Sukses

Kisah Alex Ferguson: Menggenggam Inggris Hingga Pensiun [5-Habis]

Setelah sukses meraih treble-winner di musim 1998-1999, karier Sir Alex Ferguson terus meroket. Fergie jatuh bangun di MU hingga pensiun.

Akhir tahun 1990-an jadi masa keemasan seorang manajer asal Skotlandia bernama Alexander Chapman Ferguson. Sosok fenomenal yang tadinya hanyalah bocah ingusan dari ayah yang bekerja sebagai buruh perakitan kapal di Skotlandia itu tumbuh menjadi seorang manajer legendaris di persepakbolaan Inggris, Eropa, bahkan dunia. Tokoh pelatih legendaris itu lebih dikenal dengan nama Sir Alex Ferguson.

Fergie meniti karier dari bawah, sebagai pemain bola amatir, lalu terjun ke dunia sepakbola profesional, dan berlanjut menjajal sebagai manajer paruh waktu. Pembelajaran terus berjalan, yang akhirnya membawa Ferguson sampai berhasil menjadi sosok legendaris yang memiliki banyak 'musuh' selama dirinya mengarsiteki Manchester United selama 26 tahun.

Tidak seperti manajer lain yang kerap mendapati penurunan performa, kemampuan Ferguson justru terus membaik dari musim ke musim, walau tidak jarang pula dianggap sebagai pecundang ketika gagal memberikan gelar untuk The Red Devils.



Treble-Winner dan Kesuksesan yang Terus Berlanjut

Bersama generasi emas Manchester United, Sir Alex Ferguson yang hampir didepak setelah beberapa musim di awal kariernya berhasil menancapkan tajinya di Benua Eropa setelah meraih gelar Liga Champions musim 1998-1999.

Jauh sebelum berhasil meraih gelar juara Liga Champions, Ferguson baru bisa mendapatkan kepercayaan dari publik Manchunian, sebutan untuk pendukung MU, setelah meraih gelar juara Liga Premier 1992-1993. Usai memenangkan gelar pertamanya, Ferguson dan MU seakan tak terbendung lagi. Di musim berikutnya MU kembali meraih gelar juara. Sayangnya, Ferguson gagal mempertahankan gelar juara untuk ketigakalinya di musim 1994-1995 karena diserobot Blackburn Rovers.

Gagal meraih gelar, ternyata tidak membuat kemampuan dan semangat Ferguson menurun. Masih bersama dengan pemain bintangnya seperti Nicky Butt, David Beckham, Ryan Giggs, Gary Neville, Paul Scholes, Roy Keane, Eric Cantona, Peter Schmeichel, dan beberapa pemain emasnya, Ferguson pun membawa MU bangkit di musim 1995-1996 dengan meraih gelar Liga Premier dan Piala FA. Tidak berbeda dengan musim sebelumnya, musim 1996-1997 Ferguson kembali membawa MU meraih gelar juara Liga Premier. Namun, lagi-lagi Ferguson gagal meraih gelar juara untuk tiga musim berturut-turut. Ketika itu, MU gagal menyalip Arsenal yang menjadi juara musim 1997-1998 dengan 79 poin, sementara MU hanya mengumpulkan 78 poin.

Kegagalan tersebut lagi-lagi tidak mempengaruhi penampilan MU di bawah asuhan Ferguson untuk menjalani kompetisi di musim berikutnya. Bukannya menurun, MU malah meraih kesuksesan yang belum pernah dicapai klub lain yang telah ada sejak 1878 itu, yakni meraih tiga gelar utama sekaligus alias treble-winner musim 1998-1999. Setelah meraih gelar juara Liga Premier dan Piala FA yang kelima, Ferguson menggiring MU untuk meraih gelar tertinggi di Benua Eropa, yakni juara Liga Champions 1998-1999.



MU berhasil menjadi juara setelah menang secara dramatis saat melawan Bayern Muenchen. Setelah tertinggal satu gol dari Muenchen yang mencetak gol di menit keenam, Ferguson berinisiatif untuk memasukkan Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solskjaer untuk menggantikan Jesper Blomqvist dan Andy Cole di menit ke-67 dan 81. Dua penyerang ini ternyata terbukti efektif, sebab dalam dua menit di menit-menit terakhir, Sheringham dan Ole Gunnar Solskjaer berhasil mencetak gol dan membalikkan kedudukan, sampai akhirnya mengangkat trofi juara Liga Champions.

Kesuksesan Ferguson terus berlanjut. Dengan tiga gelar di tangan, dan telah membukukan lima gelar juara Liga Premier, Ferguson pun seakan tak mau berhenti dan terus memburu gelar untuk MU. Tidak terasa sudah 13 tahun Ferguson mengarsiteki MU sejak kedatangannya pada September 1986.

Usai meraih treble-winner, Ferguson seakan tak terhentikan. Dua musim berikutnya, Ferguson berhasil mempertahankan gelar untuk MU selama tiga musim berturut-turut, yakni musim 1999-2000 dan 2000-2001. Akan tetapi kesuksesan Ferguson terhenti sejenak ketika Arsenal tampil menjadi juara di musim 2001-2002. Sementara MU secara mengejutkan finis di posisi ketiga.

Ferguson sempat mendapatkan penampilan terbaiknya lagi di musim 2002-2003 dengan memenangkan gelar juara Liga Premier. Gelar itu menjadi pencapaian untuk kedelapan kalinya yang berhasil diberikan Ferguson kepada MU. Akan tetapi, kesuksesan MU bersama Ferguson sempat mandek setidaknya dalam tiga musim, tepatnya di musim 2003-2004, 2004-2005, dan 2005-2006.

Ferguson yang gagal meraih gelar juara Liga Premier selama tiga musim, hanya mendapat hiburan dengan memenangkan tiga gelar yakni Piala FA dan Community Shield musim 2003-2004 dan satu gelar lagi di musim 2005-2006 dengan mengangkat Piala Liga. Namun, Ferguson kembali mendapatkan penampilan terbaiknya bersama MU di musim 2006-2007.

Gelar 'Raja Eropa' Kembali Didapat

Ferguson kembali mendapatkan sentuhan emasnya usai menjadi juara Liga Premier 2006-2007. Bukan hanya sentuhan, dengan skuatnya yang sudah matang seperti kehadiran Cristiano Ronaldo, Wayne Rooney, Park Ji Sung, Patrice Evra, Ryan Giggs, Nemanja Vidic, Luis Nani, dan Carlos Tevez, MU kembali meraih kejayaannya, bukan hanya di Inggris tapi juga Eropa.

Setelah memenangkan Liga Premier 2007-2008 dengan 87 poin, setelah menghadapi banyak tantangan di Liga Champions, MU secara dramatis tampil menjadi juara usai mengalahkan Chelsea lewat drama adu penalti. MU menang 6-5 dalam adu penalti di pertandingan yang dilangsungkan pada 21 Mei lima tahun silam itu di Stadion Luzhniki, Moskow.



Setelah kembali meraih gelar treble, MU semakin langgeng bersama Ferguson. Penampilan MU pun terbilang stabil. Sebab, setelah kembali mempertahankan gelar juara Liga Premier selama tiga musim berturut-turut untuk keduakalinya di musim 2008-2009, MU tidak pernah mencicipi peringkat ketiga.

MU sempat gagal meraih gelar juara di musim 2009-2010 dan hanya bisa meraih Piala Liga, akan tetapi semusim berikutnya, MU meraih gelar juara Liga Premier 2010-2011. Akan tetapi kembali terjerembab ke peringkat kedua di musim 2011-2012 setelah dikalahkan tetangga mereka, Manchester City, dengan poin yang sama, 89 poin. Sialnya, MU harus kalah karena selisih gol yang lebih sedikit dibanding MU.

Pensiun!

Sakit hati dikalahkan City, Ferguson menggebrak bursa transfer musim panas 2012. Ferguson tidak segan-segan membajak penyerang dari Arsenal, Robin van Persie. Keputusan Ferguson sangat tepat, sebab kehadiran Van Persie berhasil mendongkrak penampilan MU di musim 2012-2013. Dengan lebih dari selusin gol yang dicetak Van Persie, MU tampil berhasil menjadi juara Liga Premier untuk yang ke-20 kali, dan menjadi yang ke-13 untuk Ferguson.

Tigabelas gelar yang diraih Ferguson membuatnya dinobatkan menjadi manajer paling sukses di sepanjang Liga Premier. Dengan 13 gelar itu pula Ferguson membuat MU kokoh berdiri dengan status sebagai klub bergelar juara Liga Premier terbanyak, dua trofi lebih banyak dari Liverpool.



Setelah membukukan gelar ke-13 dan 26 tahun memanajeri MU, secara mengejutkan Ferguson memutuskan untuk pensiun sebagai manajer MU di akhir musim yang lalu. Ferguson pun langsung mencari suksesornya, dan menunjuk David Moyes. Gaung bersambut, Moyes setuju untuk menggantikan posisi Ferguson. Era baru untuk MU pun datang seiring dengan kehadiran Moyes di Old Trafford. (Vin)