Sukses

Presiden FIFA: Ada Kesalahan Pilih Qatar Jadi Tuan Rumah

Presiden FIFA Sepp Blatter mengaku penunjukan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia bisa jadi merupakan sebuah kesalahan.

Piala Dunia 2022 untuk pertamakalinya akan dilangsungkan di Timur Tengah. Qatar terpilih jadi tuan rumah ajang pesta sepakbola sejagad itu. Sayangnya, perhelatan sepakbola terbesar di dunia itu tengah menghadapi masalah pelik. Sebab, banyak pihak yang mempertanyakan tentang kondisi cuaca Qatar yang panas menyengat pada musim panas.

Piala Dunia merupakan event olahraga yang dilangsungkan pada musim panas, sekitar Juni hingga Juli. Namun, menggelar Piala Dunia di Qatar saat musim panas tiba, bukan tidak mungkin akan membuat pesepakbola akan cepat kehabisan cairan tubuh alias dehidrasi. Bagaimana tidak, suhu udara di Qatar saat musim panas diperkirakan mencapai 50 derajat Celsius.

FIFA selaku badan otoritas tertinggi persepakbolaan dunia pun beberapa kali mencoba untuk mencari solusi. FIFA sempat menelurkan rencana untuk menggeser perhelatan turnamen sepakbola yang telah ada sejak 1930 itu, dari musim panas ke musim dingin. Namun, rencana itu mendapat banyak penolakan dari berbagai pihak, terutama dari beberapa liga domestik Eropa yang menganggap Piala Dunia diadakan pada musim dingin (sekitar akhir tahun) maka akan mengganggu jadwal liga-liga domestik yang sudah tersusun rapi.

Presiden FIFA Sepp Blatter pun akhirnya kembali angkat bicara soal penyelenggaraan Piala Dunia 2022 itu. Blatter yang dalam beberapa kesempatan terlihat optimistis mendukung Piala Dunia musim dingin di Qatar, mengakui bahwa keputusan memilih Qatar adalah sebuah kesalahan. Tapi, bukan kesalahan FIFA, melainkan kesalahan Eropa.

"Dalam satu waktu, hal ini mungkin saja akan menjadi sebuah kesalahan," ujar Blatter seperti dilansir BBC mengutip insideworldfootball.com.

"Di sisi lain, Anda juga harus bisa memahami keadaan politik dan geopolitik yang menjadi kenyataan di satu wilayah," ungkap pria yang bercita-cita menjadi komentator itu menjelaskan.

"Piala Dunia adalah acara terbesar FIFA, atau sebuah pergelaran global. Siapa sangka jika penyelenggaraan event ini harus memenuhi kebutuhan 800 juta jiwa orang Eropa," kata Blatter menerangkan.

"Saya pikir sudah waktunya untuk Eropa mulai mengerti mereka tidak dapat lagi mengatur dunia, dan untuk sebagian bekas negara Eropa yang memiliki kekuatan tidak dapat lagi memaksakan keinginannya kepada negara lain," tandas Blatter.

"Kita harus bisa mencoba untuk menghilangkan pemikiran sepakbola adalah milik Eropa dan Amerika Selatan. Sepakbola telah menjadi bagian dari olahraga dunia yang memiliki jutaan suporter yang menantikannya setiap pekan, di mana pun di muka bumi ini," tutur Blatter menegaskan.

Oleh karena itu, Blatter akan tetap pada keputusannya untuk bertemu dengan Komite Eksekutif FIFA bulan depan. Bersama Komite Eksekutif, Blatter akan mengajukan proposal untuk mengganti waktu penyelenggaraan Piala Dunia 2022 pada musim dingin. (Vin)