain yang bisa hadir lewat tayangan Olimpiade Paris 2024, terlepas dari aspek materi.

Menurutnya, sorotan terhadap atlet-atlet yang tampil juga dapat membantu mendorong perkembangan penggawa olahraga Indonesia sekaligus meningkatkan derajat mereka.

"Kita baru-baru ini melihat prestasi di berbagai macam cabang olahraga, kita percaya ini hanya tinggal tunggu waktu. Kalau kita dukung terus, dampak terbesarnya menurut saya akan untuk atletnya," papar David.

"Misalnya dulu kita juga menayangkan Asian Games 2018, dan banyak hidup atlet berubah karena disiarkan dengan baik. Seluruh orang Indonesia tahu dan mendukung dia, banyak sponsor yang melihat juga, sehingga mereka mendapat penghasilan lebih."

"Memang secara olahraga kita nomor 55 (berdasarkan Olimpiade Tokyo 2020), tetapi bisa saja naik secara signifikan dan itu akan mengangkat semua, dari segi atlet, kehidupan mereka, satu negara kita juga bisa bangga. Itu memang harapan-harapan lain yang sulit diungkapkan dari segi angka, tapi jadi alasan kami mengambil rights meski tidak untung," tandasnya.