Sukses

7 Bintang Asia Sepanjang Sejarah Liga Inggris: Didominasi Pemain Korea Selatan

Inilah tujuh bintang terbaik dari Asia yang menghiasi sejarah Liga Inggris!

Liputan6.com, Jakarta - Liga Inggris menjadi ajang bagi pemain-pemain terbaik dari berbagai belahan dunia, termasuk Asia. Sejak Premier League diperkenalkan pada tahun 1992, beberapa tim terbesar telah memiliki pemain-pemain dari benua Asia.

Salah satu pemain Asia terkini yang mencuri perhatian di Liga Inggris adalah Son Heung-min dari Tottenham Hotspur. Pemain asal Korea Selatan ini telah bermain di Liga Inggris sejak tahun 2015 dan bukanlah pemain biasa-biasa saja. Son memiliki kemampuan yang luar biasa dan menjadi salah satu pemain kunci di Tottenham.

Ia menjalin kemitraan yang mengesankan dengan Harry Kane sebelum kepergian sang kapten. Selain Son, ada juga Takehiro Tomiyasu yang baru-baru ini memperpanjang kontraknya dengan Arsenal. Pemain asal Jepang ini dengan cepat mendapatkan perhatian para pendukung Arsenal dan menjadi pemain kunci ketika fit.

Berikut ini adalah tujuh pemain terbaik asal Asia dalam sejarah Liga Inggris. Penilaian ini didasarkan pada penampilan, gelar yang dimenangkan, dan arti penting sang pemain bagi tim.

2 dari 8 halaman

1. Lee Chung-Yong (Korea Selatan): Bolton, Crystal Palace

Lee Chung-Yong dianggap sebagai pahlawan di Bolton Wanderers ketika ia bergabung dengan klub tersebut pada tahun 2009. Pemain sepak bola asal Korea Selatan ini berhasil meraih penghargaan Pemain Terbaik Musim Ini setelah tampil impresif bersama Bolton selama musim 2009/2010.

Setelah Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, banyak laporan yang menghubungkannya dengan kepindahan ke Liverpool. Namun, Lee memilih untuk tetap setia bersama Bolton meskipun spekulasi terus berlanjut. Namun, nasib sial menimpa Lee ketika ia mengalami patah kaki yang parah dalam pertandingan persahabatan pra-musim sebelum dimulainya musim 2011/2012.

Cedera tersebut membuatnya harus absen hampir sepanjang musim dan ia hanya mampu tampil dua kali saat Bolton terdegradasi dari Liga Inggris. Meski begitu, Lee tetap setia bersama klub tersebut saat mereka melanjutkan petualangan di divisi kedua sepak bola Inggris sebelum akhirnya ia pindah ke Crystal Palace. Selama karier di Premier League, Lee telah mencatatkan statistik yang mengesankan.

Ia telah tampil sebanyak 105 kali dan berhasil mencetak 8 gol. Klub-klub yang pernah ia bela adalah Bolton Wanderers dan Crystal Palace. Meskipun perjalanan Lee di Premier League terbagi menjadi dua periode, yaitu tahun 2009-2012 dan 2014-2018, ia tetap menjadi pemain yang dihormati dan diakui oleh para penggemar sepak bola.

3 dari 8 halaman

2. Maya Yoshida (Jepang): Southampton

Awal perjalanan Maya Yoshida di dunia sepak bola Inggris tidaklah mudah. Ia menghadapi beberapa kesalahan yang mendapat kritik dari para pendukung Southampton. Namun, pemain asal Jepang ini berhasil menembus skuad inti dan menunjukkan peningkatan dalam permainannya.

Yoshida menjadi pemain yang solid dan berperan penting dalam menyelamatkan klub dari degradasi. Namun, penampilan terakhir Yoshida bersama The Saints sungguh memprihatinkan. Mereka menelan kekalahan telak 0-9 di kandang sendiri oleh Leicester City.

Setelah malu tersebut, Yoshida hanya tampil dua kali lagi untuk Southampton sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi. Meski begitu, Yoshida telah mencatatkan 126 caps untuk negaranya dan terus bertambah. Ia hanya kalah dari dua pemain lain, yaitu Yasuhito Endo dengan 152 caps dan Yuto Nagatomo dengan 142 caps.

Secara statistik, Yoshida telah bermain untuk Southampton selama delapan tahun, dari tahun 2012 hingga 2020. Ia telah tampil sebanyak 154 kali dan mencetak 6 gol.

4 dari 8 halaman

3. Ali Al-Habsi (Oman): Bolton Wanderers, Wigan Athletic

Ali Al-Habsi telah lama bermain di level tertinggi sepak bola Inggris. Namun, baru pada musim ketiganya di Bolton, Al-Habsi akhirnya mendapatkan kesempatan bermain di Premier League. Sayangnya, dia hanya bermain sepuluh kali dalam musim itu. Setelah itu, Al-Habsi kembali duduk di bangku cadangan selama beberapa musim sebagai pengganti Jussi Juskalainen.

Pada tahun 2010, Al-Habsi memutuskan untuk bergabung dengan Wigan dan menjadi kiper utama di klub tersebut. Keputusannya membawa dampak positif, karena dia berhasil memenangkan Piala FA bersama Wigan setelah mengalahkan Manchester City di final tahun 2013. Kemenangan tersebut tidak lepas dari gol yang dicetak oleh Ben Watson di menit-menit akhir pertandingan. Meskipun Al-Habsi hanya menjadi pemain pengganti dalam final tersebut, dia telah berkontribusi sepanjang kompetisi sebelum final.

Hal ini membuatnya berhak mendapatkan medali juara. Selama karirnya di Premier League, Al-Habsi telah tampil sebanyak 111 kali dan mencatatkan 23 clean sheets. Ali Al-Habsi adalah sosok yang patut diacungi jempol. Meskipun mengalami beberapa kali penempatan di bangku cadangan, dia tidak pernah menyerah dan terus berjuang untuk mendapatkan kesempatan bermain.

Keputusannya untuk bergabung dengan Wigan juga membuktikan bahwa dia adalah seorang pemain yang berani mengambil risiko demi meraih kesuksesan. Prestasinya dalam memenangkan Piala FA bersama klubnya menunjukkan bahwa Al-Habsi adalah seorang kiper yang handal dan berbakat.

5 dari 8 halaman

4. Takehiro Tomiyasu (Jepang): Arsenal

Seorang pemain serba bisa di posisi bek sayap mampu bermain dengan baik di lini tengah pertahanan. Takehiro Tomiyasu adalah salah satu yang terbaik dalam hal ini, terutama karena penampilannya yang konsisten ketika dalam kondisi fit. Ia bergabung dengan Arsenal setelah diperoleh dari klub Serie A Bologna, meskipun ada spekulasi yang mengaitkannya dengan kepindahan ke Tottenham Hotspur.

Tomiyasu dengan cepat membuktikan dirinya sebagai bek sayap kanan yang dapat diandalkan. Cedera yang dialami Tomiyasu, bersama dengan cedera William Saliba saat melawan Sporting CP di Liga Europa, dapat dikatakan menjadi dua faktor utama kegagalan The Gunners meraih gelar pada musim 2022/2023. Mikel Arteta, pelatih Arsenal, sering memuji Tomiyasu atas penampilannya yang luar biasa.

Membantu Arsenal meraih gelar Liga Inggris atau bahkan Liga Champions akan sangat membantu Tomiyasu mengamankan statusnya sebagai salah satu pemain Asia terbaik sepanjang masa di sepak bola Inggris. 

6 dari 8 halaman

5. Shinji Okazaki (Jepang): Leicester City

Shinji Okazaki adalah sosok yang tak tergantikan dalam perjalanan luar biasa Leicester City meraih gelar Premier League pada musim 2015/2016. Awalnya dianggap tim tanpa harapan, Leicester justru berhasil memimpin klasemen saat Natal. Di akhir musim, mereka sukses dengan gemilang, dan Okazaki pun diakui dengan penghargaan Pemain Terbaik Asia atas penampilannya yang luar biasa.

Energi yang tak pernah habis dan adaptasi yang sempurna dengan sistem permainan yang digunakan oleh Claudio Ranieri membuat Okazaki menjadi sosok yang sangat dibutuhkan. Meski hanya mencetak dua gol di Premier League, namun ia mampu menutupi kekurangan tersebut dengan kerja keras dan intensitas tinggi yang dimiliki.

Selama berada di Inggris, Okazaki berhasil menjadi pemain Jepang dengan skor tertinggi di Premier League. Statistiknya membuktikan bahwa ia telah bermain sebanyak 114 kali dan mencetak 14 gol selama karier di Leicester City. Dengan segala prestasinya, Okazaki telah membuktikan bahwa keberhasilan tak hanya ditentukan oleh jumlah gol yang dicetak, melainkan juga kerja keras, semangat tak kenal lelah, dan dedikasi yang tinggi.

Ia adalah bukti hidup bahwa dengan usaha dan ketekunan, siapa pun dapat mencapai impian mereka.

7 dari 8 halaman

6. Son Heung-min (Korea Selatan): Tottenham Hotspur

Son Heung-Min bisa dikatakan sebagai salah satu pesepak bola terbaik yang pernah lahir dari Korea Selatan. Pada tahun 2015, Son bergabung dengan Spurs dengan biaya transfer sebesar 30 juta euro dari Hamburg SV. Sejak tiba di London Utara, Son telah menjadi favorit para penggemar berkat energi dan produktivitasnya yang tak pernah habis di area akhir lapangan.

Kerja sama yang baik dengan mantan kapten, Harry Kane, telah membantu Son menjadi pemain reguler di tim Tottenham. Setelah kepergian Harry Kane, Son mengambil peran sebagai kapten, namun tanggung jawab tambahan tersebut tidak mempengaruhi penampilannya. Ia berhasil mencetak enam gol dalam tujuh pertandingan di Premier League selama musim 2023/2024.

Dengan total 23 gol yang dicetak Son pada musim 2021/2022, ia berhasil finis sebagai pencetak gol terbanyak bersama pemain Liverpool, Mohamed Salah. Son juga menjadi satu-satunya pesepak bola Asia yang berhasil mencapai angka 100 gol di Liga Inggris. Dalam statistiknya, Son telah bermain untuk Tottenham Hotspur sejak tahun 2015 hingga sekarang. Total penampilannya mencapai angka 293, dengan mencetak 117 gol.

8 dari 8 halaman

7. Park Ji-sung (Korea Selatan): Manchester United, QPR

Park Ji-Sung, pemain sepak bola Asia yang luar biasa, diakui secara luas sebagai salah satu yang terbaik di Premier League. Ia telah mengoleksi banyak gelar selama karirnya di Inggris. Dalam waktu yang singkat, Park berhasil meraih tiga gelar Premier League, tiga Piala Liga Inggris, empat gelar FA Community Shield, serta Liga Champions dan Piala Dunia Antarklub.

Totalnya, Park telah mengumpulkan 12 trofi, jumlah yang jauh lebih banyak daripada pemain lain dalam daftar. Prestasinya yang gemilang ini membuktikan betapa pentingnya perannya dalam tim Manchester United. Dalam 204 penampilannya, ia berhasil mencetak 28 gol dan memberikan 30 assist kepada rekan satu timnya.

Meskipun sempat bermain singkat bersama Queens Park Rangers, penampilan Park tidak terlalu berkesan. Ia hanya bermain dalam 25 pertandingan sebelum akhirnya meninggalkan klub tersebut. Dengan segala pencapaiannya yang mengagumkan, Park Ji-Sung telah mengukir namanya dalam sejarah sepak bola. Ia adalah bukti hidup bahwa pemain Asia juga bisa bersinar di kompetisi level tertinggi seperti Premier League.

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Terkini