Sukses

Veddriq Leonardo: Saya Atlet Pertama yang Bisa Memanjat Dinding di Bawah 5 Detik

Sebelum di Olimpiade, Veddriq menyabet medali emas Piala Dunia Panjat Tebing di Korea Selatan pada 2023 dan Amerika Serikat pada 2021.

Liputan6.com, Jakarta Lagu Indonesia Raya akhirnya berkumandang di Olimpiade 2024 Paris. Emas pertama Indonesia berhasil diraih atlet panjat tebing Veddriq Leonardo yang mengalahkan atlet asal Tiongkok, Wu Peng untuk nomor speed di Le Borguet Climbing Venue, Paris, Prancis, Kamis (8/8/2024) petang Waktu setempat.

Veddriq berhasil memenangkan medali emas Olimpiade Musim Panas 2024 dengan catatan waktu 4.75 detik atau lebih cepat 0.02 detik dari Wu Peng setelah memanjat setinggi 15 meter. Capaian tersebut sungguh membanggakan karena ini merupakan medali emas pertama bagi Kontingen Indonesia di Olimpiade 2024 Paris dan kali pertama pula medali emas diraih Indonesia dari cabang selain bulutangkis.

Lahir pada 11 Maret 1997 di Pontianak, Kalimantan Barat, Veddriq merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Sumaryanto dan Rosita. Pilihan untuk menekuni olahraga panjat tebing sudah ditekuni Veddriq sejak SMA. Saking bersemangatnya, Veddriq bahkan membuat sendiri dinding panjat tebing kategori boulder di sekolahnya dengan bantuan sang Ayah.

Tak hanya Latihan, Veddriq juga sering mengikuti sejumlah kejuaraan panjat tebing dari satu daerah ke daerah lain di Kalimantan Barat, bahkan berkompetisi di luar Kalimantan Barat. Tak puas hanya Latihan di sekolah, Veddriq juga membuat sarana Latihan sederhana di rumahnya.

Dalam sebuah kesempatan Rosita mengakui, anaknya adalah sosok yang gigih dan pekerja keras. Karena itu sejak dirinya yakin Veddriq pasti akan meraih prestasi. Keyakinan Rosita tak goyah bahwa suatu saat anak laki-laki satu-satunya ini akan membuat bangga keluarga.

Keyakinan yang sama juga dirasakan Sumaryanto. Sang ayah yang berprofesi sebagai tukang kayu menceritakan sejak lama anaknya selaku bersikap optimis bisa mencapai keinginannya. Saat di rumah Vedriq menyempatkan diri berlatih dengan beban untuk kekuatan tanggannya. Tak hanya itu, dia juga melakukan latihan restok pull up memanfaatkan kosen pintu rumah. Semua itu dilakukan secara konsisten tanpa henti.

Hasilnya, ketekunan Veddriq berbuah medali emas di Olimpiade 2024 Paris. Namun, ini bukan kali pertama, karena Veddriq sudah berulang kali mengharumkan nama Indonesia di pentas international. Sebelum di Olimpiade, Veddriq menyabet medali emas Piala Dunia Panjat Tebing di Korea Selatan pada 2023 dan Amerika Serikat pada 2021.

Tak hanya itu, Veddriq merupakan atlet pemegang rekor dunia. Terbaru dia memecahkan rekor dunia pada International Federation of Sport Climbing (IFSC) 2023 di Seoul Korea Selatan pada 28 April 2023. Pencapain ini memecahkan rekor sebelumnya yang dipegang atlet Indonesia sekaligus rekannya yakni Kiromal Katibin pada 8 Juli 2022 di Prancis.

Lantas, apa lagi mimpi Veddriq yang belum terwujud? Berikut petikan wawancara Sheila Octarina dengan Veddriq Leonardo dalam program Bincang Liputan6.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Latihan di Ventilasi Pintu Rumah

Bisa diceritakan awal tertariknya kamu dengan dunia panjat tebing?

Awal mulanya waktu pertama kali masuk SMA, di kelas 1 kita diwajibkan ikut ekskul minimal satu. Kalau pramuka sudah pernah waktu SMP, paskibra enggak terlalu tertarik. Kalau olahraga kan pilihannya paling kalau enggak basket atau voli. Itu kan bukan keahlian saya waktu itu, juga enggak terlalu tertarik di situ.

Terus ada Sispala, kalau Sispala ini kan baru dengar dan tahunya waktu di SMA, jadi kenal panjat tebing dari situ. Ketika gabung ekskul itu, salah satu kegiatannya adalah latihan panjat tebing. Kemudian juga ada kompetisi antarpelajar, baru dari situ muncul rasa suka.

Tapi sempat kepikiran enggak sebenarnya untuk jadi atlet?

Pernah, waktu kecil ya memang kepengen jadi atlet, sepakbola atau bulutangkis gitu. Tapi enggak pernah diseriusi, cuma main doang atau paling kayak lomba antarkelas waktu SD.

Pas awal-awal itu kamu latihannya di mana?

Latihan itu kalau enggak di Pengcab FPTI Kota Pontianak sama di sekolah kita dibikinin mini boulder. Kalau di rumah paling cuma pull up sama kayak pull up gitu, gantungan gitu.

Gantungan di mana?

Di ventilasi pintu rumah.

Kalau kamu masih ingat, kompetisi pertama apa sih yang pernah kamu ikuti di Pontianak?

Kompetisi pertama waktu saya kelas 1 SMA. Ada kompetisi antarpelajar se-SMA se-Kota Pontianak. Itu kategori lead untuk pelajar pemula. Pengalamannya buruk waktu itu, jadi cuma baru megang start terus jatuh. Jadi gagal banget waktu itu karena ini masih baru kan.

Nah, untuk sampai ke titik sekarang gitu ya, siapa sih orang yang paling berperan untuk men-support kamu?

Di titik sekarang yang pasti orangtua, kemudian pelatih. Kalau orangtua itu lebih banyak ke arah mendoakan, men-support, terus memberi dukungan. Selalu setiap pertandingan atau kayak waktu awal-awal kan masih seleksi gitu, Beliaulah yang selalu memberi semangat.

 

3 dari 5 halaman

Atlet Pertama dengan Rekor Fantastis

Kalau ngomongin Olimpiade Paris yang kemarin pasti seru banget ya? Dan itu pengalaman yang enggak akan kamu lupakan seumur hidup?

Benar.

Tapi ada enggak sih pertandingan atau kompetisi yang enggak bisa kamu lupakan selain Olimpiade Paris?

Ada, kompetisi World Cup di USA tahun 2021. Karena waktu itu saya bisa memecahkan rekor dunia di catatan 5,20 detik.

Cepat banget ya? Selain itu bukannya di Korea juga pernah?

Iya, di Korea itu juga pecah rekor. Waktu itu jadi atlet pertama yang bisa memanjat di bawah 5 detik, 4,90 waktu itu, 4,98 kemudian saya pecahin lagi di babak berikutnya 4,90.

Kalau Olimpiade Paris kemarin berapa detik?

4,75 detik.

Apa sih persiapan kamu selama Latihan?

Yang pasti persiapannya itu fisik, terus teknik dan mental. Kalau fisik kita setiap hari latihan pull up seperti latihan gym, pull up, squat. Kemudian kita latihan tekniknya di wall, kita melakukan pengulangan pemanjatan. Kemudian kalau untuk mental kita sering ya kompetisi, terus kita adain simulasi di sini.

Kamu pernah enggak merasa ada mental breakdown?

Sebagai manusia ya manusiawilah itu pernah terjadi dan saya pikir semua orang pernah mengalaminya.

Dan akhirnya yang menjadi titik balik untuk memperkuat mental kamu itu apa?

Saya ingat dengan latihan yang sudah bertahun-tahun dan sangat berat gitu, enggak mungkin saya berlarut-larut dalam hal-hal yang kayak gitu sampai harus mengorbankan capaian selama ini.

Nah, pas Olimpiade Paris kemarin kamu persiapannya berapa lama?

Untuk Olimpiade Paris persiapan kita cukup lama ya, kurang lebih 4 tahun. Kita pelatnas mulai dari 2020.

Pas latihan itu pernah kepeleset enggak?

Pernah. Jadi kalau manjat itu risikonya dua, kepeleset atau enggak mencengkram gitu lepas cengkramannya. Jadi itu ya seringlah, sering terjadi.

Kalau dilihat sekarang, cabang olahraga panjat tebing bisa dibilang kurang terlalu diperhatikan dibandingkan olahraga populer kayak sepakbola dan badminton. Harapan kamu untuk cabang olahraga panjat tebing ke depannya bagaimana?

Kalau menurut saya sih diperhatikan, cuma kalah pamor saja, karena kan olahraga kayak bulutangkis dan sepakbola itu kan memang lebih populer gitu, di luar juga banyak peminatnya. Kalau di Indonesia kan ini kategorinya masih baru.

Tapi menurut saya sudah sangat luar biasa antusias masyarakat Indonesia sudah kenal sama panjat tebing. Harapannya buat olahraga panjat tebing yang semakin dikenal itu bisa menjadi salah satu olahraga yang mendapat perhatian khusus.

 

4 dari 5 halaman

Bawa Cokelat Setiap Tanding di Luar

Bagaimana seleksi untuk atlet panjat tebing yang akan ikut di Olimpiade?

Kalau buat panjat tebing kita ada namanya Olympic Qualifier Series. Jadi ada tiga tahapan kalau mau mewakili negara sebagai partisipan Olimpiade. Yang pertama ada di World Champ, waktu itu di Bern, Swiss.

Nah kuotanya yang bakal lolos untuk ke Olimpiade itu hanya dua, peraih emas dan peraih perak. Terus fase berikutnya itu ada kontinental, jadi Asia itu cuma dapat satu kuota per benua, itu peraih medali emas yang lolos Olimpiade.

Yang terakhir itu Olympic Qualifier Series, itu ada dua series di Shanghai dan di Budapest, dan itu meloloskan lima atlet terbaik. Saya sendiri lolos di Olympic Qualifier Series yang Shanghai-Budapest itu.

Kabarnya saat berangkat ke Paris kamu juga membawa bekal cokelat, apa benar?

Benar.

Kenapa harus cokelat?

Pertama suka, yang kedua memang sudah kebiasaan saja kalau tiap tanding ke luar negeri bawa cokelat, kalau lapar makan cokelat sebelum bertanding.

Atlet boleh ya makan cokelat, kan banyak gulanya?

Boleh dong. Justru itu kan memberi gula secara instan, gula darah naik dan itu bisa membantu untuk performa. Kalau menurut saya seperti itu.

Makanan atlet itu diatur enggak sih?

Kalau makanan ya pasti diatur. Yang pasti makanannya harus yang bernutrisi, yang kaya vitamin, protein, dan enggak boleh sembarang makanan jajan-jajan di luar. Selama persiapan mau Olimpiade Paris kemarin menunya daging terus ayam, telur, sayur-sayuran, kadang juga ikan. Nah itu menu kita setiap hari.

Tapi kalau untuk atlet panjat tebing mah enggak terlalu gimana-gimana. Yang penting kita bisa mengontrol terus kalau yang menu-menu yang kurang menyehatkan itu kita hindari.

Apa pengalaman menarik yang kamu dapatkan di Paris?

Pengalaman menarik di Paris itu waktu di Olympic Village. Kita banyak ketemu atlet-atlet dari luar negeri dan itu keren banget gitu. Maksudnya kita berada di satu tempat dan kita mewakili negara dan terus membawa spirit dan itu sangat keren menurut saya.

Kita juga bisa melihat kegiatan mereka yang sangat disiplin. Pagi mereka sudah pada latihan, sudah pada conditioning, terus malamnya sudah pada istirahat gitu. Dan mereka orang-orang hebat di cabangnya mereka.

Sempat kenalan enggak sama mereka?

Kalau kenalan sih enggak ya, karena saya juga kurang komunikatif.

5 dari 5 halaman

Momen Paling Membahagiakan

Apakah kamu sempat merasa terbebani karena Chef de Mission mengatakan cabang panjat tebing ditarget dapat emas?

Kalau terbebani enggak ya? Maksudnya kita semua punya tugas, punya tanggung jawab memang harus bawa yang terbaik buat Indonesia. Tapi memang di saat itu kan banyak masyarakat Indonesia yang sudah mulai khawatir karena Indonesia belum bawa medali emas waktu itu sampai hari-hari akhir.

Jadi harapan terakhirnya di panjat tebing tinggal saya. Kalau rasa tertekan sih enggak, malah kayak lebih termotivasi deh kayaknya. Karena sebagai satu-satunya wakil buat panjat tebing dan itu memang harus saya lalui dan alhamdulillah bisa bawa medali emas buat Indonesia.

Apa yang kamu rasakan saat mendapat pengalungan medali emas di Olimpiade Paris?

Yang pasti senang banget, bahagia terus bangga. Ini mimpi saya gitu, mimpi yang saya inginkan dan akhirnya terwujud. Dan masyarakat Indonesia, terutama yang hadir waktu itu yang menonton saya juga sangat bahagia dan terharu melihat saya dan itu momen yang sangat membahagiakan buat saya.

Target ke depan ada apa nih?

Mau mempersiapkan diri lagi buat event-event berikutnya, yang pasti ada World Cup, Asian Games, dan Olympic tentunya di LA 2028 dan itu akan menjadi fokus saya.

Kalau yang terdekat?

Ada World Cup di Korea pada Oktober tahun ini.

Pas pulang dari Paris kemarin kamu tidak langsung ke Pontianak melainkan ke Jakarta, ada agenda apa?

Agendanya antara lain ketemu Pak Presiden dan diundang ke Istana. Terus diarak-arak sama Kemenpora menuju ke Istana.

Sudah ketemu orangtua?

Sudah, orangtua menjemput di bandara waktu itu, dikasih surprise sama FPTI. Orangtua dibawa ke Jakarta, jadi pas pulang langsung disambut sama orangtua.

Kalau pacar bagaimana?

Pacar belum punya.

Enggak sempat mikirin pacaran ya?

Ya pengen fokus dulu, karena kayaknya susah deh. Apalagi harus fokus di panjat tebing gitu kan. Yang pasti ini juga bukan cuma target saya, ini juga tanggung jawab.

Kalau lagi libur kamu boleh kan jalan-jalan keluar dari Pelatnas?

Boleh, boleh jalan sekitaran-sekitaran sini boleh. Yang dekat-dekat saja. Tapi saya sih jarang keluar, karena capek banget habis latihan terus hari libur saya pakai buat istirahat lagi.

Selama proses latihan yang bisa dibilang setiap hari, kamu pernah enggak merasa bosan?

Kalau bosan sih enggak, karena lingkungannya seru di sini, teman-temannya kompetitif, jadi enggak ada pikiran buat kayak kendor gitu, jadi gass terus sih.

Boleh dong sampaikan pesan-pesan buat anak muda atau Gen Z seperti kamu?

Ya, untuk mencapai segala sesuatunya kita harus fokus, kemudian konsisten. Kita dedikasikan masa muda untuk hal-hal yang produktif, untuk membangun bangsa dan jangan pernah menyerah.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.