Sukses

Kisah Mario Balotelli: Cinta Pertama Berlabuh di Inter Milan [2]

Mario Balotelli kecil tak bisa terlepas dari mainannya bola sepak. Main sepakbola seolah seperti menjadi takdir bagi Balotelli.

Kehidupan yang damai bersama keluarga orangtua angkatnya Francesco dan Silvia Balotelli begitu dinikmatinya. Suasana pedesaan Italia di Brescia yang sangat tenang dan nyaman.

"Brescia adalah rumah saya," ujar Balotelli sambil mengingat masa lalunya yang indah bersama kedua orangtua angkat dan tiga anak mereka Corrado, Giovanni, dan Cristina.

Kecintaan Mario pada permainan bola seolah bagaikan takdir. Mario kecil nyaris tak pernah terpisah dari bola mainannya. Di depan rumahnya, ada lapangan sepakbola mini lengkap dengan rumput dan gawangnya. Sejak berumur 3 tahun, Mario sudah akrab dengan mainannya itu.



"Di lapangan, saya merasa bebas. Saya bisa melakukan apa yang saya inginkan," ucap Mario Balotelli pada suatu kesempatan sambil mengingat lagi masa kecilnya dulu.

Mario remaja amat mengidolakan legenda Argentina Diego Armando Maradona. Sampai-sampai sang ibu membelikan DVD highlight karier Maradona yang ketika itu masih bermain di Napoli. Mario banyak belajar dari DVD Maradona. Tendangan bebas dan penalti ala Maradona dipelajari dan dipraktekkannya berulang-ulang.

"Dari sana saya mulai menembak. Ini soal mental. Jadi Anda harus bersikap tenang dan menunggu kiper bergerak. Jika kiper tetap, buatlah supaya kiper tak bisa menjangkau salah satu sudut," kata Mario menjelaskan.

"Saya bisa kehilangan penalti jika saya tidak konsentrasi atau menembaknya dari luar," ujar Mario dengan gaya berkelakar.

Debut Mario di Klub

Cinta pertama Mario berlabuh di Inter Milan. Ketika itu, umurnya masih 17 tahun. Ada masalah lama yang masih juga belum terselesaikan: masalah kewarganegaraan.

Meski Mario lahir dan besar di Italia, tak serta merta dirinya langsung menjadi warga negara negeri Pizza itu. Begitulah hukum Italia.

"Itu aturan bodoh! Saya menghabiskan waktu 18 tahun di Italia, dan saya belum Italia," kata Mario sambil bersungut-sungut geram mengingat masa itu.



Hingga umur 17 tahun, Mario belum pernah pergi ke tanah leluhurnya di Ghana, Afrika sama sekali. Namun untuk menghormati dan menunjukkan rasa cinta baktinya pada orangtua kandung, Mario memakai nama famili Barwuah di tengah nama panjangnya: Silvio Mario Barwuah Balotelli.    

Pelatih Inter Roberto Mancini mengendus bakat istimewa Mario Balotelli. Di partai final melawan Cagliari 17 Desember 2007, Mario dimainkan dan menjadi debutnya.

Penampilan bocah asal Brescia itu kian berkilau. Di final Piala Italia 2007-2008, Mario Balotelli menyumbangkan 2 gol bagi Inter Milan yang menggasak raksasa Juventus. Di ajang tersebut Balotelli menjadi pencetak gol terbanyak dengan 4 gol bersama Cruz dan Iaquinta.

Di ajang Serie A, gol pertama Mario Balotelli terukir saat melawan Atalanta April 2008. Ketika itu, Inter unggul 2-0 atas Atalanta. Kiprahnya bersama Inter Milan di bawah binaan Roberto Mancini kian nyata. Instingnya mencetak gol juga makin terasah dan tajam. Banyak klub besar Eropa mulai melirik bocah yang semasa kecilnya hiperaktif ini.

Momen 13 Agustus 2008

Mario Barwuah Balotelli mendapat kado sangat istimewa. Sehari setelah perayaan ulang tahun 12 Agustus, Mario resmi mendapatkan kewarganegaraan Italia tepat ketika berusia 18 tahun.

Waktu itu ada sedikit upacara di Balaikota Concesio yang dipimpin langsung sang Walikota Diego Peli.



"Saya ingin berterima kasih kepada keluarga saya atas dukungan mereka selama ini. Proses yang panjang. Saya senang menjadi warganegara Italia," katanya dengan raut muka sumringah. Acara itu dihadiri keluarga dan teman-teman dekat Mario.

Bermain di Ajang Internasional

Pelatih Timnas Italia U-21 Pierluigi Casiraghi kesengsem dengan penampilan Mario Balotelli. Dia pun dipanggil untuk bergabung di tim. Casiraghi memang tak salah pilih. Mario berhasil menyumbang sebuah gol ketika menghadapi Yunani, September 2008. Itulah gol pertama Balotelli di ajang internasional.



Mario Balotelli pun mencicipi ajang bergengsi Piala Champions. Tak hanya mampu mencetak gol, tapi Balo juga mencatatkan sejarah di Inter sebagai pemain paling muda yang mencetak gol di pertandingan Liga Champions. Waktu itu, November 2008, Inter bermain imbang 3-3 versus Anorthosis.

Perjalanan karier Mario Balotelli bersama Timnas Italia dan di berbagai kompetisi masih panjang. Bagaimana kisah Balo hingga mencicipi Liga Premier di Inggris? Mengapa akhirnya Balo 'pulang kampung' kembali ke Italia? Ikuti terus Kisah Mario Balotelli selanjutnya.