Sukses

Kisah Maria Sharapova: Peri Jelita Kelahiran Nyagan [1]

Maria Sharapova seolah seperti terlahir untuk bermain tenis. Kecantikannya kian menambah sang bintang bersinar gemerlap.

Setiap jaman melahirkan bintangnya sendiri. Seorang bintang sejati terlahir melalui proses perjuangan yang panjang dan kerja keras tak kenal lelah. Sosok Maria Sharapova yang pernah menduduki ranking 1 WTA dan peraih tiga gelar grandslam ini telah mengalaminya. Di usianya yang masih muda itu, raihan prestasi masih terbentang lebar. Sharapova pun muncul sebagai ikon atlet yang modis dan cantik dengan segudang prestasi.

----------

"Aku ingin Masha nanti menjadi seorang petenis hebat. Aku akan memberikan yang terbaik dan akan mengajarinya tenis. Masha tidak akan aku sekolahkan di Soviet. Anakku akan belajar dan tinggal di negara yang berbeda," ujar Yury suatu ketika pada temannya.

Semua teman Yury tahu, pria itu memang penggemar berat tenis meski sebenarnya dia sendiri tak mampu bermain tenis dengan baik. Olahraganya tak lain bermain ski di pinggiran hutan di kota kecil Nyagan, Siberia di saat musim dingin tiba.

Yury amat bangga dengan putri pertamanya yang baru lahir. Tiap kali memandang bayi mungil yang lahir dengan bobot 2,4 kg dan panjang 47 cm itu, dirinya selalu merasa takjub. Bayi itu berambut lurus pirang bermata biru.

"Aku benar-benar telah menjadi seorang ayah," tuturnya dalam hati.

Dalam torehan buku hariannya, tanggal 19 April 1987 diberinya tanda khusus. Tanda istimewa ini tak mungkin pernah dilupakan. Itulah saat dirinya menjadi seorang pria sejati, ayah seorang putri yang memiliki panggilan kesayangan Masha.

Tak henti-hentinya ia bersyukur telah menikahi sang kekasih hati Elena di musim panas 1986, wanita menawan yang kini memberinya putri cantik. Ungkapan syukur itu mewujud dalam nama putrinya Maria Yuryevna Sharapova. Yury dan Elena menikah di Gomel, Belarussia asal-usul sang istri.  

Menghindari Bencana Nuklir Chernobyl

Nasib telah membawa Yury dan Elena meninggalkan tanah kelahirannya. Keputusan itu diambil selain untuk mencari tempat terbaik bagi perkembangan Masha putri mereka, juga dimaksudkan untuk menghindari radiasi nuklir akibat meledaknya reaktor nuklir Chernobyl yang berdampak luar biasa dahsyat.

Keluarga muda ini memilih tinggal di Sochi, sebuah kawasan berhawa sejuk di pinggiran Laut Hitam. Tempat ini menjadi salah satu area terbaik di Uni Soviet untuk berolahraga.

Sahabat Yury dan Elena, yang tinggal di Sochi Alexandr Kafelnikov, sangat gembira menyambut keputusan mereka pindah. Seperti ditulis Siberian Times, Alexandr bahkan sangat suka melihat si kecil Masha. Ketika bocah perempuan itu merayakan ulang tahunnya ke-4, Alexandr memberinya hadiah raket tenis. Inilah kali pertama, Maria memegang raket tenis. Tampaknya, sang sahabat tahu apa yang diimpikan Yury.

Sejak itulah, Maria sering bermain tenis dengan ayahnya di sebuah taman dekat tempat tinggal mereka.

"Anak itu spesial. Dia memiliki koordinasi tangan dan mata yang luar biasa," ujar pelatih veteran Rusia Yuri Yutkin terkesan saat pertama kali melihat permainan Maria.

Ketika berusia enam tahun, Maria datang di sebuah acara klinik tenis di Moskow yang waktu itu digelar petenis wanita nomot 1 dunia Martina Navratilova.

"Kamu berbakat. Belajarlah kamu di tempat pelatihan profesional Bollettieri Tennis Academy," ujar sang maestro dengan nada ramah.

Seiring jalannya waktu, Maria lalu direkomendasikan untuk belajar tenis di Nick Bollettieri Tennis Academy di Florida. Di tempat inilah nama-nama petenis besar dunia pernah belajar. Sebut saja Andre Agassi, Monica Seles, dan Anna Kournikova.

Bagaimanakah perjalanan karier Maria Sharapova selanjutnya? Mampukah Maria bersama sang ayah Yury dan Elena yang tak mampu berbahasa Inggris sama sekali hidup di Amerika Serikat? Ikuti Kisah Maria Sharapova: Peri Jelita di Lapangan Tenis. (Dari berbagai sumber)

Baca juga:
* Neymar Bantu Barca Lumat Sociedad
* Barca Naksir Trio Pemain Chelsea, Siapa Saja?
* Dilecehkan Penonton, Wasit Wanita ini Tinggalkan Lapangan
* Capello Sarankan Seorang Pemain untuk Pindah ke MU
* Insiden Balotelli, Tassotti: Pemain Harusnya Lebih Berpendidikan