Sukses

Tiga Contoh Politisasi Evan Dimas Cs

Pertanyaan muncul sekarang, mungkinkah politik dan sepakbola bersatu, sebaiknya kita jangan mengulang kejadian pada tahun 2010 lalu.

Keberhasilan timnas Indonesia U-19 meraih dua prestasi ganda dalam kurun waktu dua bulan terakhir menjadi buah bibir di seluruh media massa dari Sabang hingga Marauke. Tapi prestasi itu justru dijadikan alat kampanye oleh beberapa pihak.

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo angkat suara mengenai politisasi Evan Dimas cs. Dia menilai pemberian penghargaan berupa hadiah kepada pemain tim nasional Indonesia U-19 sebagai contohnya. Namun politisi Partai Demokrat itu menyayangkan ada pihak-pihak yang ingin mendompleng Timnas U-19 untuk kepentingan politik.

"Ada seorang tokoh yang mendekati pemain Timnas U-19. Ini dilakukan untuk memanfaatkan, karena dia mau jadi calon legislatif dari daerah itu," keluh Roy.

Ada beberapa contoh beberapa politisi menjadikan timnas U-19 menjadi alat kampanye. Berikut tiga contoh diantaranya seperti yang dikutip dari berbagai sumber, Selasa (22/10/2013):

1. Klaim Marzuki Alie soal Timnas U-19

Ketua DPR Marzuki Alie mengatakan, kemenangan Indonesia semalam bukan karena kerja singkat. Melainkan hasil dari pembinaan empat tahun lalu yang dilakukan oleh LPI.

"Kemenangan ini bukan kerja singkat, tapi melalui proses kompetisi yang sudah berjalan hampir empat tahun yang dilakukan oleh LPI. Kompetisi sepakbola antar pelajar tingkat SMP, SMA dan universitas," kata Marzuki beberapa waktu lalu.

Menurut Marzuki, line up para pemain Timnas U-19 mayoritas berasal dari binaan LPI. Dia mengaku sebagai penggagas LPI saat kampanye Pemilu 2009 yang lalu.

"Rata-rata mereka yang masuk dalam U-19 tahun adalah mereka yang pernah main dalam LPI. LPI ini saya gagas tahun 2009 yang dibuka oleh SBY saat Pemilu Presiden 2009," tegas Wakil Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat ini.

2. Pemberian Hadiah dari beberapa Pemerintah Provinsi dan Caleg

Pemberian hadiah kepada anak asuh Indra Sjafri salah satunya dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat yang memberikan kado manis kepada gelandang Timnas Indonesia U-19, Maldini Pali berupa rumah seharga Rp 600 juta. Ini dilakukan sebagai bentuk penghargaan kepada putra daerah.

Sementara itu, politikus Partai Golkar, Setya Novanto membiayai kegiatan pesepakbola asal Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur, Yabes Roni Malaifani. Bahkan pesepakbola 18 tahun itu menganggap Setya Novanto sebagai ayah.

3. Banyak Spanduk Partai Politik ketika Timnas U-19 Bertanding

Ada pula spanduk-spanduk partai politik yang menunggangi prestasi cemerlang Tim Nasional U-19 Indonesia dapat dengan mudah ditemukan di sekitar Gelora Bung Karno.

Dalam spanduk dengan latar belakang berwarna kuning tersebut, dapat terlihat jelas gambar karikatur anggota DPR Fayakun Andriadi dan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie dengan tulisan 'Terbang Tinggi Garuda Jaya'.

Kedua tokoh tersebut memang memakai kostum timnas, namun bila diperhatikan lebih cermat terdapat pesan khusus di jersey yang dikenakan. Sosok ARB terlihat mengenakan kostum bernomor punggung 5. Seperti diketahui, Partai Golkar mendapat nomor urut lima pada Pemilu 2014. Hal itu terlihat ketika Kualifikasi Piala AFC U-19 di Jakarta beberapa waktu lalu.

Pertanyaan muncul sekarang, apakah politik kembali mengganggu sepak bola? Sebaiknya politisasi timnas pada 2010 lalu jangan terulang.

Keberhasilan skuad 'Merah Putih' melewati babak semifinal Piala AFF 2010 lantas mengundang reaksi dari para politisi. Firman Utina dkk. dibuat sibuk oleh mereka dengan kegiatan kurang penting di luar urusan sepakbola.

Para politisi tampak seperti mengambil keuntungan dari momen ini dengan mencari popularitas dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang mengajak sarapan bersama, memberikan bantuan, hingga mengundang doa bersama.

Jika sepakbola dijadikan alat kampanye bila meraih kesuskesan, bagaimana jika mereka terperosok dan gagal di semua ajang? Apakah mereka masih ingin membantu membangkitkan sepakbola Indonesia lagi? (Jef/Def)
Video Terkini